Sudah lelah Clara mengayuh sepedanya dari rumah menuju CFD atau kalian bisa menyebutnya Car Free Day.
Clara berhenti di dekat stand bazar dengan makanan yang di jual adalah gado-gado. Ia hanya sekedar berhenti saja, tidak membeli. Ia merasa haus dan kemudian merogoh sakunya, ternyata hanya dua ribu saja yang di bawanya.
Berniat mencari minum yang murah, Clara malah menemukan korban sasaran misinya di dekat stand penjual cilok. Lantas Clara mengayuh sepedanya ke arah Arfa. Tapi saat mendekati punggung Arfa, remnya blong.
"Ehhhh!!! awas woi, awas!"
Belum sempat menoleh, Arfa dikejutkan dengan hantaman di punggungnya.
Clara langsung berhenti dan terjatuh akibat tidak dapat mengimbangi tekanan. Ia meringis kesakitan, melihat sikunya lecet membuatnya ingin menangis saat itu juga.
"Lo apa-apaan sih! Gak punya mata lo! Gak liat disini ada orang!" sudah biasa jika Clara mendengar bentakan dari mulut Arfa.
Dan sudah kebal juga Clara dengan bentakan itu, seperti sudah jadi makanannya setiap saat ketika berurusan dengan spesies kasar di depannya ini.
"Ya maaf, rem sepeda Clara blong. Ini murni kecelakaan." Clara menghampiri Arfa, berdiri didepannya lalu tiba-tiba mengulurkan tangannya.
"Minta maaf, deh," ucapnya, Arfa hanya melirik sekilas uluran tangan Clara, sekarang ini punggungnya panas sekali.
Arfa menebak pasti punggungnya sudah ber-cap roda sepeda. Sungguh perempuan di depannya ini benar-benar membuatnya frustasi! Bahkan sudah sampai tingkat tinggi!
Tanpa babibu, Arfa berdiri, menyentak kasar tangan Clara kemudian beranjak dan berjalan.
Clara tak bergeming, ia masih berdiri di tempat tadi. Arfa jadi punya firasat buruk, biasanya kan perempuan itu cerewet sekali kenapa mendadak diam dan irit bicara? Apa dirinya telah keterlaluan?
Ahh Arfa tak peduli, ini kan memang bukan salahnya.Tapi perasaan bersalah menghantuinya, Arfa berhenti kemudian menoleh kebelakang.
Tepat disana Clara sedang menunduk dengan bahu yang bergetar, apakah dia menangis? Mengapa baru sekarang? Maksudnya, kenapa kemarin-kemarin saat ia memarahinya Clara tak menangis?
Arfa menghampiri Clara, isakan perlahan keluar ketika Arfa menendang pelan tubuh Clara.
"Heh! Ngapain lo nangis disini?!"
Clara tersenyum samar di balik sana, rencananya ternyata berhasil.Clara lantas mendongak dengan air mata buayanya. Tadi saat Arfa memutuskan berbalik dan meninggalkannya, Clara langsung teringat adegan sinetron di salah satu stasiun televisi yang di tontonnya bersama Tio, papahnya.
Dan saat itu pula ketika Arfa melangkah pergi meninggalkannya, buru-buru Clara meneteskan obat tetes mata sebanyak-banyaknya.
"Hikss.. Jahat kamu mass..." ucapnya lantang membuat para pe-jogging yang melintas menoleh kearahnya. Ralat, lebih tepatnya menoleh menatap Arfa dengan tuduhan yang muncul ditemani cibiran.
Arfa jadi korban disini! Apa-apaan ini, karena perkataan ambigu Clara, Arfa jadi di tuding yang tidak-tidak.
"Mass, kamu harus tanggung jawab!" tuntut Clara dengan masih berakting terdzolimi.
Arfa menoleh, cukup banyak kini yang menatapnya, sontak Arfa menggeleng dan melambaikan tangannya tanda ia tidak melakukan seperti dipikiran orang-orang.
"Ehhh, pak, buu. Bukan salah saya. Itu cewek aja yang alay!"
Clara langsung memperkeras tangisnya sambil tetap memprotes agar Arfa tanggung jawab padanya.
"Mas jahat banget, sih! Itu kasian mbaknya! Tanggungjawab atuh mas, bawa ke orang tuanya! Gak punya hati, ya mas!" serbot ibu-ibu rempong dan sukses membuat semuanya mengangguk dan menuduh Arfa yang telah membuat Clara seperti ini.
Clara semakin terisak tapi Arfa tak kunjung beranjak menghampirinya hingga bapak-bapak berbadan kekar menarik kerah kaus yang Arfa kenakan.
"Kamu itu, kalo jadi laki-laki yang tanggung jawab! Itu cewek nangis minta pertanggungjwaban malah gak di gubris! Malu-maluin kaum adam aja kamu itu dek!" setelah itu bapak tersebut mendorong Arfa hingga membuat Arfa terduduk sejajar dengan Clara.
"Bawa pulang aja, dek, itu mbaknya kasian."
"Iya dek, kasian lo."
Dan berbagai timpal-an keluar dari mulut penonton. Arfa benar-benar naik pitam! Segera ia mencekal pergelangan tangan Clara dan berdiri. Clara sedikit meringgis karena cekalan Arfa yang terlalu kuat.
"Saya nggak pernah ya, apa-apain ini cewek! Anda sekalian jangan sotoy!"
Arfa menoleh garang ke Clara lalu menariknya menjauhi gerombolan orang yang membuat telinganya pengang.
Setelah dirasa jauh dari keramaian, Arfa menyentakkan tangan Clara dengan kasar.
"Heh! Cewek goblok! Rencana apalagi ini!" kakinya seraya mendorong kening Clara dengan telunjuknya.
Clara mendengus, alasan rencana ini kan masih tetap sama! Kenapa Arfa bertanya begini? Apakah dia lupa? Dasar pikun!
"Kalo ditanya itu dijawab!"
Clara mendongak, menatap manik mata tajam milik Arfa."Nyelo dong mas! Seenaknya aja bentak-bentak Clara! Rencana Clara itu ya tetep sama! Ayo temenan!" selorohnya tak kalah garang seraya mengulurkan tangannya untuk dijabat Arfa.
Sayangnya Arfa malah mengibaskan tangan Clara san mendorong kening Clara kembali. "Mimpi lo ketinggian! Gue. Gak. Bakalan. Mau. Berurusan. Sama. Lo! Camkan itu!"
Setelah itu Arfa meninggalkan Clara yang kini tengah menghirup rakus oksigen disekitar guna menahan amarahnya.
Tapi memang dasar Clara, bukannya memaki dan menyumpah serapah Arfa seperti biasanya ia malah berbalik mengambil sepeda gayuhnya lalu kembali bersepeda.
Udahlah jangan mencak-mencak, sekarang lanjut aja deh ya! Sekalian mikir strategi selanjutnya.
Setelah membatin, Clara jadi terkikik sendiri, meskipun rencananya gagal lagi dan lagi tapi Clara tak akan menyerah begitu saja.
Ingat!
Sebelum abang Sally jadi maskulin ia tidak akan menyerah!
"Sebelum abang Sally balik maskulin. Clara gak bakalan nyerah!!" ungkapnya penuh semangat.
•••
Doain Clara ya gaess biar Clara dimudahkan...
Ehhh apa perlu Clara pake pelet ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Teen FictionAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...