HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!***
Fokus Arfa saat ini tidak pada materi pelajaran di depan. Hal itu disebabkan karena Tara yang sudah satu jam tidak kunjung kembali ke kelas padahal cowok itu hanya izin mengambil buku di perpustakaan.
Perasaan Arfa mendadak tidak enak. Cowok itu terus gelisah.
"Permisi bu."
Guru yang mengajar kelas Arfa menoleh kala seorang murid menginterupsi perhatian. Mereka memperhatikan murid yang menjeda jam pelajaran, tepat diambang pintu sedang berbincang sekilas dengan guru pengara mata pelajaran saat itu.
Setelah beberapa lama berbincang empat mata dengan bu Ratna, murid itu pergi meninggalkan kelas.
"Arfa!" Arfa menatap bu Ratna. "Sekarang kamu ke UKS," titahnya.
"Saya tidak sakit," balas Arfa.
"Bukan kamu, tapi Aneta," ucap bu Ratna.
Arfa mengeryit bingung dan Aldo yang sempat terkantuk-kantuk langsung menegakkan tubuhnya.
"Kenapa dengan Aneta bu?" sahut Aldo.
"Lebih jelasnya Arfa harus ke UKS."
Aldo dan Arfa saling pandang, "Lo aja!" lempar Arfa.
Aldo mengangguk dan berdiri. Bersiap melangkah menuju UKS.
"Bukan kamu, tapi Arfa," sela bu Ratna.
Aldo kembali duduk, dia menatap Arfa penuh harap. Merasakan maksud tatapan Aldo, Arfa pasrah dan memilih menuruti perintah bu Ratna.
Setelah keluar kelas, Arfa meliarkan pandangannya disepanjang koridor. Tidak terlihat sedikit pun batang hidung Tara. Sampai akhirnya Arfa menemukan Hasan yang sedang ebrjalan berlawanan dengannya, sedang membawa setumpuk buku yang mungkin dari arah perpustakaan.
Hasan menghentikan langkah saat Arfa menghadang jalannya.
"Kelihatan Tara?" tanya Arfa. Hasan menjawab, "Pulang," tanpa minat.
"Kok bisa?"
"Ada urusan mendadak," jawab Hasan, datar.
"Trus Clara?"
"Sorry kak, gue harus ke kelas," alibi Hasan. Setelahnya Hasan melangkah mengabaikan Arfa.
Arfa menatap punggung Hasan yang semakin mengecil dan hilang di balik belokan koridor. Arfa merasa aneh mendapatkan respon tidak bersahabat dari Hasan.
Tak terasa, Arfa sudah sampai di UKS. Cowok itu lekas bergerak saat melihat Aneta terjatuh dari ranjang UKS. Dengan hati-hati Arfa mengangkat tubuh Aneta dan membaringkan Aneta kembali.
"Arfa..." lirih Aneta lalu pingsan dalam dekapan Arfa.
Menunggu Aneta sadar membuat Arfa ingin sekali segera mengali fakta dibalik luka disudut bibir cewek ini serta memar di leher.
Melihat pergerakan Aneta langsung saja Arfa berdiri dari duduknya. "Siapa yang lakuin ini?" todongnya.
Aneta menangis dan menggelengkan kepalanya.
"Ngomong!" tegas Arfa.
Aneta kembali menggelengkan kepala, tangisnya semakin pecah membuat Arfa langsung memeluknya. Beberapa menit mereka berpelukan.
"Clara," lirih Aneta.
Arfa langsung mengurai pelukannya, "Maksud lo?"tanyanya, memastikan.
"Semua ini Clara yang lakuin," ucap Aneta.
Arfa masih terdiam, berusaha mengolah informasi yang Aneta sampaikkan.
Aneta mengambil ponsel dari saku roknya. Cewek itu memutar sebuah video yang memperlihatkan Clara mendorong dan mencekiknya.
Setelah menyaksikan video tersebut, emosi Arfa tiba-tiba muncul. "Gue ke Clara," katanya dengan nada suara dingin.
Aneta menahan Arfa yang hendak pergi meninggalkannya.
"Jangan, aku nggak apa-apa."
"Nggak apa-apa kata lo?!" marah Arfa.
Aneta menatap mata Arfa dengan mata sayu, "Aku serius nggak apa-apa, Arfa."
"Gue yang gak suka orang yang gue sayang luka!"
Aneta bersorak menang dalam hati, merasa sukses mempermainkan Arfa. Dia juga tahu bahwa Arfa masih menyayanginya.
Mendengar hal itu, Tara langsung melangkah meninggalkan UKS. Niatnya tadi akan memberi peringatan pada Aneta mengenai kejadian yang di timpa Clara tapi yang didapat malah pemandangan yang tidak di duga, Arfa dan Aneta.
Tara berbalik dan melangkah menuju rumah sakit dimana Clara di rawat. Ia tidak bisa menghubungi Tio karena papa Clara itu baru saja berangkat ke luar kota kemarin.
Tara menegaskan satu hal.
Arfa lebih mempercayai cewek licik bernama Aneta itu. Arfa tidak mengulik kebenaran yang ada dengan baik. Dari situ Tara menarik kesimpulan bahwa Arfa tidak layak dekat dengan Clara. Cowok itu sangat mudah terkena tipu daya.
Sekarang Tara berniat akan menjauhkan Clara dari cowok bernama Arfa. Cowok yang sudah menyia-nyiakan waktu untuk mempercayai sebuah kebohongan Aneta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Ficção AdolescenteAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...