Enam tahun kemudian...
Acara kelulusan memang melelahkan, buktinya karena acara kelulusannya yang dilaksanakan kemarin, membuat seorang gadis terlelap dengan mulut terbuka.
Posisi gadis itu berbaring di sofa single, rambutnya yang acak-acakan bahkan beberapa helai masuk dan berkubang di dalam mulutnya, kaki kanannya di tekuk sedangkan kaki kirinya diluruskan di atas meja. Sungguh ironis, terlihat bahwa posisi tidurnya tidak cantik sama sekali.
Itu Clara.
Di tempat lain, dua orang lelaki tengah berada di sebuah butik. Sibuk memilih gaun mana yang cocok digunsksn Clara nanti. Karena sebuah kejutan tak terduga juga harus di persiapkan dengan matang.
"Om, kayaknya bagus putih, deh, om!" seru Tara sambil melihatkan gsun putih di tangannya.
Tio menggeleng. "Jangan, Ara itu, gak bagus pake baju putih. Nanti, bukan malah cantik, malah dekil. Apalagi, ada acara makan-makan." Tara mengangguk membenarkan ucapan Tio lalu Tara kembali mencari gaun yang pas untuk dikenakan Clara.
Tengnong tengnong!
Suara bel rumah berbunyi membuat Clara bangun sambil masih berusaha mengumpulkan nyawanya, dia menyesap liur yang mengumpul di ujung bibir membuat beberapa helai rambut yang tadi masuk kedalam mulutnya tersedot. Clara membenarkan rambutnya, dan berdiri kemudian merentangkan badannya. Mungkin, itu Tara dan Tio yang tadi berpamitan ingin membeli makanan untuk perayaan kelulusannya di rumah.
Clara dengan sedikit sempoyongan sambil menguap melangkah menuju pintu. Daun pintu terbuka, namun mata Clara masih memejam dan mulutnya menguap lebar. Clara mengaruk kepalanya lalu membuka matanya perlahan. Detik berikutnya matanya hampir saja copot.
👑👑👑
"KAKAK!!!"
Teriakan gadis kecil yang tengah di balut dress pink itu membuat perdebatan Arfa dan Aldo berhenti. Gadis kecil itu melangkah mendekati kedua kakak laki-lakinya sambil berdecak pinggang.
"Ayo! Banyak bacot mulu! Nanti telat, gimana?"
Arfa dan Aldo kontan mendelik mendengar ucapan adiknya itu. Aldo mengetuk pelan kepala adik perempuannya sambil berdesis.
"Anak kecil! Mulutnya kok, kayak kak Arfa?!" Arfa gantian mengetuk kepala Aldo gemas. "Ngapa bawa-bawa, gue?!" kesalnya.
Olivia hanya bisa menggeleng mendengar perdebatan kedua kakak laki-lakinya, hingga kedua orang tuanya masing-masing menjewer telinga manusia yang sibuk berdebat di depannya.
Mamanya yang menjewer telinga Arfa sedangkan Papanya, menjewer telinga Aldo.
Sambil mengeratkan jewersnnya Berta mendengus. "Ini! Yang punya acara, kok malah ribut. Mau di cancel?!" ancamnya.
Arfa langsung melepas jeweran Berta dan menggeleng kuat-kuat. "Nggak! Ayo!"
Arfa berjalan terlebih dahulu di ikuti Yuda yang masih menjewer Aldo dan Berta. Meninggalkan Olivia dengan segala kebingungannya. Gadis kecil itu mengerjap beberapa kali, lalu menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian menatap keluarganya yang berjalan di depannya.
"HUAAAAA!!! OLIP DI TINGGALIN!!!"
Semuanya menghentikan langkah dan menengok ke belakang, bersamaan mereka berempat menepuk keningnya.
"Lupa!" seru mereka bersamaan.
Setelah bersiap, mobil dikendarai oleh Yuda, sedangkan Arfa yang berada di sebelah Yuda sedikit gugup. Berta dan Aldo sibuk menenangkan Olivia yang ngambek karena insiden dimana dia dilupakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Fiksi RemajaAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...