15

4.1K 176 1
                                    

Lidya duduk termenung, selama itu hati Devan menjadi gelisah.

"Si Rossa liat dari mana sih kalo gue nganterin Lidya?"

"Tadi si Lidya meringis sakit, apa yang terjadi?"

Segenap pertanyaan muncul begitu saja dari benak Devan. "Lid?" tanya Devan dengan ragu sambil menoleh ke belakang.

Lidya meninggalkan aktivitas termenungnya lalu mengangkat satu alisnya menghadap Devan. "Ada apa?" tanya Lidya heran dengan sikap Devan.

"Lo kenapa?" tanya Devan dengan berat hati, dia tidak pernah sepeduli ini sama temannya.

Lidya hanya memutar bola matanya. "Gue? Gue kenapa?" heran Lidya lalu memeriksa tubuhnya yang mungkin aneh

"Ga ada" jawab Devan lalu berbalik fokus ke papan tulis, hatinya tenang.

"Dasar gaje lo!" kesal Lidya menyipitkan matanya.

Waktu telah menunjukkan pukul 07.30 tetapi Gino dan Alif belum juga datang. "Kemana sih nih 2 orang?" gumam Lidya.

Tidak beberapa lama setelah gumaman Lidya melesat keluar dari mulutnya, dua orang yang telah ia nantikan akhirnya datang. Mereka berdua datang dengan tawa yang melekat mengindahkan guratan wajah mereka.

"Eh nih 2 orang curut datang" sindir Rossa. Langkah Alif tiba tiba terhenti, memutar balikkan langkahnya ke bangku Rossa.

"Lo mau kemana?" tanya Gino heran dengan apa yang akan dilakukan Alif kali ini.

"Lo harusnya konsisten, lo bilang apa tadi? '2 orang curut'. Bahasa lo masih ga bener, lagipun kalo kita curut ya lo pasti tau lo itu siapa" tukas Alif dengan argumennya.

"Maksud lo?" tanya Rossa mendadak kesal.

"Ya kami curut, dan lo itu Curut" jawab Agnes tiba tiba lalu diiringi ledakan tawa siswa kelas.

Rossa kesal dengan kalimat yang dilontarkan Agnes kepadanya. "Diam lo!" kesal Rossa memuncak

"Yah, curutnya marah" ledek Agnes tertawa lepas. Rossa melihat seisi kelas tertawa menatapnya termasuk Lidya yang ia lihat sedang menyunggingkan senyumnya.

"Lo jangan ketawa!" kesal Rossa bertambah saat melihat rivalnya sedang tertawa ke arahnya.

"Selamat datang curut baru" timpal Agnes membuat Rossa duduk lalu menutup wajahnya rapat-rapat. Alif dan Gino berjalan ke tempat duduknya.

"Terima kasih" ujar Alif setengah berbisik ke Agnes. Agnes tersenyum manis.

"Ada apa dengan muka lo, murung gitu? Kek monyet ga dapet pisang" ledek Gino ketika melihat ekspresi Lidya.

"What?? Lo kira gue monyet" amuk Lidya.

"Kan gue tadi bilang Kek" jawab Gino tak mau disalahkan.

"Kalian berdua selalu aja" ujar Alif seraya menggeleng kepalanya lalu meletakkan tasnya ke meja

"Ga usah bahasin gue, gue bukan mangsa buat digibahin!" kesal Lidya sambil mengisyaratkan bahwa pembicaraan kali ini DITUTUP.

Sepanjang pelajaran saat ini hati Devan merasa tidak enak dengan masalah yang kali ini disebabkan oleh dirinya. Dia merasa risau dan gelisah ditambah lagi ketika suara ringisan Lidya mulai menghantui pikirannya. "Gue jadi merasa bersalah"

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang