SELAMAT MENIKMATI HARI MINGGU TEMAN-TEMAN. JANGAN LUPA TUNGGAKAN CUCIAN DAN TUGAS KALIAN YAA.
BUAT YANG MINTA LANJOT TEROS, NIH CERITA SILAHKAN DIBACA DENGAN SENANG KARENA AUTHOR JUGA SENANG ATAS PERMINTAAN KALIAN YANG BIKIN JEMARI INI SEMANGAT NGETIK WKWK
HAPPY READING. JANGAN LUPA VOMENT.
PLAY MULMED -RAISA
🎶 LAGU UNTUKMU🐾🐾🐾
Clara termenung dikamarnya, tubuhnya telentang membentuk bintang di atas ranjang. Kejadian beberapa jam yang lalu membuatnya banyak berpikir. Tadi Clara sempat mengeryit melihat Aldo bersama seorang wanita yang perutnya membuncit.
Pikirannya bertanya-tanya mengapa Aldo ke rumah Arfa. Setaunya Aldo dan Arfa itu tidak memiliki hubungan baik seperti yang ia liat. Bahkan Clara masih ingat betul bahwa setiap mereka bertemu pasti selalu adu jotos atau adu mulut.
Clara nampak berpikir keras. Tak menyangka bahwa Aldo dan Arfa bersaudara. Apalagi fakta bahwa hubungan Arfa dan keluarganya yang buruk.
Clara meringis mengingat dulu ia pernah mengoda Arfa di rooftop tentang keluarganya.
"Mulutttt! Abis ini kalo ngomong dijaga yaa.." ujarnya seraya menampar pelan bibirnya.
Sejenak ia memihak dan membenarkan Arfa. Bahwa Arfa lah yang menjadi korban, kehidupan dia berubah karena kesalahan keluarganya. Tapi di sisi lain Clara juga kesal dengan perlakuan Arfa.
Arfa begitu kasar dengan Berta, mengingat betapa kalutnya dirinya tadi membuat Clara langsung tertegak.
Clara mengambil gulingnya dan memukuli benda mati tersebut seolah-olah itu Arfa. "Anak durhaka! Tante Berta sampe digituin. Bodoh kamu Arfa! Bodoh!" maki Clara sebal.
Clara memutuskan mencari Arfa, ia harus memberitahu Arfa bahwa ibunya kini tengah kritis akibat ulahnya. Clara harus membuat Arfa meminta maaf. Ucapannya tadi pasti menyakiti hati Berta.
Clara tidak ingin Arfa menyesal di kemudian hari seperti dirinya, sebetulnya Clara merasa iri. Lihatlah orang-orang diluar sana yang masih punya orang tua lengkap. Mereka membuat salah satu atau bahkan kedua sering sakit hati akibat ucapan anaknya.
Mereka tidak bersyukur bahwa surganya masih di biarkan Tuhan untuk menemaninya. Surga itu adalah seorang ibu. Heii, lihatlah Clara, surganya telah kembali pada Tuhan, Tuhan lebih menyayangi surganya itu. Ibunya sudah usai menemaninya di dunia.
Clara merindukan ibunya. Ia begitu menyesal karena dulu sempat membentak dan memarahi balik ibunya.
Dan di suatu hari, ketika pulang sekolah, saat Clara ingin memberikan sebuah hadiah yang sudah di belinya untuk ucapan minta maaf karena sempat 'ngambek' pada ibunya dengan senyum merekah cerah seketika semuanya membentak keras.
Surganya pergi, tanpa memperlihatkan senyum manis dan pelukan hangat yang nyaman. Kedatangan yang biasanya di sambut dengan kasih sayang berubah menjadi sambutan miris yang menekan perasaan. Bukan canda tawa yang hadir saat itu, melainkan tangisan penyesalan.
Ibunya telah tiada. Meninggalkannya dengan rasa penyesalan yang kian lama semakin membelenggu hatinya hingga terasa sesak.
***
Arfa termenung di dua pusara kedua orang yang ia sayang dan rindukan. Kedua orang yang menjadi cinta pertamanya.
Kedua orang yang membela mati-matian dirinya. Serta memberi kekuatan untuknya.
"Kakek. Nenek. Arfa nggak salah, kan, kalo benci sama mereka?" ucapnya begitu rapuh.
Mulut Arfa bergetar menahan isak. "Mereka buang Arfa dan sekarang mereka baru cari Arfa."
Arfa mengelus kedua nisan kakek dan neneknya. "Arfa ingin menyusul kalian berdua. Arfa rindu kalian berdua. Andaikan dulu kalian tidak menyelamatkan Arfa. Pasti sekarang Arfa udah sama kalian, nungguin kalian datang."
Begitu hening suasana tersebut. Merasa semakin sesak, Arfa pergi meninggalkan pemakaman.
"Arfa pergi, mungkin kita segera bertemu nanti." Pamitnya pada kedua pusara itu.
***
Clara kelimpungan mencari Arfa, dari mulai mengeledah sekolah, taman, serta beberapa tempat yang sering Arfa kunjungi.
Clara merasa lega menerima kabar bahwa Berta melahirkan bayinya dengan selamat. Pasalnya saat tadi ia mengantar Berta ke rumah sakit darah keluar begitu banyak dan dokter mengatakan untuk segera mengoperasi Berta.
Jika tidak, Berta serta bayinya tidak dapat di selamatkan.
Clara menyusuri trotoar dan meliarkan pandangan ke seluruh penjuru demi mencari sosok jakun yang ingin ia cakar wajahnya itu!
Clara melihat sorang lelaki tengah berjalan menunduk di depannya. Jalannya begitu pelan, sesekali ia memukul dadanya.
Clara meneliti secara rinci bentuk tubuh serta baju yang di kenakan lelaki tersebut. Merasa itu adalah sosok yang ia cari, langsung saja Clara berlari dan menyentak bahu Arfa kuat membuat Arfa berbalik ke samping menghadapnya.
Clara melihat wajah kusut itu, seketika wajah itu berubah menjadi datar dan begitu mengerikan.
"Pergi. Jangan buat gue gak bisa ngelepasin lo," ucap Arfa penuh penekanan.
Clara tersentak. Apa maksud Clara tidak bisa melepaskannya?
"Arfa harus segera ke rumah sakit."
"Buat apa gue kesana? Tengokin Aldo yang hampir mati? Atau liat wanita itu yang pura-pura kesakitan?" sarkas Arfa.
PLAK.
Tamparan mendarat mulus di pipi Arfa.
"Puas lo buat keluarga lo jatuh semakin dalam sama kesalahan mereka?! Puas lo bikin kedua orang yang sayang banget sama lo hampir hilang nyawanya?!"
Arfa tersentak, tidak biasanya Clara berbicara memakai 'lo-gue'. Nada bicara gadis itu bahkan sangat tegas dan lantang.
Arfa tersenyum miring lalu mencengkeram bahu Clara dan menguncangnya. "Siapa lo ikut campur urusan gue?!"
Sontak semua orang yang berlalu menatap mereka. Pasalnya Arfa dan Clara tepat berada di trotoar depan Indomaret serta kedai-kedai kecil.
Clara meringis merasakan cengkraman Arfa yang begitu kuat. "Gue Clara! Gue bisa jadi temeng lo! Jangan sok kuat dan jangan egois!"
Arfa merasa malas berhadapan dengan Clara. Ia sentak cengkraman pada bahu Clara dan pergi meninggalkan Clara yang tersungkur di trotoar.
Clara berdiri lalu menghentak kembali bahu Arfa hingga menghadapnya. "LO HARUS MINTA MAAF!"
Teriaknya membuat suasana begitu ramai, Clara tidak memperdulikan beberapa orang yang berbisik dan menontonnya. Kali ini Arfa sudah benar-benar keterlaluan.
Arfa tak menggubris teriakan Clara dan kembali berjalan. Lagi dan lagi Clara berjalan kesal lalu menyentak bahu Arfa.
"LO HARUS MINTA MAAF KE TANTE BERTA! DIA HAMPIR MATI SAMA BAYINYA GARA-GARA PERBUATAN LO TADI!"
Deg.
Apa? Mamanya hampir mati? Apa maksud ucapan Clara? Bayi? Oh iya! Bahkan ia lupa bahwa Berta tengah mengandung! Pasti akibat dorongannya tadi Berta menjadi begitu.
Clara mengeplak belakang kepala Arfa. "GAK USAH BANYAK MIKIR! Lo harus ke rumah sakit sekarang!"
Setelah itu Clara menarik tangan Arfa sedangkan Arfa hanya bisa mengikuti tarikan Clara.
Otaknya begitu penuh memikirkan beberapa pikiran negatif yang bersarang. Apakah Berta baik-baik saja? Sebenci-bencinya ia pada Berta, tak pernah sekalipun dirinya berniat mencelakai wanita yang telah melahirkannya.
Apakah wanita yang begitu ia rindukan baik-baik saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Fiksi RemajaAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...