Mata Alif dan Devan langsung terfokus pada seorang perempuan yang berlari sekuat tenaga.
"Lidya lo kenapa?" teriak Alif sampai membangunkan Gino dari tidurnya.
Lidya tidak menjawab apa-apa. Ia hanya diam dan fokus dengan pelariannya. Pagar pun berbunyi, Lidya sedang memanjat.
"Lidya kenapa?" tanya Gino panik setelah terbangun karena teriakan Alif.
"Tuh" Devan menjawab pertanyaan Gino sembari menunjuk ke arah seorang perempuan di atas pagar, Lidya.
Lidya memanjat pagar dengan lekas, lalu meloncat dari atas pagar masuk ke dalam pekarangan rumah Alif. Lidya terduduk lemas, lalu menyenderkan tubuhnya ke tembok.
Serentak saja Gino, Alif, dan Devan menghampiri Lidya yang sedang menteraturkan nafasnya.
"Ada apa?" tanya mereka serentak.
Lidya menatap wajah mereka lalu menunjuk lemas ke arah luar pagar. Seperti terhipnotis, mata mereka langsung ditujukan ke luar pagar.
"Siapa yang ganggu lo? Gue hajar" Ujar Gino mantap.
Mereka membuka mata lebar-lebar berharap menemukan jawaban, tentu saja mereka menemukannya. Ada seekor hewan yang sedari tadi mengejar Lidya, Anjing.
Hewan itu masih saja menggonggong dan mencoba untuk masuk ke dalam pagar, dari dalam matanya terpancar kekesalan untuk Lidya.
"Bagaimana bisa Lidya?" tanya Alif heran, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Lidya berdiri.
"Tadi gue..." ujar Lidya menggantung, ia terlihat begitu kelelahan.
"Ayo duduk dulu" ujar Alif seraya menarik lengan Lidya ke teras rumahnya.
Saat duduk, Lidya langsung mengambil jus Mangga yang letaknya berada di meja tidak jauh dari kursi yang ia duduki saat ini, jus itu tandas memuaskan dahaganya.
"Itu jus gue" sangkal Devan saat melihat jus untuknya hanya tinggal sedotan dan gelas kosong.
"Ikhlasin aja" jawab Lidya santai dengan nafas yang masih terengah engah
"Kirain gue, lo dikejer apa gitu. Ternyata cuma tuh hewan, ganggu tidur gue aja." jawab Gino sembari menguap lalu beranjak ke arah ayunan dan tidur kembali
"Coba ceritain Lid" Alif menatap Lidya untuk meminta jawaban.
"Tadi gue lagi asik bersih-bersih. Gue lupa dengan janji buat tugas" jelas Lidya.
"Kan dah gue sangka" ujar Devan memotong penjelasan Lidya.
"Diem ga lo? Gue lagi jelasin! Untung aja gue masih inget" amuk Lidya melihat tingkah Devan
"Terus kenapa? Lanjut jelasin" jawab Devan merasa tidak bersalah.
"Dasar. Gue liat jam eh udah jam 9 malem, langsung aja gue keluar. Dari toko lo ke rumah lo ada 2 jalan, jalan raya sama jalan pintas. Kalo gue lewat jalan raya, gue bakal sampe ke sini kira-kira jam 09.30. Jadi, gue putusin lewat jalan pintas" jelas Lidya lalu mengambil nafas.
"Jalan yang ada tuh guguk?" tanya Devan mencoba untuk mendengarkan cerita Lidya.
"Iyalah, keknya tuh guguk dendem sama gue. Gue juga lupa, gue dari sana ke sini lari terus diliat tuh guguk. Ya, gue dikejer sampe gue panjat pagar segala." jawab Lidya
"Ga ada yang nolongin lo?" tanya Devan serius
"Iya gak ada yang bakal nolong dia Van, jalan pintas tuh sepi banget" jawab Alif.
"Bentar, lo kesini tadi sendirian?" tanya Devan menaikkan satu alisnya.
"Iya lah, gue sendiri" jawab Lidya
"Semalem ini?" tanya Devan lagi. Alif hanya menggelengkan kepalanya lalu meletakkan laptopnya masuk ke dalam rumah
"Ya iyalah, ga mungkin pagi" jawab Lidya dengan ekspresi datar karena pertanyaan Devan.
"Lewat jalan pintas?" tanya Devan lagi.
"Ah telinga lo masih berfungsi? Iya gue ke sini sendirian semalem ini lewat jalan pintas" jawab Lidya.
"Lo gila!" bentak Devan.
"Lah kenapa lo bentak gue gini?" heran Lidya terkejut karena suara Devan yang meninggi.
"Kalo lo kenapa-kenapa gimana?" tanya Devan.
"Ya daripada gue ga dateng, entar lo marah" jawab Lidya tidak habis pikir dengan perlakuan Devan.
"Kalo lo kenapa kenapa bisa repot gue" ujar Devan memegangi kepalanya yang mendadak pusing.
"Ya gue yang kenapa kenapa, kok lo yang sewot. Ada yang bisa gue bantu?" tanya Lidya mengalihkan pembicaraan
"Udah selesai" jawab Devan singkat.
"Serius? Ah sia sia aja. Yaudah gue mau pulang" ujar Lidya berdiri.
"Lo mau kemana Lid?" tanya Alif melihat Lidya ingin meninggalkan teras rumahnya.
"Pulang,lif" jawab Lidya menolehkan kepalanya
"Sama siapa?" tanya Alif
"Sama gue" Devan menjawab pertanyaan Alif lalu berdiri dan beranjak menuju mobilnya.
"Ya udah, bagus kalo Lidya sama lo" ujar Alif sembari setuju dengan ucapan Devan
"Kok?" tanya Lidya heran.
"Ikut gue aja, ga ada penolakan" jawab Devan mempertegas ucapannya
"Tapi..." lirih Lidya
"Udah kalian pulang aja" ujar Alif mengakhiri pembicaraan
Mau tidak mau, Lidya masuk ke mobil Devan. "Gue pulang ya, lif" pamit Devan lalu memasuki mobil dan keluar dari pekarangan rumah Alif.
Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang menyelimuti.
"Lurus saja, terus belok kiri" ujar Lidya memberi instruksi. Devan menurut.
"Udah sampai" jawab Lidya singkat
"Dimana?" tanya Devan bingung.
"Udah sini aja, ga usah tau yang mana pokoknya gue udah aman" jawab Lidya
"Ya udah gue pulang" pamit Devan
"Memang seharusnya gitu" jawab Lidya lalu keluar dari mobil Devan.
"Udah jalan sana" timpal Lidya
"Iya iya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...