55

3.5K 199 25
                                    

Mereka serentak terkejut. Jantung mereka berdegup kencang secara berjama'ah, melirik ke arah satu persatu orang yang di sekitarnya. Mereka mencoba menebak, siapa yang menegur mereka saat ini.

"Gimana nih?" cemas El lalu menjauhkan tangan dari sakunya.

Mereka membalikkan tubuh serentak, menghadap ke arah belakang mereka. Tidak jauh dari mereka berdiri, berdirilah seorang wanita dengan dua buku tebal yang berbeda judul. Wanita itu adalah wali kelas mereka, Bu Kiky.

"Lagi liat-liat mading bu," ngeles Dhika sambil memperhatikan kembali mading tersebut. Mereka serentak mengangguk, meyakinkan Bu Kiky atas jawaban Dhika.

Ibu Kiky menggelengkan kepalanya, menghela nafas dengan keanehan muridnya. "Sampe lupa dengan kelas? Ayo masuk, kita mulai pelajaran hari ini."

Mereka serentak mengangguk. "Oke Bu Kiky."

The~D dapat bernafas dengan lega. Bu Kiky berbalik arah, melangkah ke kelas D. Mereka mengikuti arah langkah orang tua mereka yang entah ke berapa, berjalan dengan santai sambil mengenakan tas, tanpa rasa bersalah. Mereka saling menatap lalu tersenyum, brosur lomba telah tenang berada di saku El.

Dua mata pelajaran telah selesai dibahas oleh Bu Kiky, bel istirahat telah berbunyi dan beliau telah keluar dari markas The~D.

The~D langsung berdiri dan menjauh dari kursi mereka, memilih duduk di lantai bersama. Sesekali, siswi kelas lain melirik ke arah mereka dan bergidik ngeri walaupun tidak sedikit yang memanggil nama mereka dengan terkagum.

Lidya memilih duduk di sebelah pintu, menyenderkan punggungnya ke dinding namun tetap saja tidak jauh dari Zhiro dan Cakra.

Lidya memperhatikan teman-temannya, mereka sedang menjatuhkan mereka pada dunia mereka sendiri, handphone. Mereka khusyuk menatap layar handphone, sesekali ada yang tersenyum lalu tertawa kecil. Lidya bergidik ngeri, lalu ia menyenggol lengan Cakra sehingga buku yang sedang ia baca terjatuh.

"Kenapa Lid?" tanya Cakra. Cakra dan Zhiro langsung melirik orang yang membuat bukunya terjatuh.

"Kalian belum kasih tau gue tentang pertanyaan gue tadi," bisik Lidya, mereka sedikit mendekat ke arah Lidya.

"Gue pengen tau," timpal Lidya memohon.

Cakra menghela nafas berat, lalu menatap Lidya dengan tatapan kosong. Zhiro mulai menatap ke arah langit-langit kelas dan menyimpan handphonenya.

"Sebenernya, gue benci sama cewek," lirih Cakra setengah menunduk.

"Kenapa?" tanya Lidya semakin penasaran.

"Mama gue udah ninggalin gue semenjak gue masih kecil. Mama lebih milih lelaki lain dibandingin Papa. Waktu itu kami masih tergolong orang miskin belum kek gini. Usaha Papa gue bangkrut, dan kami jatuh miskin. Mama gue emang udah dari kecil kaya, jadi pas Papa bangkrut mama langsung selingkuh dengan temen bisnis Papa, semuanya berakhir pas Papa mergokin mama. Papa kebingungan, dia gak punya keluarga untuk minjem modal buat bangkitin usaha Papa," gumam Cakra lalu menghela nafas berat, kepingan luka kembali tersirat di hatinya.

"Gak ada keluarga? Maksud lo sebatang kara? Gimana bisa? Lo bilang waktu itu lo keluarga jauh dengan Zhiro, atau jangan-jangan Zhiro itu keluarga mama lo?" duga Lidya setelah berpikir singkat.

Cakra menggeleng. "Sebenernya Zhiro bukan keluarga gue, mau papa gue ataupun mama. Kami cuma sebatas temen satu TK, dan dia mulai mengubah segalanya. Gue dan dia akrab banget sedari pertama masuk TK, karena Zhiro pendiem dan beda dari anak TK biasanya. Waktu itu gue gak lagi masuk di TK dan dia nyariin gue di rumah, dia tau kalo gue udah pindah. Entah gimana dia bisa dapet alamat gue, ternyata dia mantauin gue. Waktu itu gue sama Papa hampir diusir dari kontrakan, kami jadi gelandangan."

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang