50

3.5K 200 18
                                    

Lidya menatap intens pemilik suara yang baru saja mengungkapkan kalimat pembuka dari penjelasannya, seorang lelaki yang berada di belakangnya, Karisma Farhan Muhana.

"Dia yang memulai. Gue tau dan kenal lo dari SMP, lo sangat tidak membela temen-temen lo. Tapi temen yang lo bela malah ngekhianatin lo," ujar Farhan menggantung. Lidya menaikkan satu alisnya, tatapannya semakin tajam. Emosi menanjak lekas dalam dirinya namun ia berusaha tetap sabar.

"Siapa?"

"Gino, Gino Winara." tunjuk Farhan kepada lelaki yang masih saja duduk memegangi wajahnya yang lebam.

"Bagaimana bisa?" tanya Alif akhirnya angkat bicara. Ia memasuki kawasan bahaya kali ini. Agnes menyusuri jalan yang telah dibuat Alif sebelumnya, melangkah di belakangnya.

"Dia yang keceplos ngasih tau ke gue, dengan liciknya nih pengkhianat ngorbanin sahabatnya sendiri. Bangsat!" ketus Farhan sambil menghapus butir keringat di wajahnya.

"Benarkah?" kaget Lidya dengan penjelasan Farhan. Ia kini menatap Gino yang sedang berusaha berdiri.

"Kalo iya kenapa? Gue butuh uang, sedikit kelicikan bisa bantu gue. Lo inget kita diminta punya laptop? Lo pikir aja dimana gue dapetin uang buat beli tuh laptop padahal gue belum punya penghasilan? Sedikit kerja sama ditambah kelicikan gue, gue dapet tuh uang. Berteman dengan lo gak ada untungnya buat gue," jawab Gino dengan sinis.

Mata Lidya terasa teramat panas, ingin rasanya dia menangis. Namun, kini air matanya terasa sangat mahal untuk menangisi seorang pengkhianat.

"Tega lo!" Alif memukul wajah Gino tanpa ampun. Wajahnya teramat merah, amarah melanda dirinya. Gino memegangi wajahnya, terasa sangat sakit. Luka lama ditambah oleh luka baru.

"Gak tau terima kasih lo! Siapa yang nemenin lo terus bela lo dari kecil? Kalo gak Lidya siapa lagi. Siapa yang nyuruh lo?!" Alif teramat murka, begitupun Agnes.

Zhiro, ia sedang mengepalkan tangannya teramat kuat. Tangannya terasa sangat ringan jika melayang ke wajah orang yang mengkhianati Lidya. Namun, Cakra langsung berbisik padanya. "Biarin Lidya yang nyelesain masalahnya sendiri."

"Bawa mereka balik ke Villa, Rev!" Lidya memberikan aba-aba kepada Revi untuk pergi dan segera mengobati luka sahabatnya.

"Gue yang kerja sama dengan Gino, dia adalah rekan kerja yang baik." Seorang wanita dengan ketiga temannya melangkah mendekati Gino, tepat berada di sampingnya. Wanita itu adalah Rossa, Rossa Alya Tiffany.

Kenyataan pahit menghujam hati Lidya kini. Hati kecilnya terluka, ingin saja dia meringis lalu menangis. Namun itu tak ingin dia lakukan.

"Untuk apa temenan sama kalian bertiga? Ga dapet hasil apa-apa. Emangnya dengan setia kawan lo bakal dapet uang untuk menuhin kebutuhan lo? Kagak. Lebih baik gue khianatin kalian dan bergabung dengan Rossa dan teman-temannya."

Alif tambah murka setelah mendengar penjelasan Gino, ia malu untuk mengakui jika Gino pernah menjadi temannya. Rasanya sungguh berbeda, ketika melihat orang yang kita jaga menjadi serakah terhadap harta.

"Lo belum puas pukul gue? Pukul LIF! Pukul gue! Gue juga gak mau diakuin jadi temen lo lagi oleh lo," ujar Gino lebih menantang. Lidya mengangkat satu alisnya, ada yang tiba-tiba masuk ke dalam pikirannya.

"Gue ngakuin lo lagi jadi temen gue? Najis!" Agnes menahan pukulan Gino, kondisi Alif tidak baik. Wajahnya terlalu memerah, amarahnya terlalu bergejolak tanpa batas.

Lidya bertepuk tangan singkat lalu tersenyum ke arah mereka. Rossa mengatakan, "ada apa lo senyum gitu?"

"Gue senyum? Gue mau bilang makasih sama lo. Makasih buat lo karena lo udah ngorbanin waktu-waktu lo buat ngejalanin rencana murahan dan gak jelas ini. Gue juga makasih dengan lo karena lo, gue bisa tau sifat asli temen-temen gue. Lo hebat sebagai bidak catur, lo yang mainin tapi gue yang dapet manfaat," kekeh Lidya pelan.

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang