MENEMUKAN SOLUSI

16.3K 880 18
                                    

HAELOOOOO!!!

APA KABAR GAISSSS?!

JANGAN LUPAW VOTE SAMA KOMENNYA DWONG! SAMA INIIIII JANGAN LUPA FOLLOW IG MWEHEHEHE!

SELAMAT MEMBACA!


🍅🍅🍅

"Dengan cara?"

Clara berfikir, benar juga. Bagaimana cara agar ia berhasil mewujudkannya? Sambil memainkan sendok ditangannya, Clara mulai berfikir.

"GUE TAU!" serunya, mengetukkan sendok ke meja dengan keras.

"ALLAHUAKBAR."

"LARA GILA."

"TERKEJOED WOIII."

Protes Gea, Fino dan Sela bersamaan. Selalu saja begini. Gak bisa selow!

Hasan menatap Clara dengan kode 'jadi apa rencana lo?'

Clara menyengir kemudian menyuruh keempat temannya mendekat, dengan ogah-ogahan mereka menuruti kemauan Clara.

Clara menatap satu persatu temannya dengan serius, "Clara nggak ada rencana guys, gimana nih?" 

Dan dapat kalian pastikan bagaimana reaksi keempat teman Clara.

Gea melempari Clara dengan buku novelnya, Fino menjitak kepala Clara, dilanjutkan dengan Sela yang melempar kepada Clara dengan sendok siomay Gea.

Hasan? Hanya mendengus kesal, menatap datar ke arah Clara.

"Woooooo...." seru Gea, Fino dan Sela bersamaan.

Clara mendumal seraya membersihkan rambutnya yang terkena bumbu siomay, dibantu Fino dan Gea. Sementara pelaku pelemparan malah menatap Clara tanpa rasa bersalah, sambil menyedot minuman lagi!

Clara menatap Hasan dengan puppy eyesnya, berharap Hasan akan membelanya ditengah perbuatan ketiga temannya yang menyebalkan.

"Hasannn...." rengeknya.

Gelengan kepala Hasan menjadi reaksi yang lebih menyebalkan menurut Clara, apalagi senyuman tipis yang dilempar Hasan padanya.

Clara mencebik, mengerucutkan bibir mungilnya. Selalu saja begini, Clara lelah jikalau harus seperti ini. Apakah takdirnya memang ditakdirkan seperti ini? Apakah Clara selalu tersakiti serta ter ter lainnya?

"Ikut aja les privat," saran Gea.

Clara menggeleng, "Ogah, mahal. Mending duitnya buat beli jajan aja." balasnya.

"Alasan lo!" sindir Sela. "Gue juga yakin seratus persen kalo lo gabakalan mudeng sama guru les nanti, mubazir duit om Tio daftarin lo les dari dulu."

Clara mengecap lidahnya sekilas, "Nah, bener kata Sela." timpalnya.

Tiba-tiba saja ia teringat akan sesuatu yang pernah mamanya ceritakan bahwa ia dulu pernah bersusah payah meminta papanya untuk menjadi tutor. Tio merupakan orang number one yang katanya pintar satu angkatan! Apakah ia bisa meniru strategi mamanya?

"Eh, peringkat satu seangkatan tahun kemaren siapa?"

"Kenapa lo tanya?" Gea balik tanya.

"Clara mau minta tolong gitu ajarin beberapa pelajaran. Ntar tinggal di bayar, beres kan? Ala-ala tutor sebaya."

"Gue saranin jangan deket-deket si peringkat satu seangkatan itu, jahat banget soalnya, songong lagi. Hidup lo bakalan serem selama sekolah disini," peringatan Sela, serius.

Jiwa-jiwa tatag Clara semakin bergelora begitu mendengarkan peringatan Sela.

Jahat? Kasar? Apa iya sampai segitunya? Kalo songong, sih Clara percaya sebab ada bahan yang bisa di sombongkan yaitu peringkat pararel satu angkatan.

"Kasih tau aja gapapa, Clara yakin bisa temenan sama dia nanti," pinta Clara.

Hasan, Gea, dan Sela langsung berpura-pura sibuk dengan aktivitas masing-masing. Terlihat sekali bahwa mereka menghindari pertanyaan Clara.

Mungkin Fino si mulut ember bisa memberitahunya.

Clara mendekatkan diri pada Fino yang asik bermain game, ia berbisik.

"Fin, peringkat satu seangkatan tahun kemarin namanya siapa?"

Fino yang sibuk dengan gamenya mengabaikan bisikan Clara. Hingga ia terganggu dengan gangguan Clara yang meniup-niup telinganya.

"Namanya Arfa! Udah jangan ganggu gue, mau menang ini!" seru Fino tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel yang di pegang.

Berkat balasan ucapan Fino tersebut, Gea, Sela, dan Hasan terdiam ditempatnya. Mulut Fino memang harus ada resletingnya, nggak bisa diajak kerjasama banget! Bagaimana bisa Fino memberikan jawaban tersebut pada Clara? Apa jadinya jika si anak nekat ini mendekati Arfa?

Apa Fino nggak bisa belajar dari pengalaman? Apa belum kapok sekali berurusan dengan Arfa? Bahkan ketiganya masih ingat Arfa bertengkar dengan Fino bahkan Hasan yang hendak melerainya saja ikut bonyok. Sela dan Gea? Mereka berdua mendapatkan banyak hardikan dari Arfa. Menyebalkan!

Dari situlah mereka menganggap Arfa semenyeramkan itu.

Clara menoleh dengan sangat cepat menatap ketiga temannya yang terdiam kaku.

"Si Arfa itu kelas apa ya? Biasanya nongkrong dimana?"

Ketiganya malah mendelik bersamaan membuat Clara sedikit heran. Mau adu melotot?

"Itu orang biasanya ada di taman belakang kalo nggak perpus." celetuk Fino.

Gea, Sela, dan Hasan reflek menendang keras kaki Fino dibawah meja, membuat Fino mengadu kesakitan dan mengakhiri gamenya.

Fino masih belum menyadari gelagat penolakan saran dari ketiga temannya. Ia hanya menaikkan kedua alisnya bebarengan dengan mengendikkan bahunya tanda tak paham maksud ketiganya.

"Ooo kalo gitu... "

Clara berdiri dengan kobaran semangat membara, mereka berempat menutup kedua telinganya takut-takut Clara akan berteriak lagi.

Tapi ternyata tak sesuai dugaan, Clara tidak berseru nyaring, melainkan langsung beranjak dari kursi dan berlari entah kemana.

"WOI LO MAU KEMANA?!" teriak Sela.

"KE ARFA!"

Sontak semua penjuru kantin serta keempat temannya membelalak. Hari ini pasti ada korban lagi. Semua langsung hening tak bersuara.

"Gawat! Lo harus tanggungjawab!" putus Sela.

"Iya lo harus tanggungjawab!" timpal Hasan dan Gea bersamaan.

Fino masih tak sadar akan kesalahannya. "Ngapain gue tanggungjawab, nyet? Gue gak hamilin Clara."

Gea sudah gregetan dan langsung saja mengetuk sendok ke kepala Fino.

"Maksud kita lo harus tanggungjawab! Gara-gara lo bilang ke Clara buat jadiin kak Arfa sohib belajarnya, dia jadi beneran nyamperin kak Arfa! Goblok banget sih lo! Gini nih, kalo kebanyakan nonton gak bener!"

Fino sempat menganggukkan kepalanya dan sedetik kemudian ia menggebrak meja.

"APA?!"

Lagi-lagi dan lagi Gea, Sela, Hasan serta para penjuru kantin dikagetkan.

"Mana Clara?" panik Fino, sedangkan ketiga temannya hanya menggeleng takut.

Melihat wajah temannya yang bingung, lesu dan pasrah membuat Fino menjadi lebih panik, bagaimana ini? Ia tak mau kehilangan Clara, jika Clara dijadikan korban keganasan Arfa maka traktiran serta makanan gratis akan musnah dari catatan rejekinya.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang