HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!🐣🐣🐣
"Tar."
Tara mendengus. "Yang bener," katanya.
"Tara."
"Yang sopan!"
Clara ikut-ikutan mendengus. "Abang Tara yang gantengnya naudzubillah," selorohnya.
"Apa?!"
"Nyelo lah, bang!" seru Clara. Cewek itu lekas memberikan ponselnya pada Tara.
Tara menerima ponsel yang disodorkan oleh Clara. Cowok itu melihat room chat antara Clara dan Arfa.
Arfa_Alano
Apa yang lo lakuin ke Aneta?!
Jawab jangan cuman di read!
Sialan! Apa yang lo lakuin ke Aneta!
Gue nggak sangka lo selicik dan serendahan itu sampai balas Aneta dengan kejam, Ra.
Respon yang diberikan Tara jauh lebih seram dari dugaan Clara. Sepepunya itu bahkan hampir saja melempar ponsel yang digenggam. Beruntung Clara merebutnya dengan cepat.
"Biar gue aja!"
"Jangan. Udah nggak apa-apa. Biar Ara yang--"
"Lo belum baik-baik aja!" potong Tara, wajahnya merah padam. "Perlu gue sebutin apa aja yang lo bilang nggak apa=apa itu?!"
"Gaper--"
Tara menarik napas dalam-dalam. "Leher lo masih memar, kepala lo benjol, dahi lo lecet, ujung bibir lo luka, kaki lo pada memar, punggung lo juga pada--"
"Lo intipin gue sama bi Ijah?!"
Tara langsung melambaikan tangan di depan Clara. "Kagak kagak! Gue nanya ke bi Ijah kok suer!" balasnya.
Tatapan menyelidik yang Clara lembar membuat Tara jadi sedikit meremang. Clara itu kalau sudah serius, nggak ada kelihatan lucu atau kelihatan seperti biasanya. Maka dari itu Tara sedikit gugup jika melihat Clara mulai berbaur dengan emosinya sendiri.
BRAKKK.
"RAAAA!"
Clara dan Tara mendadak dikejutkan dengan suara bedebam pintu yang dibarengi teriakan. keduanya sampai mengelus dada, sangking kagetnya.
Fino datang dan langsung memfokuskan diri kepada Clara. Selanjutnya cowok itu lekas memeluk Clara erat.
Clara meringis merasakan ngilu di sekujur tubuhnya karena pelukan Fino. Melihat itu Tara langsung memiting kepala Fino hingga pelukan Fino terhadap Clara terurai.
"Apasih, bang!" protes Fino.
"Clara sakit nyuk! Noh liat meringis begitu."
Fino menatap Clara yang tersenyum seraya sedikit meringis.
"Lahhh?! Kan cuman peluk doang, bang. Apa sih?1 Alay banget!" komentar Fino.
Clara melempar kode agar Tara tidak membeberkan luka-lukanya. Namun, Tara sepertinya tidak mengidahkan kode Clara.
"Punggungnya memar-memar."
"Pasti abis ini--" gumam Clara belum sempat menyelesaikan kalimatnya. "KOK BISA?!"teriak Fino, tepat seperti tebakan Clara.
Tara dan Clara menutup telinga masing-masing, sedangkan Fino yang hendak bersuara kembali langsung mingkem dan ikutan menutup telinga.
Suara cewek-cewek memang tidak ada duanya jika sudah berteriak menggelegar. Setelah berteriak, Gea dan Sela langsung duduk di ranjang Clara, bersila menghadap Clara.
"Diapain lo sama dia?!" Tanya Sela.
"Di jambak?" timpal Gea.
"Di tampar?"
"Di dorong?"
"Di gampol?"
"Di cekik?!"
"ANJIR LO DI CEKIK JUGA?!" teriak Sela kala melihat memar pada leher Clara.
"Diem!" seru Hasan. "Biarin Clara istirahat," ucapnya penuh penekanan.
Suasana berubah jadi kondusif sampai Hasan kembali bersuara, "Ayo ke bawah, biarin Clara istirahat."
Semua mengangguk patuh dan segara beranjak. Hasan menatap Clara dengan tatapan penuh arti. Clara meneguk susah payah salivanya dan mengangguk seolah tau arti tatapan Hasan yang terlihat menyuruhnya untuk beristirahat dan tidak banyak protes.
Clara berbaring dan menyelimuti tubuhnya sambil mencuri-curi pandang pada Hasan. Cewek itu kikuk dengan tatapan Hasan.
"Jangan temuin Arfa, atau lo liat gue murka," ancam Tara sebelum melangkah meninggalkan Clara .
🐣🐣🐣
Suasana ruang tamu masih hening. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing setelah melihat kondisi Clara.
"Gue nggak terima Lara di giniin!" Gea bersuara, memecahkan keheningan.
"Gue juga gak terima kali!" timpal Fino dan Sela bersamaan.
"Kita harus bikin rencana buat balas Aneta," ucap Hasan diangguki Gea, Sela, dan Fino.
"Setuju!"
Tara menatap teman-teman Clara secara bergantian, "Jangan dulu. Kalian nggak bisa gegabah kayak gini," katanya.
"Maksud lo apa bang?!" tanya Hasan.
"Biarin dulu, kita lihat apa lagi yang bakalan di lakuin Aneta."
Mendengar itu Hasan tiba-tiba emosi. Dia tanpa sadar sudah melayangkan bogeman mentah pada Tara membuat Tara limbung dari posisinya.
"Lo mau bikin Lara dapat luka lebih parah daripada ini?!" teriak Hasan.
Sela dan Fino menahan Hasan agar tidak hanyut dalam emosi.
"Hasan!" teriak Sela dan Gea ketika Hasan lepas dari pegangan dan hampir memberikan bogeman lagi pada Tara.
"Percaya sama gue. Ara bakalan baik-baik aja," yakin Tara. "Kali ini turutin gue, gue udah punya rencana. Jangan gegabah. Aneta punya rekaman ketika Ara balas nyerang cewek itu. Aneta manfaatin seolah dia adalah korban."
Hasan, Sela, Gea, dan Fino diam mendengarkan penjelasan Tara.
"Trust me. Semua bakalan baik-baik aja," yakin Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Novela JuvenilAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...