"Eh ka, kapan nih ikan mau makan umpan gue? Gue aja ga sabar buat makan ikan bakar," keluh Bobby setelah duduk 10 menit di pinggir kolam. Asisten Azka geleng kepala ketika melihat tingkah Bobby yang tak henti-hentinya mengeluh.
"Tunggu elah Bob. Sabar dikit kan bisa? Tuh ikannya pada takut liat lo," ledek Farhan sambil tertawa kecil.
"Eh ikan. Lo mau makan umpan gue atau gue harus pake jurus lempar jala gue?" ancam Bobby dengan nada menyeramkan. Cakra bergidik ngeri melihat tingkah Bobby.
"Udah mirip Kevin lo Bob. Pake acara ngomong sama ikan lagi. Waras?" tanya Cakra heran.
"Kagak. Gue udah tergila-gila tuh sama ikan yang paling gede. Siapapun yang dapet ikan itu kasih ke gue," perintah Bobby.
"Yes, Farhan udah punya temen yang notebenenya sama-sama gila," ledek Dhika mengambil kesempatan.
"Serah lo Dhik, serah," ujar Farhan menyerah.
"Atau gue nyemplung aja masuk ke dalam tuh kolam terus nangkep ikan inceran gue?" usul Bobby.
"Et jangan elah Bob," cegah Lidya lekas.
"Napa Lid ?" heran Bobby bertanya-tanya.
"Liat tuh kolam udah mulai sempit karena banyaknya ikan, entar kalo lo masuk nambah kekurangan O2 tuh ikan. Entar lo bakal tanggung jawab kalo tuh semua ikan mati," ujar Lidya dengan argumen yang membuat lainnya menahan tawa. Ada unsur lucu terselip dalam argumen Lidya kali ini.
"Mau lo tetep masuk ke sana, pasti tuh ikan bakal ngehindar dari lo terus shock akhirnya mati. Abisnya yang baru gabung dengan mereka, mereka sangka termasuk golongan buaya blasteran kuda nil," ledek Al menimpali ucapan Lidya. Mau tidak mau Bobby tertawa atas penghinaan pada dirinya sendiri.
"Eh gini aja, biar asisten gue yang nangkep. Kita balik ke villa buat istirahat dulu," saran Azka. Mereka mempertimbangkannya lalu mengangguk setuju.
"Ide yang bagus tuh. Mana asisten lo?" tanya Bobby sambil mencari asisten yang dimaksud oleh Azka.
"Wawann!" panggil Azka. Lelaki dengan kisaran usia yang sama seperti mereka berlari kecil menghampiri Azka.
"Ada apa ka?" tanya asisten Azka yang bernama Wawan.
"Tolong tangkepin tujuh belas ikan tapi jangan langsung dimasak, masukin dulu ke ember biar kami bakar. Dan tolong persiapkan bumbunya ya," pinta Azka dengan suara yang ramah.
"Baiklah." Wawan mendengarkan perintah untuknya dengan baik agar tidak melakukan kesalahan.
"Eh, wan. Inget ya tuh ikan yang paling besar harus lo dapetin, awas aja kalo kagak," pinta Bobby dengan nada penuh ancaman. Wawan menjadi was-was dan merasa takut, ia mengangguk ragu.
"Bagus kalo gitu. Sebelumnya makasih." Azka dan yang lainnya meninggalkan Wawan yang tengah memperhatikan ikan-ikan yang akan ia tangkap.
***
Pintu kamar Lidya diketuk dengan pelan, ada seseorang dibalik pintu tersebut. Lidya baru saja duduk setelah menyelesaikan rutinitas mandinya, ia menoleh sebentar ke arah pintu.
"Siapa?"
"Zhiro." Suara Zhiro lebih pelan dari biasanya, rasa khawatir menyelimuti perasaan Lidya saat ini.
"Bentar Zhir." Lidya langsung berdiri dan melangkah dengan cepat guna membukakan pintu untuk saudara angkatnya, Zhiro.
Wajah dan bibir nya sedikir pucat, dahinya dihiasi oleh keringat yang mengalir deras. "Lo kenapa?"
Lidya langsung meletakkan punggung tangannya di dahi Zhiro, berusaha mengukur suhu tubuh dengan alat sederhana, sedikit demam. Lidya menarik lengan Zhiro, masuk ke dalam kamarnya. Ia menuntunnya ke sofa yang berada di dekat pintu kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Novela JuvenilHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...