Lidya datang ke sekolah tepat pukul 06.30 bersama Gino dan Alif. Setelah satu langkah kaki memasuki gerbang SMA Bakti Nusa bel sekolah pun berbunyi.
"Ini bakal sejarah jadi kita" ujar Gino tersenyum lebar.
"Sejarah apaan coba? Perasaan gaada yang bisa dijadiin sejarah" tanya Lidya seketika membalas ucapan Gino
"Elah Lid kok lo ga paham sih? Sejarah kita karena hari ini adalah hari pertama kita ga dateng telat ke sekolah" jawab Alif dengan argumennya.
"Elah cuma itu mau kalian anggep Sejarah? Mana ada sejarah sejarahnya coba?" jawab Lidya heran dengan pemikiran kedua sahabatnya.
"Ada Lid, kita berbeda. Lo ghaib, kami nyata" ledek Gino seraya tertawa terpingkal pingkal.
"Kualat lo baru tau rasa" Respon Lidya datar.
"Rasa apa? Manis, asam , asin? Nano-nano" ledek Gino lagi.
"Lif, kalo orang ke aniaya itu do'anya diijabah kan?" tanya Lidya seolah olah mengalihkan pembicaraan.
"Iya Lid bener itu" jawab Alif dengan mengangguk pelan menyetujui ucapan Lidya.
"Semoga Gino jatuh, nyungkem got sekalian, Aamiin" ujar Lidya seraya menangkupkan kedua tangannya, lalu tersenyum lebar.
"Mana ada doa gitu, ga bakal keijabah" ujar Gino berbangga hati.
"Liat aja entar" Ekspresi Lidya menjadi datar memandang kelasnya.
Mereka bertiga melewati Bu Indah yang sedang berdiri selepas memarkirkan motornya.
"Kalian ga telatkan hari ini?" tanya Bu Indah menyelidik.
"Alhamdulillah Nggak telat bu" jawab mereka bertiga serentak.
"Bagus, jangan sampai telat lagi. Ini jadi sejarah buat ibu, setelah 1 tahun ibu tidak lagi menulis nama kalian di buku keterlambatan" kekeh bu Indah.
"Hehe iya bu" jawab Gino seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Yaudah kalian masuk sana, bentar lagi pasti guru kalian masuk ke kelas" ujar Bu Indah.
"Iya bu, kami masuk ke kelas ya. Assalamu'alaikum" ucap Lidya seraya bersalaman dengan Bu Indah yang disusul oleh Alif dan Gino.
"Iya Wa'alaikumussalam" jawab Bu Indah ramah dan berjalan menuju ruang BK.
Lidya dan kedua sahabatnya melanjutkan perjalanan mereka ke kelas.
"Nah, lo denger ga tadi kata Sejarah dari Bu Indah" ujar Gino menyunggingkan senyumnya.
"Ngga" jawan Lidya ketus
"Ah, telinga lo mestu dibersihin tuh" ledek Gino.
"Mampus lo kalo jatuh" geram Lidya seraya menatap lirih ke arah Gino.
"Ga bakal terkabul doa lo Lid" ledek Gino dengan senyuman bangga.
"Tenang aja Lid, bakal gue aminin" bela Alif melihat air muka Lidya.
Mereka bertiga berjalan melewati ruangan adik kelas mereka, semuanya riuh ketika melihat si Terlambat datang tepat waktu kali ini.
"Ah serba salah jadi kita, dateng cepet salah datengnya telat malah lebih salah" gumam Gino seraya menggelengkan kepalanya.
"Gatau" ketus Lidya.
"Ciee... Marah" ledek Gino dengan tertawa terpingkal pingkal.
"Siapa yang marah?" tanya Lidya pura pura tidak mengetahui apapun.
"Lo, orang yang teraniaya" ledek Gino tambah jadi.
"Gue? Gue aja lagi berdoa biar doa gue tadi terkabul" jawab Lidya menyunggingkan senyumnya.
Tidak beberapa lama Tali sepatu Gino terlepas ikatannya.
"No, tuh tali sepatu lo iket dulu, entar jatuh lo baru tau rasa" ingat Alif sesaat melihat ke arah sepatu Gino.
"Tenang aja Lif, ga akan. Gue dah sering kek gini, tapi gue ga pernah jatuh" jawab Gino dengan bangga.
"Yaudah, yang penting gue dah ngingetin Lo, mau lo jatuh atau nggak Jangan salahin gue" jawab Alif datar.
"Siap, keep calm" jawab Gino berbangga hati.
Lidya yang melihat kesempatan itu langsung menijak tali sepatu itu yang dengan bebas minta ditijak. Tidak lama dari itu, Gino jatuh tersungkur di lantai selasar.
"Aw sakit" ringisnya ketika menempel di lantai selasar.
"Hati hati No, entar lo jatuh" kekeh Lidya.
"Udah jatuh!" bentak Gino ketika mendengar kekehan dari Lidya.
"Oh udah jatuh" jawab Lidya merasa tidak bersalah.
"Tolongin gue kek!" amuk Gino dengan kedua sahabatnya yang masih tertawa terbahak bahak melihat kondisi Gino saat ini.
"Bentar dulu, gue mau ketawa" ujar Alif melanjutkan tertawanya yang terjeda karena amukan Gino.
Ekspresi Gino berubah menjadi datar seketika mendengar respon dari Alif. Gino berusaha berdiri sendiri.
"Yah udah berdiri, tadi sih gue niatnya mau nolongin lo No" kekeh Lidya.
"Jahat kalian" jawab Gino acuh.
"Kalo sahabat itu ketawa dulu baru nolongin" ujar Alif berargumen.
"Ini gara gara Lo Lidya, kalo lo ga nijak tuh tali sepatu gue. Ga bakal gue jatuh tadi, awas aja lo" ujar Gino seraya mengepalkan tangannya dan memperlihatkan kepalan itu ke arah Lidya.
Sesaat melihat kepalan tangan itu Lidya langsung berlari masuk ke dalam kelas dan membuat debu debu yang sedang disapu berterbangan kembali.
"Lidya!" amuk seseorang yang sedang menyapu, Devan.
"Apa sih?" tanya Lidya heran.
"Bersihin ga tuh debu yang lo tendang!" perintah Devan.
"Iya lo lah yang bersihin, lo yang megang sapu. Mau gue tangkep tuh debu terus gue kasih ke lo?" tanya Lidya terkekeh.
"Lo buang tuh sampah!" ujar Devan seraya menunjuk kotak sampah yang berada di luar kelas, sementara itu Gino dan Alif telah duduk di kursi mereka masing masing.
"Iya iya, keep calm" jawab lidya seraya melangkah ke luar kelas dan mebgambil kotak sampah.
"Lidya kenapa belum masuk kelas?" tegur Bu Indah yang sedang berpatroli.
"Itu Devan nyuruh Lidya buang nih sampag" jawab Lidya dengan lugu.
"Devan! " panggil Bu Indah dari depan pintu.
"Eh Iya bu, kenapa?" tanya Devan hati hati.
"Kamu itu laki laki! Kok Lidya yang kamu suruh buang sampah, kamu yang buang sampah!" perintah Bu Indah.
"Tapi bu..." cegah Devan.
"Ga ada tapi tapian, cepetan sekarang ! Kamu masuk ke kelas Lidya" perintah Bu Indah.
Lidya masuk ke kelas dengan senang hati. "Mampus lo" gumamnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...