"Eh lo ya si maling itu?" ujar seorang lelaki yang sedang berdiri dan menyandarkan tubuhnya sembarangan pada dinding kelas yang berada hampir di dekat kantin.
Lidya tetap menunduk berusaha menghiraukan pengujaran lelaki tersebut. Pada seragamnya tercantum lambang X, menandakan jika dia masih kelas 10.
Lidya melirik Zhiro yang tepat berada di belakangnya, lelaki berwajah tampan itu hendak mengikat tali sepatunya yang sedari tadi terlepas. Sebuah isyarat keluar dari mata Lidya, 'harus apa aku?'. Mata Lidya dan Zhiro bertemu, wajah dan tatapannya tenang.
Iris mata Zhiro bergerak melirik ke arah atas diiringi senyum singkatnya. Lidya berusaha memahami gerakan iris mata Zhiro yang diyakininya sebagai isyarat, 'Jangan hiraukan'. Akhirnya Lidya mengerti.
Lidya melangkah lurus hampir melewati lelaki tersebut dengan tatapan menunduk.
"Udahlah kak Zhiro, kenapa mau temenan sama nih maling? Baru masuk kan kemarin? Lo belum tau gimana nih aslinya. Mana lagi pernah maling juga, banyak kok temen disini yang lebih 'Pantes' buat temenan sama lo!" Lelaki itu berhasil meretakkan hati Lidya.
Lidya berusaha menguatkan dirinya sendiri agar dia tidak menangis. Dia tidak ingin terlihat lemah lalu menangis di depan mereka. Lagipula, dia semakin sadar jika sahabat-sahabat barunya telah menunggunya di kantin. Ada yang paling penting, Zhiro bersamanya saat ini. Mungkin, tak ada yang begitu harus dicemaskan.
Sikap Zhiro masih tetap tenang, melirik sekilas ke arah lelaki tersebut. Lalu menatap punggung Lidya yang berada di depan matanya.
"Lo harus mikirin dan pertimbangin baik-baik ucapan gue barusan. Jangan di akhir lo nyesel karena udah temenan sama nih maling. Entar harta lo terkuras karena dicuri oleh dia. Gue cuma ngingetin lo karena gue adek tingkat serta temen yang baik buat lo," ujarnya dengan berbangga. Lidya berdiam mendengar penuturan lelaki tersebut. Hatinya sungguh terluka.
"Emang gue udah nyesel sekarang," jawab Zhiro menggantung. Lidya ternganga hebat mendengar penuturan Zhiro, sahabat yang ada bersamanya saat ini. Lidya membalikkan tubuhnya berusaha mengerti apa yang sedang dibicarakan Zhiro saat ini.
"Baguslah, kalo lo sadar dan nyesel sekarang," tukas lelaki tersebut menyeringai.
"Gue nyesel udah temenan sama lo." Zhiro langsung memukul wajah lelaki itu hingga lelaki tersebut tersungkur. Lidya terperanga dengan adegan kekerasan yang dia lihat secara langsung. Zhiro memukulnya tanpa ragu-ragu. Tanpa berpikir panjang lalu mengepalkan tangan dan lolos terbentur di kulit wajahnya. Lidya melirik ke arah wajah lelaki tersebut cairan merah keluar dari bibirnya.
"Lo berani mukul gue?" tantang lelaki tersebut dengan penuh amarah terlihat di matanya.
"Lo berani ikut campur hidup gue? Mana yang lebih menantang. Harusnya lo udah tau dengan siapa orang yang lo tantang," tantang Zhiro balik. Memang benar, yang dibicarakan oleh anggota yang lain. Zhiro sangat setiakawan.
Lidya langsung menarik lengan Zhiro yang semakin keras karena telapak tangannya telah terkepal mengumpul setiap tenaganya berada di titik tangan kanannya.
"Gue tunggu lo di ruang BP! Gue pastiin lo nyesel!" ancam lelaki itu lalu berdiri menguatkan kakinya pergi dari hadapan Zhiro.
"Udah Zhiro," ujar Lidya mencoba menenangkan Zhiro dari amarahnya.
"Gimana bisa udah? Dia udah ngehina lo kek gitu. Gue janji sama lo Lid, gue bakal buat lo senyum dan gue juga janji ga bakal gue biarin lo nangis. Tuh anak kata-katanya udah nyakitin lo, gue tau itu," ujar Zhiro dengan tetap menatap punggung lelaki yang telah ia pukul.
"Udah gue gak apa-apa. Kenapa juga lo mau sampe gini ngebelain gue? Gue juga yang kena hina," ujar Lidya yang semakin heran. Dia takut Zhiro terkena kasus lain karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Teen FictionHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...