BERTEMU KEMBALI.

31.6K 1.3K 133
                                    

ALOHAAA! JANGAN LUPA FOLLOW INSTAGRAM AKOOOO

-- ig: rubanabe --

SELAMAT MEMBACA, JANGAN LUPA JEJAKNYA XIXI


"Dari mana Fa?" tanya ketua kelas yang bernama Aldo.

Tapi yang ditanya tetap meleggang pergi kearah tempat duduknya tanpa menggubris pertanyaan Aldo.

Aldo lagi-lagi menghembuskan nafasnya pasrah, ia sudah tau akan seperti ini responnya. Selama ini pun begitu.

"Arfa! Kumpulin tugas bu Novi! Kan, tadi lo keluar kelas, pas jamkos, bu Novi ngasi tugas kan. Tugas itu, harus dikumpulkan--" Arfa melempar buku tersebut ke arah Hana sang sekertaris, Hana reflek menerima lemparan buku dari Arfa "--sekarang." cicitnya melengkapi kalimat sebelumnya.

Bukannya Arfa tak mau memberikannya secara baik, tapi jika tidak di berikan seperti itu pasti Hana akan berceloteh semakin banyak, rasanya Arfa risih sekali!

Dia memang sempat mengerjakan tugas dari bu Novi lalu melegang pergi ke belakang sekolah untuk melanjutkan membaca novel yang ia bawa dari rumah tadi.

Arfa sontak berdiri dari tempat duduknya ketika mengingat sesuatu membuat suara decitan meja dan kursi menggema dikelas.

Semua mata tertuju kearahnya, tapi Arfa masih sibuk dengan pikirannya.

Dimanakah novelnya?

Aldo mendekati Arfa "Kenapa Fa? Ada yang, ketinggalan?"

Dan seketika itu Arfa berlari menuju belakang sekolah, ia ingat sekarang.

Novelnya tertinggal di belakang sekolah!

Kejadian itu membuat seluruh teman Arfa dikelas menjadi terheran-heran. Tak pernah mereka melihat Arfa sepanik itu. Apakah ada yang terjadi?

Arfa mengedarkan pandangannya ke area belakang sekolah, berusaha mencari dimana novelnya berada. Untuk sejenak ia berhenti, mengingat kejadian sebelumnya.

Bruk.

Krak.

Arfa mendengar suara itu di balik pohon yang sedang ia gunakan untuk bersandar seraya mengamati sebuah foto yang ia ambil dari balik lembar novel yang ia pegang.

Gedubrak.

Plung.

Krak.

"ADUHHH!" teriakan itu dapat ia pastikan adalah teriakan seorang perempuan karena suaranya melengking membuat telinga bisa mendengung jikalau suara tersebut diperkeras lagi.

"Duhh! Sial banget Clara hari ini! Sela selalu aja teriak, jebol gendang telinga ini nanti! Gak tau apa Clara lagi di atas tembok, papa juga! Kenapa nggak bangunin pagi-pagi, jadi telat kan dedek!"

Gerutuan itu terdengar di telinga Arfa. Ia empat berpikir orang tersebut bukan sedang menggerutu melainkan sedang menyanyikan rap sebuah lagu, dikarenakan perkataannya yang panjang dan cepat itu.

Sempat berpikir pula, sebesar apa paru-paru orang itu sehingga dapat berucap sepanjang itu dengan satu tarikan napas.

Arfa mengendikkan bahunya acuh, paling itu salah satu siswi yang terlambat kemudian terpaksa masuk sekolah melewati tembok belakang sekolah.

Dan memang sebenarnya tempat yang paling aman dan pas untuk kabur maupun masuk ke sekolah adalah area belakang sekolah ini. Disamping sepi, jangkauan area belakang sekolah pun aman dari cctv serta guru.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang