"Alhamdulillah kelar, gue ga nyangka tuh soal hitung-hitungan mudah banget," ujar Rafa sambil meregangkan tangannya.
"Coba kalo dulu. Hidup mati kita ngerjain soal yang dikasih kepsek," tawa Bobby menggema.
"Dhik. Ngapa lo diem banget?" tanya Azka sambil melemparkan kertas ke wajah Dhika.
"Revi tinggal sama gue lagi Ka," ujar Dhika sambil menuduk lemas. Semua mata mengarah ke arahnya.
"Lah kenapa sedih? Lo harusnya seneng adek lo bisa tinggal lagi sama lo," kilah Azka setelah mendengar pernyataan Dhika.
"Tapi ini beda," sangkal Dhika. Dhika menjadi lebih lemas. Lidya berjalan ke kursi Dhika lalu memegangi pundak yang kini telah melemas.
"Beda apanya Dhik?" tanya Lidya, dia menatap intens laki-laki yang mengalami perubahan 180° setelah insiden air mata di kelas bersama Revi.
"Mama gue ternyata udah nikah sama temen kerjanya di Italia. Revi ga diperduliin sama sekali. Ini bukan tentang gue, tentang Revi. Dia ga bisa ngandalin uang pensiunan nenek gue. Dia banyak disalahkan di keluarga besar gue, perhatian yang dia dapet ga sama lagi kek dulu malah gak ada, dia diperlakuin kek pembantu disana. Gue pengen dia dapet perhatian dari mamanya, dan ternyata mamanya mutusin komunikasi sama dia. Apakah ini nasib gue? Ga bisa dapetin kasih sayang dari seorang ibu," keluh Dhika.
Sedetik, setelah Dhika menceritakan sebenarnya. Semua orang menunduk lemas, beban sama dipikul mereka. Sama-sama berat, diam dan hening.
"Masih ada mama," ujar Farah yang tidak bisa terlihat tubuhnya. Dia berdiri dari sofa, semua tidak menyadarinya.
"Apa mama kurang hadir di hidupmu?" tanya Farah sambil melangkah ke arah meja mereka berenam belas. Dhika tetap menunduk dan diam.
"Dhika, anggep aja mama ini seperti mamamu, mungkin memang perhatian mama kurang untuk kamu. Tapi, jangan bersedih untuk hal ini dan mengubahmu sampe 180° gini. Di mana anak mama yang super aktif?" Farah memegangi bahu Dhika seakan mengambil bebannya. Dhika menarik sudut bibirnya, meregang, ia tersenyum.
"Gini, jangan nangis lagi. Yaudah, kalian udah selesai belajarnya?" tanya Farah sambil memperhatikan mereka satu persatu.
"Udah ma," jawab mereka serentak.
"Malem nanti, Pak Adi yang ga lama ini baru pindah mau ngadain pesta kan? Jadi, persiapkan diri kalian. Mama mau, anak-anak mama dateng ke sana dengan Perfect," ujar Farah dengan semangat.
"Iya Ma, kami pamit pulang dulu ya," ujar Naufal mewakili. Mereka serentak berdiri lalu bersalaman dengan Farah dan meninggalkan rumah megah kediaman keluarga Groye.
"Zhiro sama Lidya ikut mama sekarang."
***
"Ma, kita ngapain ke sini?" tanya Lidya setibanya mereka berada di pusat perbelanjaan.
"Belanja buat kita," jawab Farah sambil tetap memperhatikan kios-kios.
"Kita?" Lidya mencoba mengerti makna 'Kita'.
"Ya gue, lo, mama sama papa," jawab Zhiro lalu menggamit lengan Lidya yang tertinggal di belakangnya. Farah memimpin dengan leluasa, ia melirik sebuah tempat perawatan lalu berbalik menjujunya.
"Spa?" Lidya heran dengan sebuah tempat perawatan. Terlihat begitu besar dan luas.
"Iyap. Pasti mama bakal buat lo jadi bidadari." Zhiro tersenyum sumringah, Lidya bergumam aneh. Hampir tidak bisa terdengar oleh Zhiro.
Selama perawatan Lidya lebih memilih bersama Farah, mondar-mandir. Zhiro yang menunggu mereka setengah bosan mengecek instagramnya. Ia bosan, ada saja yang sok kenal dengannya. 1 jam bukanlah sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...