HYT. 57

500 23 1
                                    

'Aku menunggu dia berkata jujur padaku.
Tapi apa yang aku dapat? Lagi dan lagi aku kecewa'

~Anatasya Andika Wijay~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Nata terus menatap ponselnya. Lama kelamaan layar ponselnya mati. Tapi Nata masih melihat  ke arah ponselnya.

Apa yang harus Nata lakukan? Menemui Alfa atau tidak. Bahkan Nata tidak membalas pesan Alfa.

Puk...

Nata tersentak saat ada yang menepuk bahunya.

"Ngelamun aja Na, tuh udah ada guru. Nanti lo di hukum lagi" Kata Amel dengan pelan.

Nata menghela nafas panjang. Nata menatap ke depan tapi pikirannya entah melayang kemana.

'Apa gue temuin Alfa ya? Gue juga harus tau kenapa Alfa sama Serly. Mungkin Alfa mau jelasin yang sebenernya. Gue gak boleh salah paham dulu' batin Nata.

Nata terus melamun sampai bell sekolah berbunyi. Nata membereskan buku yang ada di meja.

Amel yang sudah selesai menunggu Nata. Dari tadi amel mondar mandir tidak sabaran.

"Na cepetan!" desak Amel

"Apaan sih mel. Bentar, duluan aja sana!" ketus Nata.

Amel hanya bisa menghela nafas mendengar Nata berbicara ketus. Sepertinya dari siang mood Nata memang buruk.

Tidak taukah Nata bahwa Amel telah di tunggu seseorang. Pasti dia sudah menunggunya dari tadi.

"Udah!?" tanya Amel saat  Nata berdiri.

"Menurut lo!" Nata langsung berjalan ke luar dari kelas.

Amel ingin sekali menjambak Nata. Nata hari ini sangat menyebalkan.

Amel mengikuti Nata dari belakang. Sampai mereka berdua telah berada di parkiran

"Gue duluan Na!" teriak Amel yang berlari ke arah mobil hitam yang agak jauh dari Nata berdiri.

"Huft...gue kira mau bareng!" lirih Nata.

Nata melihat Amel masuk ke dalam mobil. Kalau di pikir Nata merasa tidak asing dengan mobil itu.

Nata mengangkat kedua bahunya acuh. Nata masuk ke dalam mobil.

Sesampainya di rumah. Nata keluar dari mobil dengan lesu. Entah kenapa Nata tidak memiliki semangat untuk hari ini.

Nata masuk ke dalam rumahnya. Tanpa mengucapkan salam sama sekali.

"Nata! Kebiasaan. Main nyelonong aja" teriak Dina yang melihat Nata.

Nata sedikir meringis mendengar teriakan Dina. Nata hanya tersenyum. Lalu lari ke kamarnya.

"Anak itu!" Dina mengelengkan kepalanya.

"Udah lah din. Biarin" kata Rena yang datang dari arah dapur.

Hati Yang TerlukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang