HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!DI MULMED ITU MUKA SI ARFA YANG LAGI GALO MIKIRIN CLARA. GALO AJA MASIH GANTENG YAA.
🐣🐣🐣
Sudah dua hari Arfa tidak mendapatkan kabar Clara. Bahkan Arfa tidak mendapati balasan pesan ataupun panggilan teleponnya dijawab oleh Clara. Kemana cewek itu? Kenapa batang hidungnya tidak terlihat selama dua hari berturut-turut?
Merasa ada sesuatu yang tidak beres Arfa langsung beranjak dari duduknya dan melangkah ke luar kelas. Sebelum itu, Arfa membisikkan sesuatu pada Aldo yang kebetulan duduk di depannya.
Aldo mengangguk lalu berpindah duduk di bangku Arfa, menjaga cewek yang asik mengapai mimpi dalam tidurnya, Aneta.
Arfa meliarkan pandangannya, hingga menemukan sosok yang dicari. Dengan segera mungkin Arfa melangkah mendekat ke arah Tara yang asik bercengkrama dengan gerombolannya.
"Tar!"
Tara menoleh menatap seseorang yang memanggilnya. Air mukanya langsung berubah datar begitu tau siapa yang memanggilnya.
"Gue mau ngomong sama lo," kata Arfa, menepuk singkat bahu Tara dan berbalik.
Tara berdecak kesal karena Arfa malah berjalan mendahuluinya, padahal cowok itu berniat menolak ajakan Arfa. Dengan sedikit dongkol, Tara berpamitan pada teman-temannya untuk menyusul langkah Arfa.
Ternyata Arfa membawanya ke rooftop. Bukannya merasa tentram dengan sambutan angin sepoi-sepoi, Tara malah semakin sebal. Dia melihat gaya berdiri Arfa yang masih cool seperti biasanya.
Tidak, Tara tidak mengakui rasa iri yang bersarang dalam benaknya.
Jauh amat lo ajakin gue ngomong." Arfa menoleh dan tersenyum tipis menatap Tara, "To the point!" ujar Tara.
"Clara," ucap Arfa.
"Apaan?" tanya Tara, tidak paham arah pembicaraan Arfa.
Arfa menghela napas. "Clara kemana?" jelasnya.
"Yang jelas dong kalo ngomong!" seru Tara setelah memahami arah pembicaraan Arfa. "Clara di rumah, lo tau kan dia gak masuk sekolah, ngape tanya gue?!"
Sabar sabar, cuman dia yang bisa lo tanyain -batin Arfa mendengar ucapan Tara yang terkesan tak bersahabat.
"Dia kenapa?" Tara menoleh kesal lalu menjawab, "Sakit!"
"Kenapa?"
"Lo tanya aja dia sendiri gara-gara apa!"
Arfa menarik napas dalam-dalam berusaha menetralkan emosinya. "Gue udah chat, telfon tapi nggak di respon."
"Mampus!"
Karena kesal dengan respon Tara yang acuh dan tak bersahabat, Arfa langsung menarik kerah kemeja Tara.
"Gue udah sabar ya ngadepin lo! Gue beneran bingung mau nanya ke siapa lagi! Cuman lo yang tau kenapa Clara gitu ke gue!"
Tara tersenyum miring kemudian menghempaskan tangan Arfa kasar, "Bagus kalo lo nyadar. Gue mau tanya ke lo, jawab sekali aja. Jujur!"
Suasana menjadi hening sejenak sampai pertanyaan Tara membuat Arfa termenung.
"Lo suka sama Clara?"
Merasakan kebingungan Arfa, Tara langsung membuka suara kembali.
"Susah bilang iya?"
Arfa bergeming, masih bergelut dengan pemikirannya.
"Kalian berdua sama aja! Sama-sama gengsi buat akuin perasaan sendiri."
Setelah mengatakannya, Tara lekas melangkah meninggalkan rooftop. Dia merasa Arfa harus disadarkan sama seperti sepupunya.
Sebelum melangkah menuruni anak tangga, Tara menyapu rambutnya dengan cool, menaikkan kemeja seragam bagian bahunya dengan sombong.
"Keren juga gue," pujinya pada diri sendiri.
🐣🐣🐣
Setelah kepergian Tara, Arfa masih berdiri memikirkan segala kemungkinan yang ada. Mengenai kejelasan perasaannya.
Beberapa menit ia masih berusaha menyadarkan dirinya. Sampai akhirnya Arfa tau kemana harus memperjelas semua ini.
Yakni bertemu Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Teen FictionAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...