HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!🐣🐣🐣
Aneta dan dua temannya .
"Lo berdua kejar Fani, jangan sampe dia ngadu ke Arfa atau Aldo. Gue kejar Clara dan ambil rekamannya."
Setelah membagi tugas, Aneta dan dua temannya pergi berpencar.
Clara masuk ke ruang musik yang ternyata sudah ada Fani, cewek itu sedang berjongkok di belakang pintu. Clara ikutan berjongkok dan menutup mulutnya seperti Fani.
Terdengar suara pijakan sepatu di depan pintu ruang musik.
"Lo ketemu?"
"Nggak Net, kayaknya mereka berdua nggak lari kesini," itu suara Mira.
"Jangan-jangan di lapangan basket, Clara kan ikut basket!" seru Sisca. Lalu terdengar suara ketukan sepatu di lantai yang semakin lama semakin terdengar menjauh.
Clara meluruh dan menyender di pintu ruang musik, dia berselonjor karena lelah berlari. Lelah berlari dari Aneta dan dua kacung Aneta.
Fani menutup kemeja seragamnya yang robek akibat di gunting oleh Sisca dan Mira tadi. Clara menoleh kala mendengar isakan Fani.
"Kamu nggak papa?" Fani menggeleng membuat Clara garuk-garuk alis bingung harus bagaimana.
Clara menyesal meletakkan baju seragam dan jaket miliknya di loker. Tas yang Clara bawa tidak ada apapun selain makanan dan minuman. Tidak mungkin Clara melepas jersey yang melekat di tubuhnya. Itu tandanya Clara hanya akan memakai tanktop. Tidak, itu terlalu ekstrim, pikir Clara.
Ponsel yang Clara letakkan di dalam tas berdering, cepat-cepat ia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"RA! PERTANDINGAN UDAH MULAI PEMANASAN LO DIMANA?!" Clara langsung menjauhkan ponsel itu dari telinganya.
"Kamu ke ruang musik sekarang, Pin."
"Ck, lo aja yang ke sini ngapain minta jemput."
"Cepet kesini atau Clara gak mau ikut tanding!"
Tut.
Clara menoleh ke arah Fani yang masih menangis. Dengan penuh perhatian Clara berusaha menenangkan Fani dari tangisnya.
"Fani... cup... cup... Udah dong jangan nangis, Clara nggak tau caranya diemin orang nangis."
Bukannya malah diam, Fani semakin menangis membuat Clara mendelik kaget dan menyatukan kedua telapak tangannya.
"Ehhhh maaf-maaf," ujarnya "Aduhhh kamu kenapa? Clara ngapain?"
Fani menggeleng. "Kamu.. Hiks.. Nggak sa.. Hiks.. Lah, Ra."
"Terus kok tambah nangis?" Fani kembali menunduk menahan isakan.
"Maafin gue...hiks.. gue yang videoin lo...hiks..gue bakalan ngasih tau kak Arfa...hiks..kalo lo saat itu di siksa kak Aneta, dan di jebak kak Aneta."
Clara tersenyum tulus lalu memeluk Fani.
"Jangan. Nggak perlu kamu ngomong ke Arfa, kamu minta maaf ke Clara aja udah buat seneng kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
أدب المراهقينAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...