Matahari mulai beranjak naik, menyinari tanaman yang haus akan cahaya Matahari. Mengeringkan embun yang sedari tadi turun membasahi dedaunan.
Jalanan mulai tampak sepi, para siswa dan siswi telah masuk ke sekolahnya masing masing, tetapi tidak dengan mereka bertiga.
"Pasti kita telat lagi nih!" teriak Gino dengan nafas terengah-engah.
"Salah lo sih! Kenapa juga nungguin gue," protes Lidya yang berada di depan Gino.
"Woy kalian berdua! Tungguin gue, ga kasihan apa dengan gue?" Alif berlari dengan sangat terengah-engah dengan tubuh yang melebar ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya kini menjadi penghambat gerakannya.
"Buruan Lif! Dah telat nih," ujar Gino tanpa menoleh ke belakang, melirik sedikit pun kondisi Alif.
"Iya lambatan dikit! Susah adaptasi nih kaki dengan perut gue," protes Alif dengan berlari sekuat tenaga. Ia tak henti-hentinya mengutuk Gino.
"Alif jangan nyerah! Kita harus sampai ke gerbang tepat waktu!" teriak Lidya dengan menghiraukan rambutnya yang acak-acakan akibat melawan arah angin.
"Kita kasih makanan aja tuh satpam kita, pak Agus," ujar Alif masih dalam keadaan berlari dengan tempo yang sedikit diperlambat.
"Siapa yang mau kita kasih makan? Pak Agus dah berhenti jadi satpam kemarin." Gino menoleh dan menarik lengan Alif agar kembali berlari menembus ketinggalannya.
"Astaga, gue lupa..." Alif melanjutkan kembali langkah kaki besarnya mengejar gerbang sekolah yang masih jauh di matanya
"Pasti bu Indah udah nungguin kita di depan gerbang. Ampun dah," sesal Lidya seiring memperbesar langkah larinya.
"Pasti itu Lid," setuju Gino mengejar Lidya.
"Kalian! Tungguin gue! Sakit nih perut gue, ga kasihan apa dengan gue?" protes Alif yang tertinggal jauh di belakang.
"Cepetan dikit napa Lif? Dah telat banget nih! Gue kempesin badan lo yang kayak gentong itu baru tau rasa!" cerca Gino seraya meletakkan tasnya dengan sempurna.
"Kempesin aja nih gue ga takut! Coba aja kalo bisa!" tantang Alif mendengar cercaan Gino.
"Kalian bisa diem ga sih! Dah telat gini masih aja berantem! Cepetan larinya!" kesal Lidya yang mendengar perdebatan 2 sohibnya.
"Guk.. Guk.. Guk.." gonggongan anjing menggema dari dalam jalan gelap dan buntu.
"Huaaa.. Anjing!!" teriak mereka bertiga kompak dengan diiringi langkah kaki yang sengaja dipercepat.
Waktu yang seharusnya mereka tempuh untuk menuju gapura jalan sekolah mereka dengan waktu 15 menit kini hanya ditempuh mereka hanya dalam waktu 5 menit.
"Coba kalian liat, tuh guguk ngejer ga?" tanya Lidya seraya melirik ke arah belakang sesekali
"Ga mau Lid! Tuh guguk serem banget!" tukas Alif dengan menambah tenaga ekstra mensejajarkan langkahnya dengan Lidya.
"Woy Alif! Cepet banget lo lari! Tungguin gue kalii! Iya Lid tuh guguk serem banget!" ujar Gino dengan berlari sekuat tenaga.
"Huaa... Nggakk!!" teriak Lidya frustasi mendengar penuturan Alif dan Gino lalu berlari lebih cepat dari mereka berdua.
"Lidya!! Tungguin kami!!" teriak Gino dan Alif serentak saat melihat Lidya telah berada jauh dari mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...