HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!🐣🐣🐣
Hanis sendari tadi harus rela mengorbankan dirinya menjadi pembantu dadakan karena Clara memintanya untuk membuatkan orange juice, tau kan ancamannya apa?Vivi pun keheranan saat Hanis menunda perlombaan renangnya bersama Clara. Sepertinya ada yang Hanis sembunyikan.
Hanis kembali ke pinggir kolam renang dengan satu nampan berisi tiga gelas orange juice. Hanis memberikan pada Clara yang langsung di teguk ganas hingga tersisa setengah.
"Ahhhh! Segerr bener!" seru Clara lalu meletakkan gelasnya kembali di nampan.
Hanis meletakkan nampan tersebut di meja kemudian terpaksa harus menahan Clara karena tak sabar ingin berlomba renang bersama Vivi.
"Ayo deh Vi! Udah lama lohh Clara nungguin."
Vivi yang sudah siap langsung saja masuk ke dalam kolam renang.
Saat mereka sudah bersiap mengambil start, Hanis langsung menyebur untuk menahan keduanya, hingga keduanya yang sudah mulai berenang mendadak berhenti dan menyembulkan kepala.
Hanis yang tak bisa berenang jadi tenggelam, hal tersebut membuat Clara dan Vivi langsung menyelam untuk menolong Hanis. Setelah berhasil menyelam keduanya memeluk pinggang Hanis yang otomatis Hanis mengalungkan tangannya di bahu Clara dan Vivi.
Kepala ketiganya menyembul ke permukaan, Hanis yang heboh berteriak tolong langsung menghirup oksigen dengan rakus sambil terbatuk-batuk.
Kaki Clara dan Hanis sudah menapak di permukaan dasar kolam renang tapi Hanis masih saja heboh takut tenggelam.
Sambil mendengus Clara berusaha menahan Hanis yang heboh membuat badannya harus mengikuti gerakan heboh Hanis, "Hanis! Udah nih! Nggak tenggelam, kok!"
"Heh! Lo nyadar gak, kolam renang si Clara kagak dalem, Han! Noh coba berdiri yang bener!" kesal Vivi.
Hanis terdiam dan mencoba menapakkan kakinya di dasar kolam.
Dan benar ternyata kolamnya tak sedalam yang ia pikirkan. Hanis tersenyum kikuk dan melepaskan tangannya yang merangkul bahu Clara dan Vivi. Ia tersipu malu.
Clara berdecak. "Ganggu kamu! Udah sana naik, jangan ndekem disini."
Hanis mengangguk, berjalan di pinggiran kolam lalu naik ke atas. Sepertinya usaha akan gagal. Hanis melihat Clara sudah bergejolak semangat sedangkan Vivi hanya memberengut sebal.
"Han! Itung mundur, gue mau mulai lomba sama Clara," titah Vivi.
Sambil menggigil, Hanis bersiap menghitung mundur.
"Tigaaa... Duaaa... Sat... Tu!"
Dan mulailah perlombaan renang antara dua cewek itu. Clara terlihat mengungguli Vivi, sedangkan Vivi terlihat fokus berenang.
Keduanya sesekali menyembulkan kepala untuk menghirup oksigen dan kembali menyelam. Hanis merasakan seseorang memberikannya jaket yang begitu hangat. Saat ia mendapati kedatangan Aldo.
Aldo tersenyum dan merapatkan jaketnya ke tubuh Hanis yang kedinginan.
"K-kkak! Kakak ke sana dong sambil semangatin Vivi," pintanya di tengah menggigil.
Melihat Aldo yang diam tak merespon dan terlihat berpikir membuat Hanis langsung mendorong pelan badan Aldo. "Udah sana kak! Buruan!"
Aldo dengan segala kebingungannya berjalan ke ujung kolam, lalu membentuk sebuah corong di mulutnya dan berteriak untuk menyemangati Vivi.
"Semangat, Vi!"
Meskipun sedang fokus berenang, Vivi dapat mendengar suara itu. Vivi menyembulkan kepalanya sekilas guna menghirup oksigen sekaligus melihat apakah suara itu ada wujudnya atau tidak.
Ternyata ada wujudnya! Entah kekuatan dari mana, Vivi langsung berenang lebih cepat daripada Clara dan memenangkan perlombaan dadakan tersebut.
Melihat itu membuat Hanis mencak-mencak senang karena prediksinya menyuruh Aldo menyemangati Vivi berhasil. Langsung saja Hanis menghampiri tiga orang di ujung kolam sana dengan senyum penuh kemenangan.
Vivi berlari hendak memeluk Aldo, namun Hanis memang selalu merusak suasana. Hanis langsung memeluknya!
Hanis melompat girang. "Yes! Yes! Yes! Lo menang Vi! Lo menang! Yuhuuuuu!"
Tangan Vivi berusaha mengurai pelukan Hanis. Dan berhasil!
Hanis langsung berdiri di depan Clara dan menguncang bahu Clara. "Yes! Lo kalah Ra! Jadi lo, harus tolongin kita berdua-- Eitsss sesuai janji lo tadi, lo bakalan bantuin kita berdua kalo kita berdua menang," katanya.
Dengan terpaksa Clara mengiyakan perkataan Hanis.
"Iyaudah! Clara bantuin. Emang apa?"
Hanis tersenyum penuh arti. "Lo, harus ikutan si Vivi sama yang lain buat tampil nge-dance sama nyanyi di acara prom night nanti!"
Clara mendelik dan menggeleng kuat-kuat. "Gak mau!" tolaknya.
"Gak boleh nolak. Salah sendiri, kalah."
"Ra!" Clara dengan wajah masamnya menoleh ke arah Aldo. "Ada Arfa di depan, cepet kesana keburu dia pulang. Dia nganterin gue ke--" lanjutnya terpotong karena Clara sudah berlari memasuki rumahnya dengan bahagia.
Clara berlari hingga terpleset dan menimbulkan suara benturan tubuh dengan ubin. Mendengar itu Arfa yang duduk di sofa ruang tamu langsung menoleh ke arah belakang mendapati Clara meringis memegangi pinggang dan siku.
Arfa beranjak dan melangkah cepat menghampiri Clara. Arfa berjongkok dan memegang bahu Clara.
"Lo gak papa?" Clara mendongak dengan mata berkaca-kaca.
"Ngiluuuu..." rengeknya.
Arfa mengangguk dan membantu Clara berdiri lalu mendudukannya di sofa. Clara masih meringis merasakan ngilu di punggung dan sikunya.
Melihat itu Arfa menusap siku Clara dan meniup-niupnya. Setelah dirasa waktu berselang agak lama, Arfa mendongak mendapati Clara yang menatapnya dengan senyum yang ia rindukan selama ini.
"Udah mendingan?" tanpa sadar Clara menganggukan kepalanya.
"Lo ganti baju aja dulu."
Sesuai perintah Arfa, Clara melangkah ke lantai dua untuk mengganti pakaiannya
Arfa terdiam, ia memandangi tangannya yang baru saja mengelus siku Clara. Tiba-tiba senyumnya merekah lebar. Entah mengapa ia merasa hidupnya seakan kembali cerah, secerah matahari terbit.
Aldo, Hanis, dan Vivi mengulum senyum melihat interaksi Arfa dan Clara.
"Alhamdulillah akur dehh adek gue," kata Aldo seraya mengelus dadanya bersyukur.
Vivi dan Hanis saling pandang lalu menatap Aldo bersamaan. "Kak Aldo kakaknya Arfa?!"
Aldo tersadar keceplosan, selanjutnya ia mengangguk dan meyengir kuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Teen FictionAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...