DI MULMED ITU SI HASAN YANG NATAP SELA GEMES YEUUU. JANGAN LUPA VOMENT DAN HAPPY READING!
🐣🐣🐣
Siang ini Hasan dan Sela memilih makan di sebuah restoran sambil menunggu kedatangan Fino dan Gea. Mereka berempat berencana membantu kepulangan Clara.
Hasan menunggu pesanan makanannya dengan menatap Sela yang semakin hari semakin menawan saja, pikirnya.
Pemandangan Sela yang sibuk bermain game dan menggerutu karena tidak bisa memenangkan permainan game membuat Hasan tanpa sadar tersenyum tipis. Sangat sederhana membuatnya bisa senang seperti ini.
Merasa diperhatikan, Sela mendongak dan mendapati Hasan menatapnya.
"Kenapa?" Hasan menggeleng. "Ada apa di wajahku? Apa make up ku ketebalan?" tanyanya.
Hasan kembali menggeleng. "Nggak, cuman aku pikir kamu tambah cantik aja," pujinya.
Wajah Sela memerah, dia mengulum senyum karena salah tingkah mendengar pujian Hasan. Meskipun sudah berpacaran lama, mendapatkan pujian dari Hasan masih membuat Sela merasa bahagia dan kegirangan sendiri. Hasan mencondongkan tubuhnya untuk mengacak gemas rambut Sela.
Sela merasa ingin koprol disaat bersamaan ketika mendapatkan perlakuan manis Hasan.
"Udah lama pacaran juga masih aja malu-malu," kata Hasan.
Sela menyengir dengan wajah merah menggemaskan.
Tiba-tiba momen romantis keduanya terusik karena seorang pelayan perempuan mengantar pesanan mereka.
"Permisi."
Hasan menarik tangannya dan duduk dengan normal, entah hanya perasaannya saja ataukah memang benar. Sendari tadi Hasan merasa risih di tatap oleh pelayan perempuan tersebut. Tapi ternyata tak hanya dirinya saja, Sela pun juga merasakan hawa-hawa calon pelakor.
"Mbak!" panggil Sela membuat pelayan tersebut terjengit dan menatap Sela.
"Pesanannya udah selesai, mbak masih ada perlu?"
Pelayan tersebut gelagapan. "Eehh iya mbak sudah, maaf. Silahkan di nikmati," ucapnya lalu menoleh ke arah Hasan dan tersenyum manis membuat Sela memasang wajah ingin mencekik pelayan restoran tersebut.
Hasan tersenyum penuh arti ke arah Sela. Dia melihat Sela mendumal dan sibuk dengan makanannya. Lucu banget kalo cemburu, batin Hasan.
"Udah tenang," sela Hasan menginterupsi perhatian Sela. "Mau dia godain aku pake senyum manis atau apapun, aku nggak bakalan tertarik."
Sela menatap Hasan menunggu kalimat selanjutnya.
"Soalnya yang menarik cuman ada satu."
Sela mengernyit heran. "Cuman cewek yang ada di depan ku aja yang berhasil narik semua perhatianku," godanya.
BLUSH!
Pipi Sela kembali memerah, bibirnya berkedut menahan rekahan senyum. Hasan yang melihat hal tersebut hanya bisa menahan tawanya. Ternyata ajaran gombal dari Fino berguna juga.
🐣🐣🐣
Sudah lima hari rasanya Clara membusuk di ruangan berbau obat ini. Jika saja Clara tak membujuk dokter untuk memulangkannya maka pasti ia tidak akan bisa berberes seperti ini.
"Gaess cepet dong cepet!"
Kontak ketiga orang yang tengah berberes itu menoleh kesal ke arah Clara. Dan yang di tatap hanya bisa menyengir.
'Kemana sih Arfa! Ditelfon ng gak bisa, di sms gak di bales, jangan jangan dicintai malah gak balik mencintai! Ehhh?'
Clara terkikik menyadari pikirannya sendiri.
Tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan sosok yang di tunggu-tunggu. Sebelum Clara bersuara, Arfa terlebih dahulu mengisyaratkan untuk diam dengan jari telunjuk yang ia tempelkan di bibir. Kontan Clara langsung mengangguk dan diam.
Arfa berjalan menuju Tio untuk sekedar mencium punggung tangan pria paruh baya itu. Dan selama Arfa berjalan, tatapan tajam terus Tara hadiahkan pada Arfa.
Ya, ini adalah ke tiga kalinya Tara bertemu Arfa namun sepertinya kali ini lebih lama mereka bertemu.
Mari kita ingat. Pertemuan pertama Arfa dan Tara adalah saat berpapasan di pintu ruang rawat Clara. Semnatar pertemuan kedua adalah saat Tara berganti jaga dengan Tio dan mendapati kedatangan Arfa ketika menjengguk Clara.
"Om," sapa Arfa seraya menyalimi tangan Tio.
Tio tersenyum sedangkan Tara sudah berapi. Terbukti, disebelah Tara sudah ada Fino yang berlagak mengipasi wajah Tara.
Tara mengulurkan tangannya agar Arfa ikut mencium punggung tangan miliknya. Namun, Arfa mengernyit dan menatap Tio, Tio ikutan menatap heran pada kelakuan Tara.
Ponsel Tio bergetar, pria itu pamit untuk mengangkat panggilan telepon sekaligus mengurus dokumen kepulangan Clara.
"Heh! Tara-takdung! Ngapa tangannya begitu?" seloroh Clara dibalas delikan oleh Tara.
"Om kamu, Clar?" tanya Arfa.
"Pffft... "
"Hahahaha."
Tara mendegus lalu berkacak pinggang. "Gue ini--"
"Tara diem deh!" potong Clara cepat.
Karena kesal, Tara langsung berjalan cepat menuju Clara, tangannya gatal ingin sekali menyentil mulut Clar yang selalu memotong ucapannya.
Melihat itu, Arfa bergerak cepat menahan tangan Tara. Keduanya saling tatap.
"Jangan kasar," Arfa berucap, memperingati Tara.
Clara, Fino, Gea, dan Tara melongo.
Arfa? Mengapa begini?
Beberapa detik mereka hanyut dalam suasana mencekam antara Tara dan Arfa yang saling melempar tatapan tajam.
"Ehemm..." dehem Sela dan Hasan yang baru saja datang membuat suasana kembali normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARCLA (Monochrome)
Ficção AdolescenteAKAN DI REVISI BERTAHAP JADI HARAP MAKLUM ATAS BEBERAPA TYPO ATAUPUN KATA YANG KURANG TEPAT. MAKLUM CERITA PERDANA YANG MASIH BANYAK KEKURANGAN 🙃 ❌ WARNING! CERITA INI BANYAK PARTNYA TAPI NGGAK PANJANG-PANJANG KOK! RESIKO BACA CERITA INI KALIAN BAK...