BERDEBAR

12.4K 678 11
                                    

HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗

Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌

Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍

Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!

JANGAN LUPA VOMENT.


Hening. Tidak ada yang bersuara sama sekali. Di dalam mobil, Clara terus melirik Arfa yang sendari tadi mengulum senyum. Cowok itu terlihat sedang bahagia tetapi tidak mau mengekspresikannya dengan baik. Clara mendengus melihatnya.

'Mau senyum aja pake di tahan! Gengsi banget jadi orang!' batin Clara, terus memperhatikan kelakuan Arfa.

Clara tidak habis pikir dengan kepribadian Arfa. Dri tadi mulur cowok itu mengembung, berdekud, dan sesekali dia menggaruk pipinya. Mungkin terasa kram karena terus menahan senyum.

Clara geram. "Kalo mau senyum itu senyum aja! Kentut nanti malu! Nanti nanges!" sindir Clara.

Arfa menoleh, melihat Clara yang memejamkan matanya. Cewek itu menyandar dengan nyaman di duduknya. Tak lama kemudian Arfa mengembalikan fokusnya ke jalan raya.

"Kenapa lo merem?"

"Clara tau, Arfa mau senyum trus ditahan gara-gara malu ada Clara disini kan?" Tebak Clara, masih dengan mata terpejam.

Mendengar alasan itu membuat bibir Arfa melengkung dsepenuhnya. Entah bagaimana bisa, Arfa meyakini bahwa dia telah jatuh hati dengan pesona Clara. Hanya dengan mendengar tebakan atau ucapan absurd Clara, Arfa hilang kendali dan reflek tersenyum.

Clara adalah cewek yang akhir-akhir ini membuatnya bisa jujur mengekspresikan dirinya. Tersenyum dengan leluasa contohnya.

"Buka mata lo," ucap Arfa.

Clara menggeleng. "Nanti. Kalo Arfa udah senyum." balasnya.

Arfa kembali tersenyum simpul.

"Gue udah senyum."

Clara mengangguk dan membuka matanya, ia menoleh ke Arfa. Seketika Clara mematung.

Bagaimana tidak, Arfa menatapnya lembut dengan senyuman paling manis. Clara masih normal, dan jantungnya secara alami berdegup tak seperti biasanya.

Arfa merasakan perubahan pada Clara. Mata Arfa mengikuti tangan Clara yang perlahan menempel di dada,  tepat di tempat jantung.

Cowok itu menatap Clara dengan keryitan di dahi, dia memperhatikan bagaimana perubahan wajah Clara sampai cewek itu blushing.

Kok gemes? batin Arfa.

Dengan kekehan renyahnya, Arfa meyakini bahwa Clara baru saja terpesona dengannya. Bukannya terlalu percaya diri, tapi memang benar bukan?

Senyuman Arfa terus membuat Clara tersipu, cewek itu beralih mengigiti kuku-kuku jarinya, menahan diri agar tidak memberikan respon memalukan dihadapan Arfa.

Arfa mengeryit melihat kelakuan Clara, cowok itu tertawa lepas melihat wajah blushing Clara. Tak lama kemudian tawa itu berubah menjadi sebuah bentuk protes. Cowok itu menepikan mobilnya.

"Aduh.. Aw-aw lwepas!"

Clara langsung melepaskan cubitannya dan menampilkan deretan gigi putih. Bukannya marah, Arfa malah mengacak gemas rambut Clara membuatnya mematung lalu mengerjap beberapa kali.

Arfa sepertinya sudah gila, benar-benar gila! Ia menyadari betapa banyak perubahan pada dirinya. Alasannya cuman satu, karena Clara.

Entah mengapa ada rasa lega dan bahagia dalam diri Arfa. Tanpa basa-basi cowok itu langsung memeluk Clara untuk mengekspresikan rasa terimakasihnya.

Berkat perlakuan Arfa, Clara berada di posisi aneh. Cewek itu kaget sekaligus senang? Entahlah, yang jelas dia tidak menyangka Arfa akan memberikan respon yang tak terduga seperti ini. Luar biasa!

"Makasih." lirih Arfa.

Arfa mengeratkan pelukannya seolah mewakili syukur atas kehadiran Clara di hidupnya. Cewek dengan segudang kehebohan dan keberanian yang telah mengulurkan tangan untuk menolongnya dari lubang penyesalan yang selama ini menjebak kebagiaannya.

Entah sudah berapa kali Clara terkejut, yang jelas dia tidak menyangka Arfa bisa mengucap terima kasih. Arfa berterimakasih padanya?! HELL!

Air muka Clara berubah menjadi bingung saat merasakan bahunya basah. Apa Arfa menangis? Atau meludahi bahunya?

Hendak memprotes dan melepaskan pelukan Arfa, Clara dikejutkan dengan permohonan Arfa.

"Bentar aja, gue pengen peluk lo."

Suara itu terdengar bergetar, tak salah lagi. Arfa menangis! Clara langsung membalas pelukan Arfa dan menepuk lembut punggung Arfa, berusaha menenangkan si empunya.

Dan kalian tau mengapa Arfa begitu?

Itu karena sudah dua minggu ini ia merasakan kembali kehangatan keluarga. Hari ini, baru saja Arfa makan malam dengan keluarganya bersama Clara.

Kehangatan yang Arfa dambakan, terbalas dengan momen makan malam hari ini.

***

Clara menghempaskan tubuhya, dia telentang diranjang dengan wajah penuh makna. Cewek itu menatap langit-langit kamar dan meletakkan telapak tangan kanannya di dada kiri. Dia sedang mengecek degup jantungnya yang masih terasa aneh.

Clara berusaha menepis segala ingatan manis di mobil tadi, apalagi senyuman manis Arfa.

Bisa diabetes melitus gueeee!!!

***

Sejak masuk ke dalam rumah, Arfa tidak sekalipun terlihat melunturkan senyuman manis. Dia merasa bahagia tiada tara. Baik keyakinan mengenai perasaannya pada Clara maupun kehangatan keluarga yang baru saja dia dapatkan. 

Ingatan Arfa terus berlabuh pada Clara. Astaga cewek gila yang penuh pesona itu berhasil menyita perhatiannya!

Arfa memasuki kamarnya, menghempaskan tubuhke kasur.

"Gue harap ini semua bukan mimpi," gumam Arfa, tak lama kemudian dia tertidur pulas dengan senyumannya.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang