HALO! Jangan lupa dukung Fia dengan vote dan follow akun ini 🤗
Yuk berinteraksi sama Fia di kolom komentar, xixi. Jangan lupa juga untuk share cerita ini ke teman-teman kalian 🙌
Follow instagram @rubanabe dan share pengalaman kalian baca cerita ini 😚😍
Jangan lupa tag @rubanabe.
Selamat Membaca! Sampai jumpa!🐣🐣🐣
Tara baru saja mendudukkan pantatnya di tumpukan tebal salju yang dingin yang kemudian harus mengangkat telepon seseorang.
Tara bernapas lega melihat empat keponakannya sedang asik bermain bola-bola salju.
"Haloooo Tara Assalamualaikum!"
Tara tersenyum dan melambaikan tangannya, "Waalaikumsalam! Kangen gue lo?"
Clara menyengir. "Iyaaa..." jawabnya. "Kangen semua juga yang disanaaaa..." lanjutnya.
Tara berdecak dan senyumannya luntur. Nggak bisa banget bikin orang senang, batinnya.
"Ngapain kamu duduk-duduk di sana? Mau membeku?"
Tara mengganti kamera depan menjadi kamera belakang, memperlihatkan keempat anak-anak kecil yang begitu asik bermain salju.
Sambil mengarahkan ponselnya ke empat bocah itu, Tara berteriak. "Hey! Come here! This is Clara!"
Berkat teriakan Tara, empat bocah tersebut teralihkan dan berlari menghampiri Tara. Saat Tara baru saja mengubah kamera belakang menjadi kamera depan, Reina menyahut ponselnya.
"Hello authy! I miss u so--" sapa Reina.
Fresty menyahut ponsel Tara dari Reina, "Hai aunthy!" sapanya.
"My beautiful authy!!!" gantian Leon menyahut ponsel Tara.
Dan sekarang keponakan paling nakal Tara, sudah berancang-ancang menyahut ponsel tersebut tapi malah tersungkur diatas tumpukan salju karena Leon tak sengaja menggeser pijakannya.
Semua terdiam lalu Bryan berdiri dan menepuk salju yang menempel di badannya. "Mana! Aku mau telfon dengan authy!"
Leon menyembunyikan ponsel Tara di belakang tubuhnya lalu berlari saat Bryan mengejar. Sambil berlari, Leon berbincang bersama Clara.
"Heiii jangan berlarian! Nanti kamu terjatuh!" peringat Clara.
Di tempat lain, Clara yang berjalan di koridor berhenti dan memfokuskan penglihatannya kala Leon berlari sambil berbincang dengannya.
Di belakang sana nampak Bryan dan Tara yang mengejar dirinya. Bukan, maksud Tara mengejar bukan ikut berebut, melainkan menghentikan Bryan mengejar Leon.
"No authy! Leon kuat dan tidak akan jatuh. Tenang saja."
"Stop Leon!" teriak Clara tanpa sadar membuat seluruh murid yang berada di korido sekitar berhenti, menatap Clara sejenak dan melanjutkan langkah kembali.
"Leon stop! Berhenti! Nanti kamu ja--"
Tiba-tiba layar ponsel di seberang sana tak lagi menampakkan wajah Leon melainkan warna hitam dan suara krusak-krusuk.
Beberapa detik layar ponsel berwarna hitam itu akhirnya menampilkan wajah Leon yang terlihat ingin menangis.
"Aunty Leon jatuh!" adunya.
Clara tersenyum dan hendak menjawab perkataan Leon namun ponsel tersebut beralih pada Bryan yang kini terlihat mengejek Leon dengan memeletkan lidahnya.
Leon yang tengah di bantu Tara mendengus kesal dan bergantian mengejar Bryan.
"Hai aunty! Disini ada lelaki tampan! Your nephew!"
Clara bergerak-gerak gelisah, takut Bryan ikut terjatuh.
"Hey Bryan! Stop! Kembalikan ponselku! Aku ingin berbicara dengan aunty!" terdengar teriakan Leon.
"Tidak akan!"
Bryan kembali mengarahkan wajahnya ke layar ponsel Tara, menatap wajah cantik tantenya itu. Bryan mengedipkan sebelah matanya genit.
"Someone, please tell me! Why she so cute?!" goda Bryan.
Clara tertawa mendengarnya. Pasti Tara yang mengajarkan Bryan menggoda seperti barusan.
Bryan, Leon, dan Tara masih saling mengejar membuat Clara hanya bisa berusaha dari jauh memperingati dua keponakannya yang tengah saling mengejar dan berebut ponsel. Ia mengharapkan Tara cepat berhasil menghentikan keponakan-keponakannya.
🐣🐣🐣
Di hari kedua pelaksanaan ujian Clara merasakan ada sesuatu yang ganjal terhadap Arfa dan Aneta. Pasalnya kemarin saat ia belajar bersama, Arfa dan Aneta terlihat seperti sepasang kekasih. Entah hanya perasaannya ataupun memang benar kenyataan, Clara tidak tau.
Saat Clara tengah belajar bersama keempat temannya beserta Aneta dan Arfa. Fokus Clara seakan terbagi, antara pelajaran dan interaksi Aneta dan Arfa. Keduanya tengah tersenyum dan bercanda gurau.
Clara mengamati dengan sangat fokus hingga tak menyadari teguran dari keempat temannya dan baru sadar ketika Gea menyenggol bahunya.
Aksinya ketika sedang mengigiti bulpoin terhenti kala Gea menanyakan ada apa dengannya."Lo kenapa?" Clara menggeleng dan kembali mengerjakan soalnya, sebenarnya bukan mengerjakan sih.
Lebih tepatnya berpura-pura kembali fokus pada pelajaran yang di ujikan besok.
Gea dan ketiga teman Clara menatap Arfa dan Aneta yang tak merasa terganggu dengan kehadiran mereka berlima.
Gea berucap tanpa suara. "Cemburu?" dan Fino, Hasan serta Sela juga berucap tanpa suara.
"Mungkin." jawab mereka bertiga tanpa suara, hanya dengan gerakan bibir saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Roman pour AdolescentsAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...