MASIH MENCOBA

14.7K 795 47
                                        

UNTUK CHAPTER INI AGAK PANJANG YAA. SIAPIN KOPI BIAR NGGAK KETIDURAN WKWK.

SO, HAPPY READING.


Sudah hampir setengah jam Clara menunggu kedatangan Arfa. Hiruk pikuk sekolah sudah lebih tenang karena banyak yang sudah pulang, bahkan keempat sahabatnya meninggalkan Clara. Hasan dan Sela asa urusan, Fino latihan futsal dan Sela yang katanya ingin cepat pulang.

Sungguh, Clara bosan sekali.
Demi menghilangkan rasa bosannya, Clara bermain-main di sekitar parkiran dengan membengkok-bengkok kan beberapa spion motor yang masih terparkir.

Kebesaran. Ia mencoba memakai helm milik Arfa. Satu kata itu dapat mendeskripsikan kepala Clara yang tenggelam oleh helm milik Arfa. Dia mengaca lewat spion dan terbahak sendiri, ia mirip seperti lalat hijau.

"Hahahahahha... Lucu banget Clara. Foto ah, kasi tau ke papa nanti. Biar dibeliin." ucapnya bermonolog sendiri. 

Tenenet net net tenonet nonet, tenenet net net tenonet nonet susu murni nasional...

Kepala Clara langsung memutar cepat, mencari asal suara. Susu mbak Murni kesukaannya! Memang rejeki anak solehah, ada saja penghibur di kala bosan melanda.

Segera Clara berlari menemui pujaan hatinya, ehhh-- bukan akang tukang jualannya ya. Maksudnya pujaan hatinya itu susu murni itu. Dengan tergopoh-gopoh sampai tidak sadar melupakan tujuannya menunggu Arfa di parkiran.

Ia langsung memblokir jalan akang yang berjualan itu, dengan merentangkan kedua tangannya di depan gerobak.

Sungguh jika akang itu menoleh sebentar saja dan tidak mengetahui keberadaan mendadak Clara. Maka dapat kita pastikan Clara sudah tertabrak gerobak dagangannya, si akang yang reflek mengerem mendadak langsung mengelus dadanya kaget.

Clara menyengir lalu ia berjalan menghampiri akang penjualnya.

"Kang, susunya 5 ya!"pesannya seraya menampakkan kelima jarinya di depan wajah akang penjual.

"Iya neng." jawab akang itu, ia memasukkan kelima susu dagangannya kedalam kantung plastik sambil menatap bingung Clara.

Bukan apa, si akang hanya merasa aneh saja pada pelanggannya ini.

Merasa ditatap, Clara menoleh, memalingkan tatapannya dari susu yang menggiurkan dikotak pendingin di depannya. Clara melihat ekspresi kebingungan si akang.

"Kenapa kang?"

"Ehhh--ohh nggak apa neng." kilahnya.

"Mang!" panggil Clara.

Gimana sih gadis ini tadi memanggil kang sekarang mang, jangan-jangan setelah ini cak atau lek.

"Apa dek?"

Clara mendelik, "Clara bukan adek akang ya, Clara ini pelanggan." selorohnya kelewat cepat.

"Trus akang panggilnya apa?"

Clara menimang-nimang pertanyaan si akang. "Panggil Sis lah, kang! Gak gaol amat, sii!"

"Taudah! Sis bayar susunya lima rebu."

Clara terkejut, jadi susu ini hanya seribuan? Wah murah sekali, Clara tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. "Mang, Clara beli susunya lagi deh. Murah banget, wenak tenan iki susu." puji Clara sambil memberikan ibu jarinya pada penjual itu.

"Mau beli berapa, neng?"

"Ish panggilnya sis aja bukan neng, Clara kan jadinya kayak neng penjual jamu." ralat Clara.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang