STRATEGI

15.4K 758 36
                                    


"Tangan lo kenapa?"

Clara melihat punggung tangannya, dan responnya hanya manggut-manggut saja.

Pasti itu karena kejadian tadi, ketika ia terjungkal ke tanah.

"Oh itu, tadi Clara kejungkel kebelakang gara-gara si Arfa-Arfa itu, masa ya, dia tuh, kasar banget sama Clara--"

"HAH?!" kompak keempatnya beteriak khawatir bukan karena luka dipunggung tangan Clara, melainkan tindakan peringatan Arfa yang sudah di dapatkan oleh Clara, temannya.

Clara langsung terdiam saat keempat temannya memutar-mutar tubuhnya, meneliti dari atas hingga kebawah.

"Lo gak papa? Lo sih, gangguin kak Arfa, dapet juga kan ganjarannya!" omel Sela.

Clara menghempas seluruh tangan yang meneliti tubuhnya, khususnya tangan Sela dan Gea.

"Emangnya kenapa, sih! Kalian-kalian pada takut sama Arfa! Orang kita sama-sama makan nasi, sama-sama lahir dari rahim ibu, sama-sama tuhan ciptakan demi saling melengkapi, sama-sama hidup, yang beda cuman spesiesnya, dia cowok sedangkan Clara, Gea sama Sela cewek!"

Gea gregetan, "Udah, mulai sekarang, lo gausah gangguin cowok itu, kita bakalan cariin lo temen belajar yang lebih aman."

"Iya!" serobot Sela. "Gimana kalo lo temenan sama si peringkat 2? Dia baik kok, cewek lagi. Jadi kan bisa satu server."

Clara terharu, temannya ini begitu baik padanya. Tetapi Clara sudah terlanjur terlibat dengan Arfa.

Hatinya sudah memilih Arfa, untuk menjadi teman belajarnya.

Clara memeluk Gea dari samping "Emmm.... So sweet banget sih, temen Clara."

"Tapi Clara maunya si Arfa, gimana dong? Lagipula lumayan bisa cuci mata, segerin otak juga kalo lagi pusing belajar," ucap Clara dengan tampang polosnya dengan mengerjap beberapa kali.

Habis sudah usaha mereka mencegah keputusan Clara. Memang dasar kepala batu, harus terkikis lama dulu baru rapuh.

"Jangan Lara kuuu sayang, sama Pino aja deh belajarnya, gratis tis tis tis tisssss." sahut Fino, khawatir sebab ia pernah berurusan dengan Arfa dulu.

Clara menggeleng, "Ogah, nilai beberapa mata pelajaran Pino aja lebih gedean nomor absen, mau segala pake ajarin Clara."

Bak ditampar banci, mulut Fino pun langsung terkatup rapat. Hendak protes tapi apa yang dikatakan Clara itu benar memang.

Dan akhirnya Hasan membuka suara.

"Yakin gak lo? Berani hadepin kak Arfa?" tantangnya, Clara langsung semangat saat itu pula

"Beranilah!"

"Sel, ceritain ke Lara tentang kak Arfa."

Sela mengangguk kemudian mulutnya dengan lancar menceritakan para korban dari keganasan Arfa (termasuk mereka sendiri), mulai dari korban pertama yang masuk rumah sakit karena melempar Arfa dengan kaleng bekas minuman sampai Fino yang dulu pernah bonyok karena memaksa Arfa bergabung dengan tim futsalnya.

Korban kedua yang hampir bunuh diri karena ditolak mentah-mentah di depan keramaian oleh Arfa, korban ketiga yang terpaksa pindah sekolah karena Arfa mengancam akan memukulinya bila dia masih terlihat dihadapan Arfa. Serta korban-korban lainnya.

Sedangkan Fino, Gea dan Hasan sesekali menimpali guna melengkapi cerita Sela yang kurang.

Clara mendengarkan dengan hikmat dan terlampau kaget, separah itu kah Arfa? Bahkan tanpa sadar perempuan itu menggangga lebar.

"Masih berani lo?" Tantang Hasan.
Clara menepuk bahunya bangga, "Woyajelas berani! Arfa mah, kecil." serunya remeh.

Sebenarnya ada secuil takut, tapi yasudahlah. Dicoba dulu.

Fino, Gea, serta Sela hanya bisa mengangga, bukannya takut Clara malah meremehkan Arfa. Memang temannya itu sedang cari mati, tak habis pikir.

"Oke, silahkan lo berurusan sama kak Arfa," Hasan menjeda ucapannya, Clara sudah berbinar pasti sahabatnya ini akan membantunya menjinakkan Arfa, disisi lain Fino, Gea dan Sela dibuat tak percaya kedua kalinya dengan keputusan Hasan.

"Tapi kita gak bakalan bantu lo, urus aja sendiri urusan lo sama kak Arfa, kita udah pengalaman berurusan sama dia dan gak mau lagi, gimana?" lanjut Hasan.

Dan ya, dapat dipastikan Fino, Gea dan Sela tersenyum menantang. Sedangkan Clara sudah kecewa dengan ucapan Hasan, dasar teman tak berperiketemanan!

Clara menatap satu-satu temannya. Ada secuil rasa takut sebenaranya. Tapi demi tekadnya ia harus berani mengambil resiko, Clara harus rela berkorban.

Clara memasang wajah 'tolongin Clara ya' tapi keempatnya kompak menggeleng.

Clara menunduk, membuat keempatnya bersorak senang, pasti Clara menyerah.

Dan Clara mendongak dengan binar kegigihan "Clara ya jelas bakalan jadiin Arfa temen lah, mana mungkin Clara menyia-nyiakan kesempatan ini!"

Fix Gagal Total.

"Lara, jangan dong, nanti gue dimarahin mereka-mereka gara-gara lo nyariin Arfa." mohon Fino seraya menunjuk bergantian Hasan, Gea, dan Sela.

Clara menggeleng. "Gak! Kalo gitu bantuin Clara dong Pino.." rengeknya.

Fino menggeleng tegas, "Ngaco, bisa-bisa gue pulang tinggal kenangan kalo berhadapan sama kak Arfa lagi!" tolaknya.

"Yaudah kalo gitu, Clara tetep mau melaksanakan perjuangan Clara sendiri."

"Jangan Laraaaa, gue biayain kehidupan lo seumur hidup deh!"

"Beneran?"

Fino mendelik lalu menggeleng, "Ya gak lah! Becanda!" membuat Clara mengerucutkan bibirnya.

Semua kelimpungan mencari cara agar Clara tidak berurusan dengan Arfa. Mulai sogokan traktiran selama seminggu, ataupun lainnya.

"Trus rencana lo apa?" tanya Gea yang sudah menyerah membujuk Clara.

"Belum ada, sih."

---
Hao hao haiii para readers. Please give me a vote and coment.

Kalo ada kritik dan saran, yuk langsung komen atau ask aja deh biar ceritaku tambah yahuddd wkwk.

Oiyahhhh! Minggu depan aku UAS jadi next chapter di ARCLA di pending dulu ya :'(

Eitsyyyy tapi jangan sedih! Nanti uploadnya langsung dua chapter deh.

Janjiii!

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang