Lidya mengerjapkan matanya, membukanya secara perlahan. Ia membulatkan matanya melihat beberapa sosok di hadapannya.
"Aa.. Monster!! Kalian siapa? Makhluk dari mana kalian?! Zhiro!! Makhluknya jelek bangett" teriak Lidya histeris lalu menarik selimutnya hingga mendekati kepalanya yang tengah berbaring.
"Heh! Gue ganteng gini dibilang monster! Buka dikit mata lo, orang aja bilang gue gantengnya ga ketolongan," kesal Farhan sambil memukul gulungan kertas ke kepala Lidya. Zhiro tertawa kecil.
"Zhir jangan ketawa mulu, liat nih monster semakin merajalela pake acara mukul kepala gue! Zhir lo harus hentiin nih monster entar dia bakal ngehancurin hati para perempuan! Dan dia patut dimusnahkan Zhir sebelum terlambat!" ujar Lidya ngawur, Farhan menatapnya asal lalu menutup wajahnya dengan buku.
"Udah monster, enyah lo!" Dhika menutup wajah Farhan dengan selimut yang ia genggam. "Udah hilang."
Lidya menutup mulutnya, tertawa kecil. "Kalian ngapain di kamar gue? Ada pemindahan markas dari kafe ke kamar gue?"
Lidya melirik ke arah mereka, berempat belas datang dengan baju tidur yang masih melekat di tubuh kekar mereka. Lidya melirik ke arah jam dinding, jam sebelas malam.
"Kami panik, Zhiro bilang lo jatuh dari tangga," ujar Al dengan memeluk bantal sofa.
"Gak jatuh kok. Cuma kepleset," sangkal Lidya lekas.
"Sama aja," ujar mereka bersamaan. Mereka serentak memasang wajah datar dan Lidya terkekeh tidak berdosa.
"Untung aja kaki lo cuma keseleo, kalo ga tulang kaki orang yang pernah matahin tulang hasta bakal patah," ujar Farhan membuka buku dan selimut Dhika dari wajahnya.
"Lo berharap kaki gue patah?" heran Lidya. Farhan berdiri lalu menggeleng.
"Lo mau kaki lo cepet sembuh?" tanya Farhan sambil menggulung bukunya.
"Gimana?" heran Lidya dan lainnya.
"Gini." Farhan langsung mengarahkan tepat gulungan buku tersebut ke pergelangan kaki yang tercetak di bawah selimut.
"Farhan! Sakit elah! Dasar monster jadi-jadian!!" amuk Lidya.
"Lo enyah gak dari gue, atau gue semprotin pake baygon?!" kesal Lidya dengan menatap Farhan tajam.
Farhan mengerenyitkan dahinya. "Lo kira gue apa? Nyamuk?"
"Kagak! Monster kecoa! Kalian liat tuh Farhan nyebelin, coba aja kalo kaki gue gak sakit gue bejek-bejek lo," gerutu Lidya tak henti.
"Ayo! lo makanya cepet sembuh, lo kan mau duel sama orang gans kek gue yang gak ketolongan kan? Mau dimana lo? Bakal gue ladeni. Kita sepatahan tulang," balas Farhan dengan bangga. Sebuah bantal terlempar ke arahnya.
"Diem gak lo! Ato gak gue yang bakal ngehajar lo disini!" kesal Al lalu berdiri menunjukkan pukulan tangannya.
"Gue canda aja Al, sensitif amat lo sama kek Pandu. PMS lo? Bilang sama gue, entar gue beliin lo tuh jamu apaan namanya, kiranti kan? Gue cuma pengen buat Lidya termotivasi biar cepet sembuh, gimana pun gue juga sayang sama nih tukang patah tulang," jelas Farhan dengan wajah memelas.
"Aaa.. Gue terharu. Nih monster kecoa sayang sama gue," kekeh Lidya.
"Berhenti gak buat bilang gue dengan sebutan monster kecoa? Kesel gue dengernya, gans gini dibilang mirip kecoa, bukan kecoa nya sampe monster nya gitu. Kejem lo." Farhan duduk santai di lantai tanpa alas apapun.
"Kalian pulang gih, udah malem. Hampir jam 12, besok kalian mesti sekolah," ujar Lidya kembali melihat jam setelah terjebak kebisuan beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...