Lidya menatap Cakra dalam. "Lo gak apa-apa?"
"Gak apa-apa. Gue kepancing emosi," tukas Cakra singkat lalu duduk di kursinya.
"Yaelah, lo sampe keluar dari tim lo." Lidya mendekati kursi Cakra, berusaha memperjelas pernyataannya.
"Gak apa-apa kali Lid. Cuma tim juga, gue udah punya tim terbaik, nih The~D," tukas Cakra, ia sedikit membungkuk, berusaha menahan sakit.
"Lo juga Zhir, pake acara manjangin masalah lagi," gumam Lidya heran dan menatap satu persatu dari mereka.
"Ya gak apa-apa, gue juga yang manjangin masalah bukan lo," balas Zhiro masih dengan emosinya yang menggebu.
"Ya sama aja karena gue," ujar Lidya sengit.
"Kami juga emosi, mana lagi mereka semena-mena gitu. Kita aja tuh ga pernah ke kelas mereka nyari masalah, mereka yang nganter masalah ke sini, yaudah hasilnya mereka kudu bawa masalah juga," jawab Damar tiba-tiba.
"Astaga Damar, Zhiro maafin gue," ujar Revi yang keluar dari tempat persembunyiannya, melirik ke arah Cakra lalu ke arah Zhiro yang sedang membalas tatapan tajam Lidya.
"Maafin gue, kalo tuh brosur gak ilang, kalian gak bakal kena masalah juga." Revi menghempaskan tubuhnya ke kursi guru.
"Bentar, Brosur? Tuh Nana marah-marah kesini nyariin lo gara-gara brosur? Sehat?" heran Lidya tidak habis pikir setelah berperang tatapan tajam dengan Zhiro.
"Ya dia itu anak dihormati di sekolah ini, dia tuh berperan penting karena dia jabat sebagai ketua hampir dari seluruh ekskul di sekolah ini. Gue juga gak tau masalah lengkapnya gimana, mereka bertiga dipanggil Pembina dan kena marah. Bel istirahat bunyi mereka pidato sampe marah-marah, nuduh kami yang enggak-enggak. Masa kami dituduh bobol kunci di kaca mading?"
Lidya melihat satu persatu dari mereka, melirik satu sama lain. Tawa mereka meledak serentak, termasuk Cakra dan Zhiro. Revi menatap mereka dengan heran. "Kan aneh tuh mereka, kek kami di kelas gak ada kerjaan banget? Jujur aja, kami ga betah di kelas kalo ada mereka, semena-mena. Siapa lagi orang yang kurang kerjaan sampe ngebobol tuh kunci mading?" Revi menghela nafas dan mengutuk siapa saja orang yang melakukan hal tersebut.
"Maksud lo brosur ini?" tanya El lalu mengeluarkan lipatan kertas kecil dan membentangkannya di meja Lidya, tempat mereka berkumpul kini.
"Jadi lo yang ngambil? Dasar kurang kerjaan!" gerutu Revi langsung melangkah mendekati meja, ia benar tidak menyangka.
"Abisnya nempelin nih brosur gak becus banget, pake acara telipet segala. Pas kami liat dikunci, tuh orang kenapa, sehat kagak? Yaudah berkat bakat Kevin dalam hal membobol kami dapet nih brosur," gumam El menjawab keterkejutan Revi.
"Tapi Rev gue heran sama tuh orang. Mereka keknya emang sengaja nempelin nih brosur dilipet, lipetannya kek kerencana gitu, rapi banget," timpal Lidya sambil mengingat kondisi brosur tersebut saat masih tertempel di mading.
"Keknya mereka bener-bener sengaja," duga Cakra.
"Lo bener Cak. Mereka emang gitu, mereka udah tau kalo gak ada yang mau ikut nih lomba dari Bakti Nusa, liat aja tuh biayanya mahal banget, sekolah gak mampu bayarin nih mata lomba. Mereka juga ga mau ada tim lain yang dikirim ke lomba Cerdas Cermat selain timnya Nana sama Haidir. Tiap tahun, nih SMA Artik cuma berani kirim lomba cerdas cermat," jelas Revi lebar.
"Memang sih, gue akuin mereka memang menang tahun lalu," angguk Al setuju dengan pernyataan Revi.
Mereka memperhatikan brosur dengan rinci, tiap huruf, kata, kalimat, dan paragraf tak dibiarkan terlewat sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...