Anyeong yeorobun!
Caw caw caw! Baca Arcla. Jangan lupa vote dan komen yak. Fia suka bacain komen kalian hmm.
Okey!
Now! Happy reading guys!
Happy holiday juga.
.
Hari senin kali ini mungkin menjadi hari yang paling bahagia bagi Clara.Pasalnya rekahan senyum dibibir mungilnya sejak tadi tak kunjung luntur. Nyanyian serta pekikan juga terdengar membuat semua orang menatapnya heran.
"Yomsyy yomsyy yomss.. perjuangan Clara akan segera dimulai! Bersiaplah mama papa. Kini Clara akan mewujudkan semuanya. Clara akan berusaha sekuat tenaga, jiwa dan raga. Lihat saja nanti!"
Clara kini tengah menghadap ke arah pohon dekat parkiran, ia menunjuk-nunjuk pohon tersebut seolah pohon itu manusia. Pohon itu menjadi sasaran Clara mengutarakan pendapat, perasaan, serta makian.
"Heh, pohon! Diem mulu dah, kesannya Clara gila tau. Jawab dong!" bentaknya mengebu-gebu.
"Pohon. Liat usaha Clara yang membuahkan hasil nanti, pastikan kamu tetap disini, berdiri disini. Tungguin Clara sampe sukses. Mengerti?"
Clara menganggukan kepalanya, pohon itu tertiup angin mengakibatkan tangkainya tergerak. Clara memutuskan gerakan itu sebagai jawaban dari pohon didepannya ini.
"Kalo gitu Clara duluan. Semoga cepat tumbuh pohon pendek, kalo nanti udah tumbuh, Clara pasti manjat. Tenang, bukan panjat sosial kok! Woke!!! Babayyyy!"
Sedangkan diujung sana keempat orang sudah menutup wajahnya, ia malu.
"Bukan temen gue!" ucapnya bersamaan.
Kemudian mereka berlari ke kelas, masih tetap menutup wajah dengan kedua tangannya, hanya saja posisi jari telunjuk dan tengah mereka terbuka untuk mengintip jalan dikoridor menuju kelas.
Disisi lain Arfa tadi sempat menghentikan langkahnya karena melihat Clara yang tengah berbicara dengan pohon? Tangannya menunjuk pohon itu, sesekali memukul dahan dan ranting pohon. Tak salah lagi, Clara memang gadis unik, bukan kategori unik bagaimana melainkan gila!
Arfa melangkah tapi lagi-lagi langkahnya terhenti ketika melihat dan mendengar Clara berpamitan dengan pohon. Ia memijat pipinya yang terasa keram karena lama menahan senyum.
Apakah Clara tidak malu? Semua orang yang melintasinya menatapnya dengan raut wajah yang beragam, mulai tertawa, jijik bahkan ada yang mencibirnya.
Merasa pikirannya dikerumuni oleh gadis gila itu, Arfa langsung menuju kelas. Sesekali menggelengkan kepalanya ketika teringat wajah Clara saat sabtu malam ia mengerjainya.
BRAK.
Sudah jadi kebiasaan Clara mengebrak meja, membuat seisi kelas hanya mampu mengelus dada. Masih pagi sudah terkena gangguan jantung akibat gebrakan meja.
Clara kini berdiri didepan keempat temannya, Fino, Gea dan Sela menumpu dagunya dengan tangan sedangkan Hasan melipat kedua tangan dada dan menyenderkan punggunya dikursi. Mereka kini tengah mendengarkan ocehan Clara mengenai semua rencana yang telah ia jalankan selama ini.
Keempatnya sempat tertawa, bahkan emosi ketika Clara menceritakan penggalan cerita saat ia dimaki Arfa berulang kali hingga kelakuan Arfa membalas Clara dengan kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Novela JuvenilAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...