Gea menghentakkan kakinya kesal. Bisa-bisanya Fino menyuruhnya berbelanja saat dia dilanda nyeri di perut karena sedang haid. Parahnya, Fino menghasut Novi -mamanya- agar menyuruhnya berbelanja kebutuhan masakan sedangkan Fino membantu mengadoni kue yang di buat mamanya itu.
Gea membaca kertas dengan beberapa tulisan barang yang harus di beli. Setelah dirasa sudah hafal, Gea menarik napas dalam-dalam dan bersorak dalam hati menyemangati dirinya.
"Let's go!" setelah itu Gea mempercepat langkahnya sambil mendorong trolly dengan menyusuri lorong supermarket.
Gea mengambil dengan cepat dan melemparnya ke dalam trolly, saat ini ia ingin cepat pulang dan melindas kaki Fino. Tunggu saja!
Setelah mengecek apakah barang yang di belinya sudah lengkap lantas Gea berjalan menuju kasir. Namun, langkahnya berhenti saat melihat lorong yang memuat barang-barang keramat untuk wanita. Gea memutuskan untuk membeli barang tersebut. Lagipula, mumpung masih disini sekalian saja dan sebenarnya stok punyanya juga tinggal sedikit.
Sampai di rak pembalut yang di inginkan Gea, si empunya memilih. Mencari ukuran benda tersebut dengan teliti, bahkan merk pun dia lihati satu persatu. Hingga matanya terkunci pada satu pack di depannya. Tangannya terulur untuk mengambil tapi saat memegang benda tersebut ternyata ada uluran tangan seseorang juga yang bersamaan memegang.
Gea menoleh perlahan, sangat perlahan.
"AAAA!!!" teriaknya terkejut dengan apa yang ia lihat. "Kak Aldo, ngapain, disini!"
Aldo ikutan mendelik. Di depannya inj kan adik kelasnya, kenapa bisa berada disini?
"Lo, ngapain disini?" bukannya menjawab Aldo malah berbalik tanya.
Gea menatap Aldo dari ujung kepala hingga kaki membuat Aldo merasa tak nyaman.
'Gila! Ganteng-ganteng suka pake pembalut. Jangan-jangan... Dia! Dia lelaki bertulang lunak?! Seriusan?!' batin Gea tak percaya, bahkan dia menutup mulutnya sendiri yang tadinya ternganga.
"Gue... mau cari... pembalut." jawab Gea putus-putus, masih shock dengan kenyataan yang dia terima. "Gue juga."
Aldo mengambil pembalut yang yadi hendak ia ambil namun bersamaan Gea yang juga ingin mengambil. "Lo, mau yang ini?" Gea masih mematung, sibuk dengan pikirannya sendiri.
Aldo melambaikan tangannya di depan Gea, tapi masih saja tak bergeming membuat Aldo mencondongkan wajahnya. Dan ajaib! Saat Aldo mencondongkan wajahnya untuk menatap Gea, saat itu pula Gea langsung sadar dan mundur.
"Eehhh... Emmm... Iya kak, makasih." katanya sambil menyahut pembalut yang ada di tangan Aldo dan melangkah tergesa-gesa menuju kasir.
Perasaannya menghentak keras saat tau Aldo suka membeli pembalut. Tidak jadi suka! Sambil berjalan, Gea sibuk dengan meruntuki dirinya yang menyukai Aldo.
Melihat keanehan pada Gea, Aldo lantas ikutan melangkah dan saat beberapa langkah mengejar Gea, Aldo kembali mundur dan mengambil pembalut yang hendak ia beli.
Gea sangat bersyukur kasirnya tengah lenggang. Gea menaruh belanjaannya dengan cepat membuat penjaga kasir kebingungan.
"Mas! Buruan, buruan mas! Totalin!" desaknya membuat kasir ikut terburu-buru.
Gea meliarkan pandangannya, saat melihat Aldo mendekat dirinya langsung mengebrak meja kasir.
"Cepetan!"
Saat ini, Gea seperti sedang dikejar-kejar penculik karena kabur. Entah mengapa rasanya untuk berdekatan dengan Aldo tak lagi membuatnya salah tingkah. Sekarang, yang ia rasakan adalah geli.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Teen FictionAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...