Amel berlari ke arah kelas Alfa. Ia tidak bisa terus melihat nata yang kasar. Nata butuh seseorang untuk melelehkan hatinya. Hati Nata telah beku karena kematian ayahnya.
Meskipun Amel tidak yakin. Tapi Amel melihat ada sesuatu antara Nata dan Alfa. Amel menengok ke arah kelas mencari seseorang. Ia dari kantin langsung meluncur kesini. Bahkan nafasnya masih terengah-engah.
"Eh, mau tanya boleh?" tanya Amel saat ada seorang cowok keluar dari kelas Alfa.
"Tanya apa?" jawabnya ramah.
"Fatan ada?" Dia menganggukan kepalanya.
"FATAN ADA YANG NYARIIN NIH!" teriaknya. Fatan yang sedang membaca buku menutupnya. Ia meletakannya di atas meja. Kemudian berjalan ke luar.
"Makasih!" Kata Amel dengan tersenyum. Seperti biasa cowok tadi hanya menganggukan kepalanya. Kemudian masuk kelas.
Fatan datang di depan Amel. Iya melipat kedua tangannya.
"Gue mau lo jawab jujur. Kemana Alfa?" tanya Amel.
"Bukan urusan lo" jawab Fatan dengan dingin.
"Gue mohon tan. Dimana Alfa" Amel menyatukan tangannya. Ia memasang wajah menyedihkan.
"Jawab tan. Nata butuh Alfa" lanjut Amel.
"Bukannya kebalik" senyum sinis Fatan membuat Amel tidak mengerti.
"Maksudnya gimana?" Amel menjadi bingung dengan ucapan Fatan. Kenapa bisa kebalik?
"Alfa yang butuh Ana!" setelah mengucapkan itu Fatan kembali ke kelasnya. Membuat Amel berfikir keras.
'Alfa butuh Ana'
Kata-kata itu terngiang di kepala Amel. Kenapa sekarang kebalik. Nata lebih butuh Alfa bukan sebaliknya.
Amel menghela nafas kecewa. Ia sangat menaruh harapan besar kepada Alfa. Sekarang Alfa saja tidak tau kemana. Amel kembali ke kantin. Ia bilang ponselnya tertinggal di kelas.
Dengan lesu Amel menghampiri meja Nata. Namun, disan ada keributan. Amel berlari ke arah dimana Nata duduk.
"Berani ganggu gue. Abis lo" Kata nata tajam. Sedangkan seorang cowok telah ada di lantai dengan wajah penuh lebam.
Amel tidak mengira nata bela diri. Apalagi saat melihat Nata dengan terang-terangan menunjukan skekuatanya.
"Gue gak mau liat muka lo lagi" Nata menunjuknya dengan penuh amarah.
"Bubar...bubar..." Teriak Amel. Membuat kerumunan kembali ke mejanya masing-masing. Semua orang berbisik-bisik tentang Nata.
Mereka takut kepada Nata. Mungkin mulai hari ini semua orang menjauhi Nata. Amel menatap sahabatnya yang makan perlahan. Hanya Amel yang tau betapa rapuhnya Nata. Itu semua hanya kedok Nata agar terlihat kuat.
Sahabatnya ini memang sangat tertutup. Membuat Amel merasa tidak berguna sebagai sahabat.
~~~~~
Roy menatap seorang wanita paruh baya yang terbaring di kasur. Ia memegang tangannya dengan lembut. Roy mencium seseorang yang telah melahirkannya. Roy mengerti ibunya yang meninggalkannya di keluarga Raman.
"Gue seneng lo udah tepati janji. Sekarang gue gak akan larang lagi bang roy ketemu bunda" kata dika. Ia berdiri di sebelah roy.
"Bunda kenapa?" sudah sejak lama roy bertanya. Tapi, dika tidak pernah menjawab. Ia akan bilang saat Ramah telah tiada.
"Bunda sakit. Dari gue kecil bunda selalu sedih. Bunda selalu ngacuhin gue sebagai anaknya. Untuk pertama kalinya bunda nyamperin gue, saat itu gue baru SMP. Bunda menangis dan mengungkapkan semuanya. Ia bilang tentang ayah dan bang roy. Gue inget banget kata-kata bunda waktu itu 'balas kematian ayahmu dika, cari kakakmu' setelah itu bunda pingsan sampai sekarang. Gue gak tau kakak gue kayak gimana. Bahkan namanya gue gak tau. Mulai saat itu gue deketin Nata buat bales dendam sampai gue ketemu kakak. Ternyata lo abang gue" Ketika bercerita dika meneteskan air mata. Begitu pula dengan roy. Ia merasa sedih tidak cepat bertemu dika dan bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hati Yang Terluka
RandomKetika hati yang terluka karena cinta. Bukan mulut yang bicara melainkan air mata yang meluncur begitu saja. Anatasya andika wijaya gadis polos yang berubah karena penghianatan dan perpisahan kedua orangtuanya. Ia merasa hidupnya sebatangkara. Ketik...