HYT 38

606 27 2
                                    

Setelah pulang sekolah erik dan rendi pergi ke rumah sakit. Mereka menadapat kabar dari fatan bahwa Alfa telas siuman.

Sebagai sahabat mereka ikut senang mendengar  berita itu. Mereka berdua masing-masing membawa banyak makanan.

Sepanjang koridor rumah sakit banyak yang memandang mereka aneh. Bagaimana tidak mereka membawa banyak sekali plastik besar yang ada makanananya.

"Assalamu'alaikum penghuni Rumah sakit" rendi berjalan di depan. Ia membuka pintu ruangan Alfa.

Fatan memandang mereka berdua datar. Sedangkan Alfa sudah menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Lah diem-diem bae. Dijawab dong salamnya" protes rendi.

"Walaikumsalam" ucap Fatan dan Alfa berbarengan.

"Nah gitu. Salam itu harus di jawab. Itukan do'a" rendi meletakan plastik makanannya di atas meja.

"Kawan gue udah sadar. Nih gue bawaiin buah-buahan supaya cepet sembuh" erik meletakan buah-buahannya.

"Kalian mau jualan" kata Fatan melihat apa yang mereka bawa.

"Siapa ya bilang? Ih Fatan kalau ngomong. Orang gue kagak bilang juga main nuduh aja. Dosa loh.." Rendi duduk di sofa dekat Fatan.

"Terserah" jawab singkat Fatan.

"Makasih buat temen gue yang udah repot..."

"Et...gak repot kok. Iya gak?" sengol erik ke tangan rendi. Rendi menganggukan kepalanya.

"Sebenernya gue terharu banget sampe gak mau keluar nih air mata. Ren lo ngapain bawa snack? Gue ini lagi sakit bukan lagi nonton harus bawa snack buat ngemil. Lo juga rik ngapain bawa semangka, melon, buah naga, pepaya, kenapa gak bawa buah-buah yang kecil aja kaya jeruk, anggur, apel, atau apa gitu." Alfa memijat lepalanya pelan.

"Yaelah untung juga gue bawain. Kalo bawa buah-buah yang kecil gak keliatan. Inikan gede jadi keliatan" bela erik.

"Alfa tau. Rendi udah baik baget, sumpah. Rendi sengaja buka celengan ayam buat beli ini. Kenapa rendi bawa ini? Rendi tau Alfa selama koma pasti kangn makanan kaya gini. Bosen gak bakan bubur terus? Makanan rumah sakitkan gak enak"

Alfa tidak bisa mengelak. Kalau sudah rendi ngomong dengan nyebutin namanya itu berarti dia jawab sedih. Padahal rendi hanya pura-pura. Alfa merasa tidak enak. Tak seharusnya ia bilang seperti tadi. Ia harus bisa menghargai pemberian kedua sahabatnya.

"Ok, terima kasih rendi erik" ucap Alfa dengan terpaksa.

"Meskipun gue tau lo itu emang nyebelin tapi sama-sama Al" kata erik. Kemuadian erik dan rendi tertawa.

"Sialan, udah gue bilang terima kasih malah ngatain" sebagai sahabat mereka tau watak masing-masing. Jadi mereka tidak merasa tersinggung. Alfa tidak begitu memperhatikan rendi. Ia menahan tawanya karena melihat rasa bersalah dimata Alfa.

Mereka tertawa bersama melupakan apa yang terjadi tadi. Bercerita tentang keadaan di sekolah. Mereka sangat senang bisa berkumpul kembali. Fatan ikut tersenyum melihat adiknya bahagia.

Alfa tiba-tiba terdiam. Membuat semuanya ikut terdiam.

"Kenapa Al?" tanya erik.

"Gue sebenernya mau bilang ini tadi tapi lupa. Ren, rik, bang saat itu gue ingt banget gue pernah sadar" ungkap Alfa.

"Kapan?" tanya Fatan. Kenapa dirinya tidak tau Alfa pernah sadar.

"Gak tau, tapi pas gue buka mata gue liat seseorang deketin gue. Gue juga sempet pangil namanya tapi lupa dia siapa. Mukanya sekarang samar. Dia kaya nyuntik gue terus gue rasa ngantuk banget sampe gue tidur"

Setelah mengakhiri ceritanya. Fatan merasa curiga bahwa bisa jadi kecelakaan Alfa disengaja.

"Lo punya musuh gak Al?" erik menatap Alfa dengan serius.

"Gak"

"Aneh, kalo Alfa gak punya musuh terus dia siapa? Mana mungkin dia buat lo kaya gini kalo lo gak buat masalah sama dia" cerobos rendi sambil makan snack yang ia bawa tadi.

"Gak usah dipikirin" ucap Fatan. Ia tidak mau Alfa harus berfikir berat. Ia baru saja sadar dari komanya. Semua ini membuat Fatan harus mencari apa yang terjadi.

~~~~~

Nata menguping percakapan erik dan rendi saat di sekolah. Sekarang ia tau kemana Alfa selama ini. Nata berdiri di depan rumah sakit dimana ibunya dirawat. Ternyata ruangan ibunya dan Alfa bersebelahan. Nata berjalan ke arah ruangan ibunya. Ia berniat masuk ke ruangan Alfa yang ada di sebelah.

Nata baru akan membuka pintu tapi tidak jadi. Ia merasa sudah jahat kepada Alfa. Nata fikir Alfa akan menjauhinya.

Mendengar suara tawa Alfa membuat nata lega. Alfa baik-baik saja. Ego Nata terlalu tinggi untuk menanyakan bagaimana kabarnya terlebih dahulu. Nata malah masuk keruangan ibunya. Nata memegang tangan dina dengan lembut.

"Ma, setiap hari nata selalu tanya sama mama. Kapan mama bangun. Ma, nata gak mau kehilangan mama. Cukup papa yang ninggalin nata. Mama tau kak roy jahat dia yang udah bikin papa gak ada. Tapi nata gak bisa benci kak roy mah."

"Siapa kak roy ma? Kenapa kak roy benci sama papa? Sekarang kak roy benci juga sama nata. Jawab pertanyaan nata mah. Hiks....hiks...hiks..." Nata menangis sambil mencium tangan dina.

"Nata gak kuat. Nata butuh mama."

Nata sangat rapuh. Mereka kira nata gadis yang kuat dan tidak punya hati. Tapi sebenarnya nata tidak menunjukan kesedihannya. Ia hanya bisa menangis di depan dina atua menangis di tempat dimana orang tidak akan tau.

Nata memukul dadanya dengan tangan. Ia merasa sakit dan sesak dibagian dadanya.

"Sakit" Nata melangkah ke kamar mandi. Ia menutup pintunya rapat. Ia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari saku roknya.

Hal yang paling gila adalah saat nata seperti ini. Ia melukai tangannya sendiri dengan pisau kecil. Perih, itu sangat perih tapi tidak sebanding dengan sakit di hatinya.

Setelah menyayat tangannya beberapa kali nata terdiam. Ia kemudian tenang. Sejak ayahnya meninggal nata sudah kesekian kali melakukannya. Hanya dengan cara ini membuatnya tenang kembali.

"Huf...sampai kapan gue kaya gini?" lirihnya.

Nata bangit dari duduknya. Ia mengambil tisu untuk membersihkan darah di tangannya. Setelah itu nata keluar dari kamar mandi. Ia menujuke tempat dimana dina berada.

"Ma, nata pamit ya. Nata pulang dulu. Nata janji nanti kesini lagi"

Nata keluar ruangan. Ketika nata berbalik ia kaget melihat fatan juga baru keluar dari ruangan Alfa.

"Fatan" kaget nata melihat fatan di depannya.

"Ngapain lo disini?" tanya Fatan.

Fatan melihat ke arah tangan nata yang ada luka sayatan. Nata yang melihat kemana arah pandang fatan langsung menyembunyikan tangannya.

"Bukan urusan lo. Jangan ikut campur" Nata pergi dihadapan fatan.

Fatan hanya mengangkat kedua bahunya acuh. Padahal ia bertanya baik-baik tapi nata berbicara dengan ketus. Fatan juga merasa bahwa nata itu misterius.

Fatan harus mencari tau tentang nata. Karena adiknya menyukai nata. Ia tidak mau adiknya terluka lagi. Fatan memandang punggung nata yang senakin menghilang.

'Ana, gue harus cari tau tentang lo. Demi Alfa' batin fatan

Mau lanjut gak????

Kalau mau jangan lupa vote and comentnnya !!!

Sampai ketemu lagi di part selanjutnya.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang