Ketakutan Nata menjadi kenyataan. Dina hari ini siuman. Sudah lama menantikan hari ini terjadi. Ada kebahagian ada kesedihan.
Bagaimana caranya Nata memberitau Dina. Bahwa Raman telah tiada oleh kakaknya, Roy. Nata membuka pintu secara perlahan.
Nata menghela nafas lelah. Ia sangat lelah dengan semuanya. Nata berjalan menghadap pintu. Membuka pintu dengan perlahan. Dina sedang duduk melihat ke arah Nata.
"Nata!" panggil Dina haru. Dina menangis, banyak sekali yang ingin ia tanyakan.
Nata berjalan lebih dekat ke arah dina. Dina memeluk putrinya dengan erat.
"Ma, gimana keadaan mama? Sekarang mama udah baik kan?" tanya Nata. Dina melepas pelukannya.
"Mama baik sayang. Kok kamu sendiri papa mana? Papa gak papa kan"
Dina menanyakan keberadaan Raman. Dari tadi ia tidak melihat Raman. Nata hanya biasa diam.
"Nata jawab. Papa gak papa kan. Kecelakaan itu gak buat papamu pergi kan?"
Dina mengguncang Nata. Inilah pertanyaan yang tidak mau dengar.
"Papa selamet dari kecelakaan itu ma"
Raman memang selamat dari kecelakaan mobil bersama Dina. Nata tidak berbohong tentang hal itu. Tapi, Raman sudah pergi karena suatu kejadian yang lain.
"Terus mana papamu. Mama lega papamu gak papa. Mama takut Nata"
Dina menghela nafas lega. Perasaannya belum tenang sebelum melihat Raman.
"Jangan takut ma. Ada Nata" Nata memegang tangan Dina. Ia berusaha meyakinkannya.
"Mama mau ketemu papa. Roy juga mana? Mama mau liat mereka?"
Apa yang harus Nata jawab. Dokter bilang Dina tidak boleh berfikir berat. Sedangkan jawaban yang Dina minta akan membuatnya berfikir.
"Em, papa lagi tugas keluar bareng kakak" bohong Nata. Suatu kebohongan yang akan menyakitkan Dina.
'Pa. Apa nata salah. Gak bilang yang sebenernya dulu sama mama?' tanya Nata sambil melihat ke atas.
"Nata, mama mimpi buruk. Mama mimpi papa pergi ninggalin mama. Mama takut nata" Dina menangis melihat ke arh Nata.
Nata hanya bisa tersenyum. Meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.
"Itu hanya bunga tidur ma. Sekarang mama istirahat ya" kata Nata. Dina menganguk. Nata membantu Dina tidur.
Setelah Dina tidur. Nata keliar dari ruangan Dina. Begitu keluar nata di kejutkan dengan kedatangan Alfa.
Alfa tepat berada di depan pintu. Apa ia sudah lama berdiri disana. Nata bertanya-tanya bagaimana ia bisa tau Nata di rumah sakit.
"Hay" sapa Alfa ceria.
"Ngapain lo disini" ketus Nata.
Alfa heran dengan Nata yang berubah-ubah. Apa ia punya kepribadian ganda. Alfa menggelengkan kepalanya. Menghilangkan pikirannya yang entah muncul dari manAmel "Mau jenguk mama lo. Gimana keadaannya?" tanya Alfa.
Nata berjalan ke kursi panjang di depan kamar Dina.
"Baik, sekarang udah siuman"
"Kenapa lo murung? Seharusnya lo seneng kan mama lo udah siuman?" Alfa memerhatikan mimik muka Nata. Ada gurat kesedihan dan seperti sedang memiliki banyak hal.
"Kadang setiap kebahagian pasti ada kesedihan. Gue berada di antaranya. Gue gak tau harus seneng atau sedih" ungkap Nata. Nata memandang ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
De TodoKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...