BERHASIL?

12.8K 699 18
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT.

TERIMAKASIH DAN SELAMAT MEMBACA.


Sekarang dua orang itu mengambil jalan masing-masing dalam permainan timezone.

Ada Clara yang berada di mesin timezone palu, ia yakin akan mendapatkan banyak kemenangan dari game ini.

Sementara itu ada Arfa di game bola menggelinding mengikuti pipa yang meleok-leok.

Mereka benar-benar fokus akan peraihan usaha mereka. Sampai tanpa sadar mereka selesai dengan game masing-masing.

Keduanya berjalan ke tempat penyetoran timezone dan menghitung hasil perolehan masing-masing.

"Siapa yang paling banyak mbak?" tanya Clara kelewat excited.

"Yang ini punya siapa ya?" tanya mbak itu sambil mengangkat kantung plastik pink yang Clara gunakan untuk mengumpulkan perolehannya.

"YOSSSHHH CLARA MENAMG YEYYYY!!!"

Kebahagian atas kemenangan Clara membuat Arfa kesal ia lantas menanyakan kepada petugas perekap hasil timezone.

"Berapa jumlah perolehan saya dan dia?"

"Mbak ini memperoleh 890 sementara mas seharusnya 900 tapi 10nya sobek, jadi tidak terhitung," jawabnya.

Seharusnya ia yang menang!

"Gue yang menang!"

Clara yang keasikan bergembira ria lantas menghentikan aksinya, ia menatap Arfa.

"Gak denger kata mbaknya?"

"Tapi hasil gue lebih banyak dari hasil lo!"

"Tapi 10 nya kan nggak bisa di anggap karena cacat, wleee..."

Arfa mendegus keras-keras, ia lantas berjalan pergi menjauhi Clara. Sementara itu Clara langsung panik dan mengejar langkah Arfa.

"MBAK MAS HADIAHNYA!"

"BUAT MBAK AJA!" Balas Clara ikut berteriak.

Clara terus mengejar langkah Wrfa sampai ia kelelahan sendiri dan berhenti di tengah keramaian.

"GAK SPORTIF BANGET SIH JADI COWOK! BANCI YA! HUH PAYAH!"

Teriakan itu menyita banyak perhatian tetapi Clara mengabaikan semua tatapan mata yang terarah padanya, ia hanya memandang lurus ke depan, memandang punggung Arfa.

Lelaki itu terdiam di tempatnya merespond teriakan Clara. Tiba-tiba saja ia merasa dipermalukan dan di rendahkan oleh perempuan tersebut. Apalagi hardikan Clara juga sedikit menyentil harga diri Arfa.

"KALO DARI AWAL NGGAK MAU SUPORTIF YA GAUSAH NERKMA TARUHANNYA!"

Arfa masih diam di tempatnya, berdiri membelakangi Clara.

"BIKIN ORANG KECEWA AJA!"

Lagi, Arfa masih diam.

"CLARA ITU SERIUS PENGEN JADI TEMEN ARFA DAN MINTA BANTUAN ARFA BUAT AJARIN CLARA! BATI BANGET SIH!"

"CLARA ITU PENGEN WUJUDIN IMPIAN MAMA, BIAR MAMA TENANG DI ATAS SANA!"

Sepertinya benar kataFino, Hasan, Sela, dan Gea. Percuma dengan semua ini, Arfa adalah orang pelit dan menyebalkan. Usaha selama ini sia-sia.

Clara berbalik, ia berjalan tanpa semangat. Usahanya sia-sia, ia jadi tidak percaya diri untuk mewujudkan permintaan mendiang mamanya. Rasa kecewanya semakin besar membuatnya ingin putus asa saja.

Clara mengantri di eskalator, ia menghela napas panjang berulang kali dan saat hendak menginjakkan kakinya, ia merasakan perih di pergelangan tangan kanannya.

Ternyata itu Arfa yang mencekal tangannya. Lelaki itu menariknya keluar dari antrian dan membawanya pergi lalu memasuki sebuah toko buku yang berada di mall tersebut.

Arfa tiba-tiba menyerahkan keranjang pada Clara dan menarik tas Clara mengikutinya. Saat Clara hendak bersuara, Clara terpaksa menahannya.

Arfa mengambil beberapa buku di beberapa rak. Buku pelajaran dan itu semua ia letakkan di keranjang yang Clara pegang.

"Arfa banyak banget!" protes Clara kala Arfa terus mengambil beberapa buku, bahkan keranjang hampir saja tidak muat dan Clara susah payah membawa keranjang sebab terlalu berat.

"Bayar semuanya, gue tunggu diluar."

Setelah berucap demikian Arfa pergi dan terlihat menyandar di dinding luar toko buku.

Clara meneguk salivanya susah payah, "Jatuh miskin tiba-tiba aing..."

Melihat pemotalan petugas kasir atas buku-buku yang ia beli karena Arfa membuat Clara merasa lemas seketika. Bayangkan hampir sejutaaaa...

"Totalnya 998.500, pembayaran cash atau--"

Clara lekas menyondorkan kartu atmnya. "Debit mas," katanya.

Petugas kasir mengangguk dan mengesek kartu atm Clara. Tepat saat kartu atm itu di gesekkan, tepat saat itu pula rasanya leher Clara di gorok.

***

J

adi maksud dari perbuatan Arfa tadi adalah menanggung kekalahan taruhan. Cowok itu mengajaknya ke perpustakaan kota, dia membuka bungkus beberapa buku dan melingkari beberapa soal.

"Gue mau tanggungjawab sama kekalahan gue, lo jangan gr."

"Dihhh, siapa yang gr."

Arfa menyerahkan buku paket yang barusan ia dapatkan soal untuk mengetes level matematika Clara. Sebab perempuan itu menyebutkan 5 mata pelajaran yang menjadi kelemahannya yaitu matematika, geografi, ekonomi, akuntasi, dan perhitungan dalam materi kewirausahaan prakarya.

"Jawab ini, lima menit," titah Arfa tsk terbantahkan.

Clara mengerjap melihat soal matematika di depannya. Ia mengangkat buku itu sejajar dengan wajahnya, beberapa kali ia mengintip Arfa yang sibuk membawa buku.

Mereka duduk berhadapan, posisi mereka terbilang beruntung karena dekat dengan jendela perpustakaan sehingga lebih sejuk.

Lirikan sekilas dari Arfa membuat Clara tertangkap basah, ia menaikkan bukunya sehingga menutupi wajahnya. Arfa menurunkan buku yang menutupi wajah Clara dengan kasar. Cenderung membanting malahan, membuat beberapa perhatian pengunjung perpustakaan terarah.

"Kenapa nggak ada satupun yang lo jawab?"

Clara menyengir. "Nggak bisa hehe..."

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang