ALOHA! JANGAN LUPA DUKUNG FIA DENGAN VOTE.
YUK SALING BERINTERAKSI DI KOLOM KOMENTAR
Follow ig: rubanabe
🐣🐣🐣
Sudah lima hari Clara memperhatikan interaksi antara Arfa dan Aneta. Dia dapat menyimpulkan bahwa keduanya tengah menjalin sebuah hubungan. Bahu Clara merosot kala otaknya membernarkan prasangka-prasangka yang ada.
Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan ujian kenaikan kelas. Parahnya, mata pelajaran yang diujikan kali ini membuat kepala Clara pusing duluan.
Matematika.
Kenapa sulit sekali dipahami? Adakah cara untuk memahami yang satu ini? Coba sebutkan jika ada, mungkin saja Clara bisa mencobanya.
Semangat Clara akhir-akhir ini meredup tanpa sebab. Dan hari ini pula ia tau penyebabnya. Astaga Clara merasa konyol karena terjebak di dunia roman picisan ini. Lagipula kenapa waktunya tidak tepat!
Seharusnya Arfa dan Aneta bermesraan di sebelum atau sesudah ujian. Clara yakin ia tidak akan terganggu seperti ini. Apalagi jika kehadirannya diantara Arfa dan Aneta terasa seperti penganggu.
Lihat saja, setelah ini Clara bertekad tidak akan mendekati Arfa dan Aneta lagi!
Waktu pengerjaan ujian dimulai. Sepuluh soal pertama dan lima soal terakhir tidak ada kesulitan sama sekali. Namun, dipertengahan sepuluh soal Clara mulai terlihat gelisah. Saat ia berusaha mengingat rumus untuk mencari jawaban, bisa-bisanya malah teringat momen kebersamaannya dengan Arfa ketika belajar.
"Eliminasi dan subtitusi!" gumam Clara ketika menemukan penyelesaian salah satu soal.
Tinggal tiga soal dan waktu ujian tinggal 15 menit. Clara terus bergerak gelisah, mulai dari mengetukkan pensilnya sampai mengigit bibirnya sendiri. Sampai akhir Clara tidak menemukan penyelesaian untuk kekurangan soalnya. Alhasil cewek itu merelakan dengan percuma kemudian maju mengumpulkan lembar jawabannya.
Lain halnya dengan yang lain, Clara tidak merasa senang mendapati ujian berakhir. Dia lebih memilih mengemasi peralatan tulisnya dan pergi keluar ruangan sembari menenteng tas punggung dengan lesu.
Fino yang sendari awal memperhatikan gerak-gerik Clara langsung pamit pada teman-temannya. Cowok itu meninggalkan kehebohannya menyambut hari ke depan tanpa ujuan dan lebih memilih mengejar langkah Clara.
"Ra!" panggilnya.
Clara tidak menoleh ke belakang, tetapi cewek itu tetap merespon panggilan Fino.
Fino menyentak bahu Clara membuat Clara mau tak mau berhadapan dengan Fino.
"Lo kenapa?" tanya Fino, khawatir.
Clara menggeleng sebagai jawaban.
"Sakit?"
Dalam hati Clara menjawab, "Sakit hati!"
"FINO!"
Fino dan Clara menoleh ke belakang.
"Udah sana, ditungguin!" usir halus Clara.
Dengan berat hati Fino menatap Clara, "Gue cuman sebentar ngurusin tim gue. Lo kalo ada apa-apa langsung telpon gue. Gue bakalan lari sekencang mungkin menghampiri lo. Oke?"
Clara mengangguk, ingin cepat menjauhi Fino. Ia tidak mau Fino emndapati dirinya dalam kondisi aneh seperti ini. Detik berikutnya Fino meninggalkan Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
JugendliteraturAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...