Aku berusaha melupakan dia.
Melupakan rasa sakit yang ada.
Meninggalkan jejak luka.
Menghapus air mata.~Anatasya Andika Wijaya~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dina menangis di pelukan Roy. Bagaimana ia tidak sedih. Melihat anaknya menderita. Ternyata semuanya menyebabkan psikologis Nata terganggu.
Nata terbaring dengan mata terpejam. Banyak goresan luka di sekujur tubuhnya. Bahkan bekas luka juga tampak di kulitnya.
"Maafin Roy, ini semua salah Roy!"
Roy menangis di dekat dina.
"Jangan salahin diri kamu nak. Mama gak suka!" kata Dina sambil terisak.
Dina yang di telon oleh Roy langsung ke rumah sakit.
Seorang dokter baru saja keluar setelah memeriksa Nata. Dina dan Roy segera menghampiri dokter.
"Bagaimana kondisi anak saya dok!" tanya Dina panik. Apalagi kondisi Dina masih penuh dengan air mata.
"Kondisi pasien sekarang sudah baik. Tapi saya sarankan untuk melakukan terapi. Pasien tekena self-injury gangguan Psikologis menyakiti diri sendiri yang dilakukan secara sengaja. Ini adalah salah satu gangguan kejiwaan"
"Baik dok, lakukan apapun agar saya sembuh seperti dulu!" kata Dina.
Dina tidak menyangka bahwa Nata memiliki ganguan kejiwaan. Sungguh hati Dina perih saat ingat bahwa Nata sering melukai dirinya sendiri.
"Roy, Nata.....anak mama" Dina mencengkram kerah baju Roy.
Roy mengelus kepala Dina. Ia juga merasa bersalah tentang kondisi Nata.
Roy meras ikut serta dalam kondisi Nata. Akibat permainan bodohnya, sekarang Nata menderita.
Coba saja Roy mencari tau dulu apa yang terjadi sebelum bertindak. Pasti semuanya tidak akan seperti ini.
Memang kalau penyesalan selalu datang belakangan.
~~~~~
Sudah beberapa hari Nata tidak masuk sekolah. Kondisi Nata semakin membaik. Namun Nata tidak menjawab saat ditanya kenapa melakukan semua itu.
Nata bungkam akan semuanya. Nata juga berubah menjadi lebih pendiam.
"Ayo makan dulu. Abis itu minum obat ya!" Dina membawa semangkuk bubur untuk Nata.
"Nata gak suka ma!" Nata menutup mulutnya.
Bubur terasa becek dan lembek. Nata tidak menyukainya.
"Kamu harus makan. Mama gak mau denger apapun!"
Dina mengambil satu sendok bubur. Ia mengarahkannya di depan mulut Nata.
Nata menggelengkan kepalanya.Dina memberikan pelototan ke arah Nata.
"Ma..." rengek Nata
Namun rengekan Nata memberi kesempatan untuk Dina memasukan bubur ke dalam mulut Nata.
"Awas, jangan di muntahin!" Dina melotot ke arah Nata penuh peringatan.
Nata memasang wajah pasrah. Menelan dengan muka yang suram.
Rasanya sungguh tidaklah enak. Nata tidak suka memakan bubur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
RandomKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...