64

3.1K 192 25
                                    

"Pelakunya adalah..."

Tiba-tiba handphone Caca langsung berdering, ia memutuskan pemberian Informasinya yang masih saja menggantung. The~D berdecak kesal.

"Bentar gue angkat dulu, ini pasti penting," ujar Caca sedikit berusaha menenangkan rasa kesal mereka.

Ia mulai meletakkan handphone di telinganya. "Halo.."

"Lo serius?" Caca berdiri lalu melihat ke arah sekitar, ia mengangguk ketika melihat ke sebuah arah.

"Ya, gue tau. Thanks." Caca langsung menutup handphonenya dan duduk di posisinya semula.

"Ada apa?" tanya Al setengah berbisik.

"Ada yang nyoba dengerin pembicaraan kita. Mereka banyak, temen gue masih ragu tapi perasaan dia ga pernah gue raguin. Entar gue kasih tau lewat chat gue ke Lidya, terlalu berbahaya buat gue," jelas Caca pelan. Garis khawatir tergores di wajahnya.

"Mana orangnya?" tanya Kevin penasaran. Caca melihat ke arah sekitarnya lagi.

"Mereka siswa disini, pelaku kali ini termasuk berbahaya. Ia datang dari luar kota, pasukan dia disini banyak. Ia juga punya kekuasaan dan harta yang berlimpah, ia bisa buat seseorang jadi boneka dia," jelas Caca tanpa menyebutkan nama yang sedari tadi ia bicarakan.

Sebuah batu kecil dilapisi kertas masuk tanpa diundang ke dalam kelas. Batu tersebut sengaja dilemparkan seseorang dari luar, namun mereka tidak sempat melihat wujud pelempar batu tersebut. Batu itu mendarat di tengah-tengah mereka.

"Apa ini? Coba gue buka," ujar Rafa sambil membuka gumpalan kertas tersebut dengan perlahan dan hati-hati.

Hanya sebuah batu kerikil yang digumpali kertas. Namun mata Rafa terfokus pada tulisan yang terukir pada kertas tersebut. "Ada tulisan."

'Kalo lo mau tau siapa gue, gue saranin lo dateng ke lapangan tempat lo sama Nana ketemuan. Gue bakal tunggu lo sampe jam lima sore ini. Disana lo bakal dapet sama jawabannya. Dan, ajak LF bersama kalian!'

Sebuah pesan singkat dari si pelempar batu. Caca berdecak kesal, "bener aja kan, mereka ngupingin pembicaraan kita."

"Bentar, tapi siapa LF?" heran Rafa sama halnya dengan yang lain.

"Gue kagak tau siapa LF yang dimaksud oleh dia," lirih Caca. Wajahnya memperlihatkan sebuah ekspresi jika dia sedang berpikir keras.

"Kalian mau dateng?" tanya Caca menyelidik.

"Tentu," jawab Bobby mantap. "Gue gak mau tuh orang ganggu ketenangan kita, walau hanya satu dari kami."

"Oke, entar gue dan yang lain bakal nemenin kalian," timpal Caca dengan senyumnya.

"Tunggu.. Kenapa lo jadi baik sama kita? Ato jangan-jangan lo cuma narok siasat disini dan akhirnya ngehancurin kita perlahan," curiga Cakra. Mereka menatap Cakra lalu menatap ke arah Caca, seakan meminta penjelasan yang sebenarnya.

"Oh ayolah, gue kemaren dibayar oleh Nana sama Haidir. Mulanya gue kagak tau kalo Lidya yang mereka maksud itu temen kecil gue, lagian Lidya itu penting bagi gue. Udah gue anggep kek keluarga sendiri, jadi buang anggepan kalian kalo gue bakal ngelakuin hal buruk ke Lidya," kesal Caca sambil menatap Lidya, meminta Lidya memberikan penjelasan lebih ke yang lainnya.

"Iya tenang aja, dia udah jinak. Kalo dia macem-macem, gue siap matahin hastanya," kekeh Lidya diiringi yang lain sehingga Caca lebih memilih memasang ekspresi datar di wajah cantiknya.

"Jam berapa kalian ke sana?" tanya Caca lagi.

"Pulang sekolah," jawab Adit lekas.

"Gak bisa," cegah Zhiro cepat.

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang