HYT 32

621 26 0
                                    

Hati nata tidak tenang. Ia selalu gelisah akhir-akhir ini. Nata merasa ada sesuatu yang salah. Malam ini nata belum bisa memejamkan matanya. Bukan malam ini saja tapi setiap malam. Ia tidak bisa tidur dengan nyenyak.

Nata bangkit dari tidurnya. Ia menginjakkan kakinya ke lantai yang dingin. Perlahan nata membuka jendelanya. Angin menerbangkan rambut pendek nata. Nata menatap langit yang tampak indah dengan bulan yang bersinar.

Nata menatap bulan seakan ia ingin bertanya kenapa ia selalu cemas. Kenapa ia begitu tertekan? Apakah karena ayahnya yang hilang atau ibunya yang koma. Atau ada hal lain yang ia tidak ketahui?

Nata mengabil ponselnya yang ada di meja. Ia melihat percakapan terakhir bersama alfa. Sudah satu bulan nata tidak melihatnya. Dan satu bulan ini pula ayahnya masih belum di temukan dan ibunya belum sadar. Sedangkan kakanya sibuk mengurus perusahaan.

Tanpa sengaja nata mendengar suara ketukan pintu di luar. Ia membuka pintu kamarnya. Nata berjalan perlahan ke arah suara. Nata hanya sendiri di rumah. Sejak kecelakaan kedua orangtuanya roy sangat sibuk dan jarang pulang.

Nata membuka pintu. Betapa kagetnya ia saat melihat siapa yang berdiri. Baju yang kotor, rambut yang berantakan dan banyak luka di tubuhnya.

"Pah...." cicit nata.

Air mata nata jatuh di pipinya. Ia begitu sakit melihat ayahnya seperti ini. Sudah lama ia mencari tapi tidak ada hasil sama sekali. Nata berfikir apa yang terjadi pada ayahnya?

"Nata!!" Raman mendekat ke arah nata. Ia mengulurkan tangannya ke pipi nata. Ia mengusap air mata yang terus mengalir. Ia tidak bisa melihat putrinya menangis.

Nata yang tadi melamun langsung sadar. Dengan cepat ia memeluk raman. Nata sangat takut kehilangan raman.

"Papah kemana aja? Nata nyariin papah!!! Papah tau mamah dia koma. Hiks...hiks..." Raman merasa hancur ketika tidak bisa menjaga orang yang ia sayang. Ia mengeratkan pelukannya dengan nata.

Nata melepaskan pelukannya. Ia menatap raman dan mengandeng raman masuk. Nata memdudukan raman di sofa. Nata duduk sebelah raman.

"Papah kemana selama ini??"

"Maafin papah!!" raman sangat sedih telah membuat nata khawatir selama ini.

Raman bingung akan menjawab apa. Apakah ia harus jujur kepada nata. Tapi ia takut nata akan menjadi cemas. Jadi raman tidak mengatakan apa yang sebenarnya.

"Papah hanyut ke sungai saat kecelakaan. Untunglah ada orang yang menemukan papa. Jadi papa di rawat olehnya. Sampai papa sembuh dan bisa kembali ke sini!!" kata raman sambil tersenyum.

Nata merasa tidak yakin dengan ucapan raman. Karena melihat luka raman, seperti bukan luka karena kecelakaan.

"Tapi luka ini" nata menyentuh luka raman yang ada di tangan kanannya.

"Ini hanya luka kecil. Papa baik" nata hanya bisa mempercayai raman. Ia tidak akan bertanya apa-apa lagi.

"Sekarang papa istirahat. Besok kita jenguk mamah"

Raman menuruti kata-kata nata. Ia pergi kekamarnya untuk istirahat. Nata berusaha menelpon kakaknya untuk memberitau raman telah pulang. Namun, roy tidak mengangkat telponya.

Roy hanya melihat ponselnya datar. Ia sudah tau apa yang akan di katakan nata. Ia malas mendengar kata-kata nata. Ia muak selalu menjadi baik kepada keluarga nata. Ia muak menjadi anak yang begitu baik.

Roy menyayangi nata layaknya adik tapi saat ia ingat apa yang terjadi rasa sayang berubah menjadi benci. Ia membiarkan ponselnya terus berdering.

"Bang kenapa gak di angkat?" tanya dika saat melihat ponsel roy.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang