20 Bulan kemudian...
Lidya masih bolak-balik di Bandara, ia mencemaskan kepergian ketujuh temannya.
"Udah Lid, ga usah kek setrikaan gitu. Pusing gue liat muter-muter kek Ga ada kerjaan banget," protes Bobby yang melihat Lidya melangkah gelisah.
"Ya gimana gue ga gelisa Bob. Mereka langsung kompak pergi ninggalin kota ini bertujuh! Tapi ga ngasih tau gue mereka mau kemana? Trus kata mereka, mereka ga satu wilayah lagi." Lidya menatap intens mereka satu persatu, orang yang tengah duduk santai menunggu jadwal keberangkatan mereka.
"Ya entar Lid pokoknya kalo gue udah nyampe, gue bakal kasih tau lo kalo gue itu dimana," bujuk El atas kegelisahan Lidya.
"Alah gue ga percaya omongan kek gitu, entar cuma janji dan janji. Gue entar pulang sama siapa? Ih kok gue uring-uringan kek gini. Zhiro juga ga ada alesan logis banget, kenapa dia ga ikut nganter trus cuma nganterin gue ke Bandara terus dia langsung pergi." Lidya semakin uring-uringan lalu duduk di samping Cakra. Cakra hanya terkekeh menatapnya.
"Lo itu kenapa sih? Lo takut kehilangan kami? Dengerin kata gue, lo ga bakal kehilangan. Karena apa? Karena di hati kita semua ada ikatan apalagi lo udah bantu kita buat sesukses ini. Intinya, Lo jangan pikirin kami. Lo harus pikirin aja tuh kuliah lo jurusan sastra inggris itu," saran Cakra dengan lembut.
"Gue yakin banget Zhiro udah cukup buat lo. Harus kami akuin, Zhiro memperlakukan lo sebagai orang yang istimewa bagi dia dan ga mungkin dia nyakitin lo. Dia yang paling hebat ngejaga lo di antara kami berlima belas." Farhan mendekati Lidya yang duduk dengan memijit kepalanya.
"Gue mau ngomong sesuatu. Lid, makasih banget atas jasa lo. Kalo lo ga ada mungkin kami sekarang ga ada apa-apanya, kami makasih banyak. Perjuangan lo sama Bu Kiky ngajarin kami ga pernah kami lupain, lo tau Lid? Gue mulai ngerasa kalo hembusan nafas kalian juga nafas gue. Kita menyatu, gue ulangi kita berenam belas menyatu. Lo juga udah bantu kita naikin rangking kelas langsung ke A, lo tau itu hebat banget! Menanjak langsung ke A sampe buat Nana iri sama kita, gue terharu banget." Lidya sedikit tersenyum mendengar pengucapan Farhan namun air matanya menetes dan mengalir.
Farhan langsung menarik Lidya ke dalam pelukannya, mendekap gadis itu hingga isak Lidya terdengar.
"Semuanya karena kerja sama kalian, kalo kalian gak sekuat ini kerja sama dengan gue, gue ga ada apa-apanya. Gue udah ngebayangin hari-hari tanpa kalian bakal sepi, hampa ditambah pusing dengan tugas kampus yang senantiasa mendemo otak gue," ujar Lidya dalam isaknya.
"Sepi kenapa? disini masih ada Pandu dan yang lain, lo ga bakal ngerasa sepi. Gue kasih tau ke lo, gue ngurusin perusahaan ke Finlandia kalo lo kesana lo cari aja Muhana's Group dan lo bakal nemuin gue. Lid, dengerin gue. Kalo seandainya bunda ngasih gue pilihan antara ngurus perusahaan di Finlandia dan disini, gue lebih milih disini sebab gue pengen punya waktu sama lo untuk nemenin lo. Lo itu penting bagi gue, karena lo itu serasa adik gue sendiri, adik gue satu-satunya dan orang terpenting setelah Bunda. Kalo gue dikasih pilihan itu gue bakal pulang bareng lo sekarang, tapi gue ga bisa. Jangan nangis lagi, karena gue gak mau liat lo begini dan jangan nyiksa kakak lo kayak gini gue ga sanggup." setelah mendengar perkataan Farhan yang panjang lebar, Lidya mencoba memberentikan isak tangisnya. Farhan mengelap air matanya sambil tersenyum.
"Jangan nangis lagi." Farhan mengusap puncak kepalanya, Lidya menundukkan kepalanya.
"Maaf."
Sebuah foto mengakhiri kisah mereka di bandara, foto kenangan yang tidak Lidya ingin untuk menjadi kenangan, ia yakin ini bukanlah perpisahan tapi ini adalah perjuangan untuk hidup yang lebih baik.
Setelah diantar oleh Kevin Lidya memasuki rumah dengan sendu, ia terkejut ketika melihat kondisi rumah yang sangat berantakan.
Bu Marni tengah membereskan pecahan keramik yang berserakan di lantai. Ia menoleh ke arah Lidya lalu langsung berdiri tergagap. "Zhiro..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...