FANI

10.6K 546 5
                                    

HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗

Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌

Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍

Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!

🐣🐣🐣

"Mana Clara?"

"Gak tau gue, di cariin kemana-mana nggak ada."

"Aduhh sepuluh menit lagi pertandingan di mulai!"

Gea dan Arin kelimpungan mencari Clara sedangkan yang lainnya masih memencar mencari keberadaan Clara.

Di tempat lain, tepatnya di atas pohon taman belakang sekolah terlihat sosok cewek dengan jersey yang melekat di tubuhnya sedang asik memakan snack ditangannya. Cewek itu bahkan terlihat nyaman duduk di rantai tebal pohon yang ada di taman belakang. Dia terlihat sangat menikmati pemandangan dari tempatnya duduk.

Cewek itu adalah Clara. Karena tidak bisa membolos, Clara memutuskan mengasingkan diri dari orang-orang, khususnya Hasan dan lainnya. Ia tidak mau ikut pertandingan basket karena malas beradu dengan Aneta yang kebetulan menjadi lawan tandingnya.

Tiba-tiba Clara melihat tiga orang cewek sedang asik dengan kegiatan perundungan. Clara mendelik dan melahap sisa camilan di tangannya kemudian lekas turun dari pohon.

🐣🐣🐣

"Maaf kak, gue mau minta maaf ke Clara."

Aneta mendelik marah. "Apa lo bilang?!" Adik kelas yang menjadi sasaran jambakan itu mengadu kesakitan.

Aneta semakin mengeratkan jambakannya membuat Fani semakin merasa perih di kulit kepalanya. "Lo ngomong apa barusan?! Mau bikin gue ngasih luka ke badan lo yang lain?!"

"Maaf kak, gue ngerasa bersalah, apalagi Clara kemarin nolong gue dari preman-preman di depan."

Aneta langsung menarik Fani ke tempat lain tanpa melepas jambakannya. Cewek itu berniat memberi Fani pelajaran agar tidak buka mulut atas kejahatananya.

Sampai di dekat gudang tak jauh dari taman belakang, Aneta langsung mendorong tubuh Fani hingga tubuh cewek itu membentur keras ke tembok.

"Sebelum lo bilang sama Clara dan Arfa tentang masalah ini, Gue akan beri pelajaran dulu sama lo!" Aneta maju lalu menampar Fina beberapa kali, "Habis lo sama gue," ancamnya.

Aneta menoleh ke arah Sisca dan Mira, memberikan kode untuk melanjutkan memberi pelajaran  pada Fani. Ketiganya menampar, menjambak, bahkan hendak merobek kemeja seragam Fani. Yang dilakukan Fani hanyalah berusaha memberontak dan memohon ampun.

Fani terus mendapatkan hal-hal menyakitkan. Dia tidak mampu bersuara lagi karena pipinya terasa kebas. Kepalanya bahkan sudah mulai pening. Tidak ada kesempatan untuk menyelamatkan diri mebuat Fani memilih pasrah dan berdoa supaya ada yang bisa membantunya. 

"WOI!"

Teriakan itu menyita perhatian Aneta, Sisca, dan Mira. Mereka bertiga menoleh menatap ke sumber suara.

Clara berjalan dengan gaya andalannya. Cewek itu melempar tatapan sengit tetapi masih terlihat lucu.

Langkah Clara mendekat. Matanya menajam untuk melihat korban perundungan. Betapa terkejutnya Clara  mendapati keadaan kacau Fani. Ini benar-benar keterlaluan.

"DASAR GENG NENEK LAMPIR!" hardik Clara.

"Pergi lo! Gausah ikut campur urusan kita-kita!" usir Sisca.

Clara mengernyit kala mendegar kata'Kita-kita'. Kesimpulan yang Clara dapat adalah tidak hanya Aneta yang memberikan perlakuan buruk pada Fani. Melainkan Sisca dan Mira yang juga ikut andil.

Clara menelusupkan tangan ke tas punggungnya. Tidak ada yang tau maksud dari tindakan Clara. Sisca dan Mira langsung waspada, takut tiba-tiba Clara mengeluarkan sesuatu yang tidak terduga. 

"Mau ngapain lo?!" tanya Mira.

Clara tersenyum smirk. "Jadi kalian yang buat Fani gitu? Kalian yang nyiksa? Jahat banget sih!"

"Lo mau juga kayak dia?!"

"Kalian yang bikin Fani babak belur?" tanya Clara, memastikan.

"Kalo iya kenapa?!" sewot Mira.

Clara tersenyum puas, dia bersiap mengeluarkan tangannya. Sisca dan Mira mulai gelisah.

"Mau ngapain lo?!"

"Ambil pisau," jawab Clara enteng.

Sisca dan Mira mendelik dan berlindung di belakang tubuh Aneta. Melihat itu, Clara langsung mengeluarkan tangannya dan berseru heboh.

"Taraaaaawww!! Boong yeee, mana ada Clara bawa pisau hahahaha...."

Sisca dan Mira keluar dari persembunyiannya, keduanya langsung mendumal dan memaki Clara.

"Serahin rekaman itu!" kata Aneta.

Sepertinya Clara harus memuji kepintaran Aneta. Ternyata Aneta menyadari perbuatannya.

Sementara itu, Sisca dan Mira menatap bingung Aneta yang meminta Clara menyerahkan rekaman. Rekaman apa yang Aneta maksud?

Clara tersenyum miring, "Nggak bakal!" balasnya.

Tiba-tiba saja Sisca dan Mira memahami situasi yang ada. Mereka terlalu bodoh sampai bisa masuk jebakan Clara.

"Kalian berdua rebut rekaman itu dari dia," Sisca dan Mira mengangguk menuruti perintah Aneta. Mereka berdua menghampiri Clara dengan tampang menyebalkan.

Clara berlari sedikit, mencoba mencari lokasi yang pas untuk menghadapi Sisca dan Mira.

Merasa mendapatkan posisi dan tempat yang pas, Clara mulai mengeluarkan kemampuannya. Cewek itu membalas Sisca dan Mira yang berusaha menjambak, menampar, memukul, atau bahkan menendangnya.

Bermodal tas punggung saja, Clara berhasil membuat wajah Sisca dan Mira memerah karena beberapa kali mendapatkan tamparan dari tas yang Clara ayunkan.

Aneta menggeram kesal, dia berjalan menuju Clara yang sibuk mewejangi Sisca dan Mira.

"Clara awas di belakang!" Teriak Fina kala Aneta hendak merebut tas Clara.

Mendengar teriakan itu langsung saja Clara berbalik. Namun, Aneta berhasil menarik tasnya membuat Clara terhuyung.

Clara langsung berusaha merebut tas tersebut. Aksi tarik menarik tas tersebut tidak dapat terhindarkan.

Disela keributan yang terjadi, cincin yang Aneta kenakan tak sengaja menggores pipi Clara membuat Clara meringis dan merasa perih disaat bersamaan. Clara langsung meringkuk kesakitan membuat Aneta terdiam karena ikut kaget.

Melihat ada kesempatan, Clara langsung menarik tasnya dan berlari ke arah Fani. Sadar telh kecolongan, Aneta langsung berbalik dan mengejar Clara juga Fani. Bahkan Sisca dan Mira pun ikut mengejar.

Clara mengandeng tangan Fani dan berlari menjauh. Clara menatap Fani.

"Kita pencar aja!"

Fani menggelengkan kepalanya. "Nanti lo di ganggu mereka, Ra!"

Ucapan Fani Clara anggap seperti angin lewat. Cewek itu menatap Fani dengan penuh tekad.

"Ketemuan di ruang musik, lo lewat timur gue lewat barat oke?!"

Fani terpaksa mengikuti perintah Clara karena sejujurnya ia tidak mau mendapatkan siksaan lagi.

Keduanya berpencar untuk mengecoh Aneta, Sisca, dan Mira.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang