67

3.1K 198 64
                                    

Keringat mengucur banyak di wajah Lidya, rasanya ia mengalami kegerahan. Rasa panas menghantam tubuhnya, ia berguling ke kanan dan ke kiri. Sebuah mimpi buruk, kegelapan mengakhiri mimpi indahnya. Ia serentak terbangun dari posisinya.

"Ada apa ini?" ia terlihat begitu cemas. Tenggorokannya terasa teramat kering, ia menenggak beberapa tegukan air kosong yang sengaja ia letakkan di nakas.

Ia melirik ke arah jam dinding 21. 20, mimpi di sore hari yang tidak ia mengerti.

Sebuah nama tiba-tiba terlintas di pikirannya, ia kini mencoba menenangkan dirinya. Lelaki itu pasti bisa menenangkannya kini.

Ia berdiri dan melangkah ke arah kamar Zhiro, langkahnya terhenti ketika melihat pintu kamar Zhiro terbuka lebar dengan kondisi yang sedikit berantakan.

"Zhiro? Lo di mana?" panggil Lidya sambil melangkah masuk kamar Zhiro lebih dalam.

Pintu lemari pakaian Zhiro terbuka sedikit. "Gak mungkin ada maling disini, yang jaga di depan aja lebih dari 6 penjaga, mana lagi tubuhnya gede-gede."

Ia mencoba menenangkan dirinya dengan dugaan baik yang terlintas dalam pikirannya. Matanya membulat lebar ketika menemukan sebuah benda yang jarang ia lihat sebelumnya kini sedang berada santai di lantai. Ia segera mendekati benda tersebut dengan hati-hati, sebuah anak panah.

Ia mengambil anak panah tersebut dan memegangi ujung panah, terasa sangat tajam. Ia keluar mengamati sekitarnya dari balkon, terlihat seperti biasa biasa saja. Empat penjaga sedang berpatroli di sekitaran rumah mewah ini.

Ia berbalik arah sambil menimang panah dan tak hentinya berpikir keras. Ia melihat goresan bekas tancapan sesuatu yang tajam di kusen balkon pintu, matanya langsung melihat nakas Zhiro, kunci motor serta jaket The~D tidak ada. Ia langsung berlari kecil ke kamarnya, memakai jaket dan mematahkan anak panah tersebut menjadi dua bagian dan menyelipkan bagian tajamnya di bagian lengan Lidya yang tertutup oleh jaket tebal The~D.

Ia berlari kecil menuruni tangga dengan hati-hati. Lidya dengan balutan jaket hitam The~D yang tebal dan celana Jeans hitamnya kini sedang berniat menemui para penjaga yang tengah berpatroli.

"Pak, kemana Zhiro?" tanya Lidya lekas, mengharapkan kedua penjaga ini menjawab pertanyaannya dengan lekas.

"Kata Zhiro dia bakal keluar sebentar karna ada urusan dan kami ditugaskan khusus untuk jagain kamu," jawab salah satu penjaga itu lekas, ketika mendengar nada Lidya sedikit panik.

"Ke mana?" tanya Lidya lagi mempertegas inti dari pertanyaannya sebelumnya.

"Kami tidak tau Lidya, Zhiro tidak memberitahukan kepada kami." Lidya berdecak kesal ketika mendengar jawaban dari penjaga yang terdengar tidak memuaskan.

"Aku akan pergi!" suara Lidya terdengar dalam. Sebuah emosi mulai menguasai dirinya. Ia telah menggenggam handphonenya di sakunya, dengan tangan kiri yang kaku, tersimpan 10cm tubuh anak panah beserta ujung tajamnya.

"Kamu tidak boleh pergi Lidya!" cegah salah satu penjaga dengan lekas lalu hendak meraih tangan Lidya yang mulai akan menjauh dari mereka, dengan lekas Lidya menjauhkan tangannya dari tangan penjaga tersebut.

Lidya mengeluarkan benda yang tersimpan dalam balutan lengan jaket di tangan kirinya, rasanya ia sangat ingin mengeluarkannya. Ia berhasil. Mata para penjaga tersebut kini melihat tajamnya ujung anak panah yang sekarang diarahkan ke arah nadi Lidya sendiri.

"Mau apa kamu?" tanya serentak penjaga tersebut dengan sangat hati-hati.

"Jangan halangi aku untuk pergi. Aku hanya pergi bertemu The~D, jika kalian ikuti sama saja secara tidak langsung kalian membunuhku!" Lidya mengeluarkan ultimatumnya, ia melangkah pelan ke belakang. Para penjaga hanya mematung menyaksikan kepergiannya, mereka tidak berkutik sama sekali. Lidya merasa aman saat ini, ia segera menyimpan anak panah tersebut berbalik arah berlari keluar gerbang.

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang