ORANG BARU

12.2K 683 20
                                    


DI MULMED ITU MUKA CLARA YANG LAGI AKTING SOK IYEE.

UPSYYY JANGAN LUPA VOMENT DAN FOLLOW LAPAK INI!

FOLLOW JUGA @rubanabe DI INSTAGRAM YAK!

SELAMAT MEMBACA, LYUFFF :*

🐣🐣🐣

Clara merenggangkan badanya yang terasa remuk, entah mengapa ia merasa begitu letih hari ini.

KRAK KRAK.

Suara tulang saat Clara merenggangkan badannya terdengar ngilu di telinga. Clara mengerjap berusaha mengumpulkan semua nyawanya.

Hidung Clara otomatis kembang kempis tatkala mencium bau makanan lezat. Matanya masih terpejam sesekali mengerjap.

"Pizza," ucapnya menyebutkan bau yang begitu mendominasi.

Clara kembali mendengus. "Pasta... Martabak?... Dakgalbi.. Gado gado?... Wahhhh!"

Mata Clara langsung terbuka lebar ketika mendapati bau yang benar-benar mengodanya.

"BALADO!"

Dengan semangat empat lima, Clara menyibakkan selimutnya lalu berlari menuju sumber kelezatan. Dia berhenti di ujung anak tangga dan menunduk melihat ruang makan yang sudah tersaji berbagai macam makanan dan teman-temannya yang entah sejak kapan sudah berada disana.

"OM! OI!"

Kebiasaan Clara ketika teman-temannya ikut nimbrung, memanggil papanya dengan sebutan 'om'

Merasa terpanggil semua manusia yang tadinya makan dengan canda gurau kontan menoleh menatap Clara.

"OM TIO! KENAPA NGGAK BANGUNIN CLARA?! KALIAN JUGA KUPRET KENAPA GAK BANGUNIN CLARA! NYARI UNTUNG YA!" protesnya menyalahkan Tio, Fino, Gea, Hasan dan Sela.

"SENGAJA YE! DASAR KEBO KEDODORAN!"

Jawaban itu bukan dari mulut Fino yang biasanya lenjeh, jawaban itu juga bukan dari Tio papanya atau bahkan teman-teman yang lainnya.

Tiba-tiba seorang cowok bergabung dari arah dapur dan menatap Clara dengan berkacak pinggang.  Clara mengerjapkan matanya, menampar pipinya bahkan menyentil dahinya sendiri.

Merasa itu nyata Clara langsung tergerak untuk turun ke bawah dan segera memeluk cowok tersebut.

Menumpahkan segala rindu yang kian terpendam lama.

"SARMANTO!!!" teriaknya.

"BAPAK GUE ITU BENGEK!"

Tak menggubris aksi protes itu, Clara terus berlari menuruni tangga dengan sembrono membuat mereka semua takut Clara akan ter--

"ADOHHHHH!!!"

Semua kontan berdiri dan meninggalkan makanannya, menghampiri Clara yang jatuh dari tengah tangga ke bawah.

Benar dugaan mereka! Belum selesai mengira-ngira sesuatu akan terjadi dengan Clara, ternyata sudah terjadi duluan.

Clara menuruni tangga dengan berguling-guling dan terbentur-bentur. Kepalanya terasa pening, kakinya terasa nyeri, bahkan tangan kanannya ikutan nyeri karena sempat tersangkut peyangga tangga.

Semua bergerombol menatap Clara. Mereka langsung memberikan respon yang beragam.

"Gimana sih, nak! Kalo mau atraksi yang bener lah!" Ujar Tio.

"Sembrono banget sih lo!"

"Tolol deh!"

"Aduhhhh hati-hati, Ra!!"

Sepertinya memang hanya Hasan yang normal, disaat semua memarahinya Hasan malah mewantinya kenapa tidak berhati-hati.

Clara menangis, bukannya mereka cepat menolong malah memarahinya. Sarmanto yang tadi hendak ia hampiri langsung menggendongnya ala bridal style.

Clara kontan melingkarkan tangannya di leher Sarmanto, tapi itu malah membuatnya merasakan sakit pada tangan kanannya.

Clara di dudukkan di sofa, matanya mengeluarkan cairan bening karena tak kuasa menahan nyeri.

"Apa yang sakit?" tanya Tio khawatir karena Clara yang terlihat kesakitan.

"Tangan Clara sama kaki Clara, pa. Sakit banget." jawabnya seraya mengigit bibir bawahnya, dia menangis.

"Bawa ke rumah sakit aja om, kayaknya Clara perlu kesana," saran Hasan diangguki oleh Tio.

Mereka memutuskan membawa Clara ke rumah sakit. Clara menyuruh papanya untuk menyupir sedangkan ia di kursi penumpang bersama dengan lelaki yang ia panggil Sarmanto.

🐣🐣🐣

Saat ini Clara hanya menghabiskan waktu dengan beristirahat setelah melewati penanganan dokter. Cewek itu sibuk mendumal karena Tara mengomelinya.

Tara menyuapi Clara dengan dengusan kasar yang tak tertahankan. Bagaimana tidak, Clara meminta pertanggungjawaban karena merasa peristiwa jatuhnya dirinya dari tangga adalah salahnya sebab datang dan membuat Clara terketuk untuk segera memeluk melepas rindu.

Tangan kanan Clara terbalut tensocrap dan harus memakai Armsling Medistra selama kurang lebih satu minggu. Kaki kanannya pun juga dipakaikan tensocrap akibat angkle kakinya cidera.

"Pizza dong... Ehhh Pino air putih dong..."

Pinta Clara semena-mena pada Tara dan Fino. Keduanya hanya bisa mendengus dan menahan makian, tetapi tetap menuruti perintah Clara.

Clara benar-benar menyebalkan disaat-saat seperti ini.

Tak lama setelah itu Tio memasuki ruangan Clara dengan selembaran kertas ditangannya, membuat semua orang yang ada di ruangan tersebut penasaran dengan isi kertas yang Tio bawa.

"Itu apa om?" Fino menjadi orang pertama yang bertanya. 

Semua menatap penasaran kertas dan wajah Tio.

"Papa..." lirih Clara. Tio menatap Clara sendu. "I-itu kertas persetujuan amputasi kaki Clara ya?" 

Sontak semua membelalak ketika Tio mengangguki pertanyaan Clara. Wajah Tio dan Clara terlihat pilu membuat suasana mendadak hening dan tak menyangka.

"Sumpah lo amputasi?" tanya Tara, ngegas.

"Kok bisa?" timpal Fino.

"Parah banget ya?" Tambah Hasan.

"Yang bener lo?" Tambah Sela.

"Seriusan?" terakhir, Gea memastikan dengan pertanyaannya.

Tio mendekat pada Clara, memeluk, merengkuh dalam diam. Kontan suasana yang ada menjadi semakin pilu. Semua terdiam karena tidak ingin memberikan respon yang kiranya dapat menambah kesedihan yang ada.

"HAHAHAHAHA!"

Semua mendongak menatap aksi anak dan bapak yang sedang tergelak tersebut. Bukannya harusnya mereka berdua bersedih? Kenapa ini malah tertawa?

Tio dan Clara ber-high five merasa candaan mereka berdua berhasil membuat semua orang terjebak pada suasana yang ada.

"Tegang amat kalian semua," ucap Clara dengan penuh canda sementara Tio tidak bisa meredakan tawanya melihat wajah memilkukan yang ditampilkan oleh Tara.

Mereka semua mencebik. Kesal dan merasa tertipu dengan kelakuan Tio dan Clara.

"Dosa gak sih, ngatain orang tua sekalian anaknya?" gumam Fino tapi masih dapat terdengar jelas di telinga orang-orang di ruangan tersebut.

🐣🐣🐣

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang