SEJAUH INI CERITANYA NGELUCU MULU YAA. TENANG KARENA MAU TAMAT ADA MASALAH YANG LEBIH SERIUS KOK GEZZZ... SIAPIN HATI DAN MULUT. JANGAN SAMPE SUMPAHIN YANG PADA JAHAT YA
JANGAN LUPA VOMENT DAN SELAMAT MEMBACA.
🐣🐣🐣
"Jauhin Arfa!!"BRAKKK.
Clara membentur tembok gudang dengan keras setelah Aneta mendorong. Cewek itu meluruh merasakan sakit di belakang kepala dan punggungnya.
Belum sempat meredakan rasa sakit, Aneta kembali menarik Clara untuk berhadapan dengannya.
"Kamu nggak punya hak buat nyuruh aku jauhin Arfa," kata Clara.
Dongkol dengan ucapan Clara, Aneta kembali mendorong Clara ke sisi lain gudang.
BRAK.
BRAK.
Clara menghantam tumpukan kursi dan terjerembab di lantai. Kursi-kursi yang tersusun dan terbengkalai itu beberapa terjatuh ke arah Clara. Dengan sigap Clara menghalaunya dengan kedua tangannya untuk melindungi diri.
Aneta benar-benar gila!
Clara merasa firasatnya tidak enak setelah menerima pesan Aneta yang meminta tolong padanya. Seharusnya sejak awal Clara paham bahwa Aneta tidak menyukainya dan tidak akan pernah menyukainya.
Terbukti, sekarang ia mendapatkan siksaanbertubi-tubi dari kemarahan Aneta.
Setelah berhasil mengeluarkan dirinya dari tumbukan kursi. Clara berdiri menghampiri Aneta yang masih melayangkan tatapan angkuh ke arahnya.
Clara sudah sabar semenjak tadi. Dan sekarang bukan waktunya untuk diam dan menerima perlakuan Aneta yang sudah kelewatan.
"Aku kasihan sama kamu," Aneta tersenyum miring mendengar ucapan Clara. "Gara-gara obsesi malah jadi kayak setan!"
Clara langsung mendorong Aneta hingga terjerembab di lantai. Melihat Aneta yang meringis kesakitan, tiba-tiba Clara merasa bersalah. Dia langsung berjongkok untuk membantu Aneta.
Namun, Aneta malah menarik tangan Clara dan menempatkan tangan Clara pada lehernya. Clara kebingungan dan berusaha melepaskan cekalan Aneta.
"ANETA!! SIALAN!!"
Detik setelahnya Aneta mendorong Clara dan mencekik Clara. Cewek itu benar-benar menyeramkan. Matanya diliputi amarah.
Clara berusaha melepaskan cekikan Aneta, dia bahkan tidak bisa mengeluarkan suara hanya untuk memprotes perlakuan Aneta.
"LO YANG SIALAN!" bentak Aneta, cekikannya semakin erat. "Lo udah bikin Arfa semakin jauh dari gue!"
Clara terus meronta. Sayangnya respon tubuhnya melemas dan tiba-tiba ia merasa sesak. Cekikan Aneta benar-benar tidak main-main.
BRAKK
Pintu gudang terbuka secara kasar dan menimbulkan suara bedebam. Selanjutnya makian seseorang menyela.
"SIALAN!"
BRUK.
Uhuk uhuk.
"Setan! Lo apain Clara!"
Itu Tara dengan mata gelapnya yang mampu membuat Aneta terjerembab di lantai. Cowok itu menendang punggung Aneta yang sebelumnya tubuh Aneta yang berada diatas tubuh Clara.
Belum sempat merasakan keterkejutan dan rasa sakitnya, Aneta langsung mencekal tangan Tara yang tiba-tiba mencekiknya.
"GILA LO?!" bentak Tara.
Aneta berusaha melepas tangan besar Tara tapi sia-sia. Tangan dan tenaga Tara lebih besar darinya.
Clara mengusap lehernya, menghirup rakus oksigen disekitar, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk mencegah Tara murka lebih besar lagi.
Clara berdiri, tapi terjatuh. Ia berusaha berdiri lagi tapi terjatuh lagi. Tidak menyerah, Clara terus berusaha bangkit sambil berpegangan ada benda-beda di sekitarnya.
Entah datang dari mana kekuatan itu, Clara bisa berlari dan memeluk Tara dari belakang.
Tara yang hendak memukul Aneta dengan kursi yang sudah ia angkat langsung berhenti begitu merasakan pelukan Clara.
Aneta membuka matanya ketika tidak merasakan apapun. Hal yang pertama ia dapatkan adalah kilat amarah yang terpancar jelas pada tatapan Tara. Air muka cowok itu lebih terlihat menyeramkan daripada tingkah konyol biasanya.
Berusaha mengumpulkan keberanian, "Kenapa? Nggak jadi balas perbuatan gue?" tantang Aneta.
Tara hendak melanjutkan aksinya kembali tetapi terhenti sekali lagi kala merasakan pelukan Clara yang semakin erat.
"Ara nggak mau Tara jadi penjahat setelah ini," kata Clara.
Tara terdiam, cowok itu masih kalut dengan emosinya. Karena emosinya tidak terbalaskan, cowok itu melempar kursi yang ada ditangannya.
Aneta memejamkan matanya dan merasakan hembusan angin ketika kursi yang di lempar Tara melewati sisi kanannya. Cewek itu terkejut kursi tersebut hancur setelah menghantam tembok.
Tara menarik napas dalam-dalam dan berusaha mengontrol emosinya. Setelahnya cowok itu melepaskan tangan Clara dari pinggangnya dan berbalik.
"Sut... Nggak perlu nangis," ucap Tara sembari menghapus air mata Clara.
"Jangan...hiks... Kalo kamu... hiks.. Balas dia.. hiks... hiks ... Kamu pengecut. Beraninya sama cewek," ujar Clara sesenggukan.
"Ta--" Tara mendelik dan langsung menahan tubuh Clara yang melemas, "RA! ARA!"teriaknya berusaha menyadarkan Clara.
Tara langsung mengangkat tubuh Clara yang kehilangan kesadarannya. Ia meninggalkan gudang lusuh itu, mengabaikan sumpah serapah yang Aneta layangkan.
"Liat aja! Lo bakalan jauh dari Arfa setelah ini!"
🐣🐣🐣
Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
See u di next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Ficção AdolescenteAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...