Aku berusaha mengikhlaskannya. Karena aku ingin bahagia.
~Anatasya Andika Wijaya~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Ruang tamu penuh dengan suasana yang begitu mencekam. Tatapan Nata tajam ke arah mereka berdua.
Beraninya dia menyebut namanya dengan mulut kotornya itu.
"Nata duduk dulu sayang!" kata Dina lembut. Nata menuruti Dina ia duduk di dekat dengan Dina.
Nata memendang sengit mereka berdua. Sampai matanya jatuh pada wanita yang pernah menolongnya.
"Tante, tante siapanya mereka?" Nata menyipitkan kedua matanya.
"Mereka anak tante!" pernyataan itu membuat Nata terkejut. Anak? Dua manusia kejam ini anaknya?
Nata sungguh tidak percaya akan di pertemukan dengan keadaan seperti ini.
Rena melihat ke arah Nata dengan mata berkaca-kaca. Tidak menyengka bahwa niat balas dendamnya akan membuat gadis ini depresi.
"Maaf.....tante mau minta maaf sama kamu. Karena tante kamu jadi sakit!" Rena berkata tulus dengan penuh penyesalan.
Rena ingat bagaimana luka di tubuh Nata. Nata yang berusaha menyekiti dirinya sendiri.
"Jangan bahas itu lagi. Apa tujuan kalian semua datang ke sini!" Nata menekan kata terakhirnya.
"Kami ingin minta maaf" Dika berkata mewakili ketiganya. Karena Dika yang pertama ki melukai Nata.
Nata melihat mata mereka. Mata mereka berkata dengan tulus. Nata bimbang? Haruskan ia memaafkan perbuatan mereka.
Pundak Nata di tepuk oleh Dina. Nata menoleh ke arahnya.
"Gak baik dendam selalu di simpan. Iklaskan semuanya disitulah kamu akan bahagia" perkataan dina menyentuh hati Nata.
Bagaimanapun dendam mereka menghancurkan Nata. Nata tidak mau suatu saat menghancurkan orang yang tidak bersalah.
"Maafkan kaka Nata. Kaka banyak salah sama kamu. Kaka udah buat Pap----"
"Stop!! Gue tau lo gak salah. Gue udah liat CCTV, papa jatuhin dirinya sendiri. Lo juga bukan kaka gue!"
Kemarin Nata telah ingat bahwa dirumahnya ada CCTV yang tersembunyi.
Nata melihat dengan jelas bahwa Roy diam tidak mendorong Raman. Roy seakan ragu dengan perbuatannya.
"Tapi kalau bukan karena lo papa gue gak akan pergi!!" Kata Nata dengan marah.
Dina baru tau bahwa Raman pergi karena ulah Roy. Tapi mendengar Nata ada perasaan lega.
Roy tidak setega itu untuk membunuh Raman. Dina merasa marah kepada Roy.
Namun Dina masih dapat berfikir jernih. Semua ini karena sebuah dendam yang salah.
"Mama kecewa sama kamu Roy"
Perrkataan Dina menohok hati Roy. Meskipun Dina bukan ibu kandungnya, tapi Dina menjaganya seperti anak sendiri.
"Maafin Roy ma, roy salah" Roy berlutut di kaki Dina. Setelah mendengar apa yang di ucapkan Roy segera berjalan ke arhnya dan berlutut.
Rena sudah menangis atas perbuatannya. Rena juga ikut berlutut di kaki Dina. Dika juga melakukan hal yang sama.
"Maafin aku din yang tidak mau mencari tau kebenarannya. Aku dengan bodoh malah pergi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
De TodoKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...