HYT 33

703 24 0
                                        

Nata berdiri kaku. Tubuhnya tidak bisa digerakan. Nata belum percaya apa yang di katakan dokter tentang dina. Nata menggerakan kakinya perlahan. Ia melangkah menuju tempat dina.

Dokter bilang kemungkinan sangat kecil untuk dina sadar kembali. Apalagi setelah ada yang memasukan obat berbahaya ke dalam tempat infus dina.

"Mah Nata kangen, kapan mama sadar. Papa sekarang udah pulang ma."

"Apa mimpi mama lebih indah? Sampe lupa nata, kak roy dan papa disini?"

Nata mulai meneteskan air matanya. Raman segera mendakat ke arah nata. Ia mengusap kepala nata dengan lembut.

Suara pintu terbuka membuat nata dan raman menoleh. Roy masuk dan menghampiri dina. Ia memegang erat tangan dina.

"Mah maaf, roy gak bisa jaga mama" kata roy sedih.

Mereka bertiga melihat ke arah dina yang terbaring lemah. Raman yang tidak tega melihat nata dan roy yang sedih segera pergi meninggalkan mereka.

Nata menangis menutup wajahnya dengan kedua tangan. Sedangkan roy yang melihat itu tersenyum senang.

Roy keluar dari ruangan menuju raman yang sedang duduk termenung. Ia duduk di samping raman dan mengubah wajahnya menjadi sedih.

"Pah" lirih roy

Raman memeluk roy yang ada di sampingnya. Roy adalah putra kebanggaan raman. Raman sangat percaya ke pada roy lebih dari dirinya sendiri.

"Roy, apa salah papa? Kenapa semuanya jadi begini? Sampai ada yang mau bunuh keluarga papa. Papa gak hilang roy, papa di culik!. Mereka ingin papa tanda tangan! Papa gak tau itu surat apa roy" ungkap raman.

"Apa, papa diculik?? Kenapa papa gak bilang dari awal" kaget roy. Padahal roy hanya pura-pura kaget. Roy melepaskan pelukannya.

"Pa kita harus lapor polisi!!" roy mengeluarkan ponselnya. Raman mencegah roy yang akan menelpon polisi.

"Jangan roy, papa takut mereka akan lebih kejam dari pada ini setelah tau papa lapor polisi" kata roy tidak berdaya.

"Papa tenang, ada roy disini" roy meyakinkan raman. Raman percaya dengan ucapan roy.

~~~~~

Seseorang terbaring lemah dengan alat ditubuhnya. Wajahnya begitu tenang saat menutup mata. Disebelah kanan seorang wanita dan pria paruh baya sedang menangis. Mereka sedih melihat anak mereka yang belum sadar juga.

"Yah. Bun. Gimana?? Ada perubahan" tanya seorang pria yang mirip drngan orang yang terbaring di ranjang.

"Masih sama tan, kapan alfa bangun? Bunda udah kagen" tagisnya pecah melihat putranya belum bangun.

"Alfa pasti bangun bun. Kita hanya bisa berdoa untuk kesembuhan alfa"

Bunda dan ayah fatan keluar. Fatan mendekat ke arah alfa. Ia sedih melihat kembarannya seperti ini.

"Al, lo gak mau liat ana? Dia lagi sedih al! Ana lagi rapuh, apa lo gak mau semangatin dia?" fatan tau semuanya tentang nata. Ia tau ibu nata koma dan ayahnya hilang dan sekarang sudah kembali. Fatan melihat nata dari jauh dan menceritakannya kepada alfa. Ia yakin dengan ini alfa akan segera sadar.

"Apa waktu buat lo belum cukup buat lupain ana? Kalau lo beneran suka kenapa harus dilupain? Perjuangin ana al! Buka mata lo!! Jadilah orang pertama disisi ana saat dia rapuh, ana sedang ajtuh al, dia butuh lo!! Cuma itu yang mau gue bilang. Gue pamit pulang dulu"

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang