HYT 22

766 32 0
                                    

Alfa melajukan kecepatan mobilnya di atas rata-rata. Sedangkan rendi sedang menggerutu di kursi penumpang. Dan erik ia sedang menikmati perjalanannya.

"Jangan ngebut dong al. Guekan jadi takut" ucap rendi yang tidak didengarkan alfa.

"Banci!! Gini aja gak berani!!" kata erik dengan nada mengejek.

Rendi yang mendengar itu menyebutkan nama-nama di ragunan.

"Bener gak infonya rik? Entar salah lagi!! Mana ini gak nyampe-nyampe"

"Bener al" erik mengecek lokasi yang dikirim orang suruhannya.

Mereka tiba di sebuah gedung tinggi yang sudah tidak terpakai. Alfa memakirkan mobilnya agak jauh karena bisa saja mereka ketauan.

Disana banyak penjaga yang berkeliling di luar gedung. Mereka sekarang sedang berada di semak-semak.

"Woy, jangan injek kaki gue" erik mengelus kakinya yang di injek rendi.

"Kaki lo aja yang ngalangin kaki gue, salahin noh kaki gue yang udah nginjek lo. Jangan salahin gue" ucap rendi

"Emang gue gila harus salahin kaki lo. Masa kaki yang bisa ngomong gue marah-marahin"

Mungkin mereka lupa tujuan bersembunyi. Sampai masih bisa berdebat meski dalam keadaan yang membahayakan.

Pletak..

"Berisik!! Kalian itu mau bantuin gue gak?? Kalo begini terus kita ketauan"

Rendi dan erik mengelus kepalanya yang sakit. Setelah itu mereka mulai menyusun rencana agar bisa masuk dan membebaskan nata.

"Lo berdua pancing mereka semua. Kalau mereka sibuk nanti gue langsung masuk"

"Emang mereka ikan yang bisa dipancing???"

Pertanyaan polos rendi membuat erik menjatuhkan rahangnya. Alfa geleng-geleng kepala. Ia harus memilih kata yang cocok untuk berbicara dengan rendi.

"Al, gue nyerah ya!! Dia mana bisa lawan tuh pereman. Dengan otaknya itu yang separo" melas erik

"Lo ngatain gue??" tanya rendi

"Gak gue ngatain tuh pereman" erik mengangkat dagunya ke arah pereman.

"Oh"

Ingin rasanya erik membenturkan kepalanya. Kenapa rendi bisa begi polos. Ralat maksudnya bodoh. Karena polos dan bodoh beda tipis.

Rendi bisa begitu percaya dengan omongannya. Ia tidak peka bahwa ia sedang di katain oleh erik.

"Ok, kita mulai rencananya"

Mereka mulai menjalankan aksinya. Erik dan rendi menghampiri mereka. Mereka berdua sama sekali tidak takut pada pereman itu.

"Ngapain kalian disini, pergi sana!!" ujar preman itu

Erik dan rendi diam. Ia tidak mengeluarkan suara, bahkan bergerak saja tidak.

"Jo seret mereka keluar" preman itu menyuruh temannya.

Erik dan rendi mulai melirik saat mereka akan menghampirinya. Setelah mendekat, erik yang lebih dulu memulai aksinya.

Bughh

Kemudian terjadi keributan yang di sebabkan rendi dan erik. Para preman mulai berdatangan melawan mereka.

Kalau saja erik maupun rendi tidak bisa bela diri dengan baik, mungkin mereka sudah sekarat sekarang.

Alfa diam-diam masuk ke dalam. Disana tidak ada penjaga. Karena mereka semua keluar, aksi rendi dan erik membuat preman kewalahan. Dan mereka semua menyerang rendi dan erik.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang