POOR

11.1K 513 4
                                    

HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗

Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌

Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍

Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!

🐣🐣🐣

Aldo menuliskan beberapa nama yang sekiranya akan berpartisipasi di panggung prom night nanti.

Meskipun pelaksanaan prom night masih terbilang lama, tetapi Aldo tidak ingin menyepelakannya. Momen yang sedang Aldo urus ini adalah salah satu momen yang akan menjadi saksi bisu kelulusan teman-teman satu angkatannya.

"Jadi ada yang mau usul? Kayaknya kurang dua tampilan lagi biar acaranya pas," ucap Aldo sembari memandangi anggota osis yang kini berkumpul untuk rapat.

"Kak!" Vivi meginterupsi, mengacungkan telunjuknya. "Saya ada satu usulan," ucapnya.

Hanis menyenggol lengan Vivi, "Apaan?"

Vivi menjawabnya dengan meletakkan telunjuknya di bibir, menyuruh Hanis tidak bertanya dan mendengarkan usulannya langsung setelah ini.

"Gimana kalo anggota osis juga bisa partisipasi?"

Sontak semua langsung memprotes pada Vivi.

"Apaan!"

"Ngaco!"

"Enak aja kita udah jadi panitia juga!"

"Jangannnnn!"

Aldo terdiam, mempertimbangkan usulan yang Vivi sampaian. Melihat itu semua anggota osis berbondong-bondong menghasut Aldo agar tidak mempertimbangkan sedikitpun usulan Vivi. Para anggota osis ada yang menggeleng, melambaikan tangan, serta ada yang secara terang-terangan mengajukan ketidaksetujuan terhadap usulan Vivi. 

Aldo menatap semua anggota osis dan tersenyum, "Boleh juga," katanya.

Setelah mendengar itu rasanya ada suara petir di tengah-tengah mereka. Vivi langsung jadi sasara protes.

"Tapi cuman lo dan tiga anak yang nganggur aja yang partisipasi," ucap Aldo, menatap Vivi.

"Yes!"

"Mampus lo!"

Dan kata-kata lainnya menyertai rasa menyesal Vivi mengutarakan usulannya. Padahal vivi ingin Aldo berpartisipasi, menyanyi misalnya.

"Nggak jadi deh, kak!" ucap Vivi, menarik usulannya.

Hanis tampak berpikir. "Kak!" serunya.

"Gimana kalo Vivi, Ajeng, Lilis sama Neva aja yang partisipasi. Mereka kan tugasnya cuman jaga stand doang. Nanti standnya biar di jaga anak osis yang lain."

Usulan Hanis langsung saja menuai protes dari keempat nama yang di sebutkan barusan.

Tidak ada respon dari Hanis meskipun aksi protes dilayangkan padanya, cewek itu sengaja menulikan telinganya. 

"Biar mereka bawa penampilan ala-ala korea gitu," usul Hanis, bermaksud mengorbankan teman-teman k-pop yang selalu berisik setiap saat, apalagi di prom night nanti ada cover dance.

Hanis tidak tau lagi harus bagaimana menghadapi Vivi yang lebih heboh daripada yang lain.

Vivi menjewer telinga Hanis. "Gila ya lo!"

Hanis malah menyengir lebar, "Biar lo ada kerjaan. Biar lo gak nimbrung sama team k-pop lo. Puyeng gue denger kalian teriak oppa-oppa atau lainnya."

Saat Vivi kembali ingin memprotes, senyum manis Aldo membiusnya. Cewek itu langsung bersemu dan kehilangan kata-kata.

Secara alami jantungnya berdegup kencang.

"Mau kan, Vi?" tanya Aldo penuh harap tak luput senyuman manisnya.

Ajeng, Lilis, dan Neva terus melempar kode agar Vivi menolak permintaan Aldo. Namun, karena jatuh dalam pesona yang Aldo pancarkan, tanpa sadar Vivi mengangguk.

"VIVI!" seru Ajeng, Lilis, dan Neva bersamaan.

🐣🐣🐣

Sendari tadi Hanis hanya menanggapi Vivi dengan kekehan ketika temannya itu baru merasakan penyesalan setelah menyetujui permintaan Aldo. Cewek itu benar-benar frustasi dan menyalahkan dirinya karena mengusulkan partisipasi anggota osis pada acara prom night. Ini yang dinamakan senjata makan tuan. 

"Hanisssss... Ini gimana dong!" 

Hanis mengendikkan bahunya acuh dan sibuk mengunyah makanan di mulutnya.

"Gara-gara lo nih! Kalo lo gak usulin nama gue, gak bakalan gue di tulis!"

Hanis merengut, "Kalo lo nggak menyampaikan usulan supaya anggota osis ikut berpartisipasi, gue gak bakalan dapet ide buat bikin lo tampil!" sanggahnya, tak mau disalahkan.

Saat sibuk berdebat, keduanya di hentikan sebuah mobil. Hanis dan Vivi saling pandang dan menatap kaca mobil yang mulai turun hingga terbuka menampilkan sosok Aldo dengan balutan jaket maroonnya.

"Mau bareng?" tawar Aldo.

Hanis dan Vivi saling tatap lalu saling menunjuk dirinya sendiri.

Aldo tersenyum membuat Hanis bingung dan Vivi yang merasa terbang bagaikan puing-puing debu. Senyum Aldo begitu menawan.

"Hanis."

Jeduarrr...

Habis terbang tinggi, jatuhlah Vivi dalam kubangan lumpur. Ia pikir Aldo menawarkan diri untuk mengantar pulang, ternyata Hanis yang diajak. 

Tiba-tiba Hanis membisikkan sesuatu membuat Vivi berusaha menyembunyikan senyumannya.

"Gue udah di jemput sama abang gue, lo di jemput belum?"

Vivi menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Hanis, "Gue naik taksi kalo nggak ojol."

Hanis menjentikkan jarinya. "Kalo gitu lo aja yang bareng kak Aldo!"

Vivi tak tau harus senang atau tidak. Pasalnya ia senang karena mendapat kesempatan bersama Aldo, disisi lain ia takut merasa kikuk karena Hanis tak ada.

Hanis tersenyum pada Aldo, "Maaf kak, abang udah nunggin di depan. Kebetulan Vivi nggak di jemput, boleh Vivi nebeng?"

"Bukannya yang biasa di jemput itu Vivi ya?"

Hanis mengernyit, bagaimana bisa Aldo mengerti hal itu, jangan-jangan...

"Oke! Vi, lo masuk. Gue anterin pulang," potong Aldo membuyarkan segala perkiraan Hanis.

Vivi mengangguk kikuk dan tak bisa menahan rekahan senyumannya. Vivi melambai pada Hanis dan masuk ke mobil Aldo.

Aldo merasa gagal mendekati Hanis. Niatnya ingin mengajak pulang bersama ternyata malah dapat zonk. Aldo menoleh sedikit kecewa ke arah Vivi yang menunduk malu-malu.

Gagal deh pdkt nyaa.

ARCLA (Monochrome)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang