10

4.9K 191 0
                                    

"Alif, tungguin gue!" teriak Gino dengan setengah berlari menuju Lidya.

Alif hanya menoleh sebentar lalu kembali fokus ke depan. Gino datang dengan terengah engah mensejajarkan langkah kaki mereka berempat.

"Jahil banget kaki Lo, Lidya. " gerutu Gino menatap kesal ke arah Lidya.

"Kenapa? Yang jahil gue, yang sewot lo" jawab Lidya dengan nada cuek

"Sepatu gue yang Lo tendang" kesal Gino meningkat.

"Sepatu lo aja ga sewot" jawab Lidya lagi seraya membuka lembaran Novel.

"Sepatu benda mati Lidya," geram Gino.

"Nah, yang mati aja ga sewot. Lo yang hidup malah sewot" jawab Lidya dengan mata yang terfokus kepada Novel Cinta.

"No, diem" intruksi Alif karena mengetahui jika perdebatan ini tidak akan selesai jika tidak ada yang mau mengalah.

Gino lebih memilih diam kali ini, memandang Lidya dengan kesal. Lidya sesekali melirik ke arah Gino lalu tertawa kecil.

"Tawa lo" sindir Gino melihat Lidya yang tertawa.

"Gue yang ketawa lo yang sewot, mau gue ajarin ketawa?" tanya Lidya seraya menaikkan satu alisnya dan akhirnya tersenyum sinis.

"Udahlah mulai gila gue di tengah kalian" geram Devan mulai angkat bicara.

Gino dan Lidya akhirnya melirik serentak ke arah Devan lalu tertawa kecil.

"Alif..?" panggil seorang wanita di belakang langkah mereka berempat. Sontak mereka menoleh serentak ke arah sumber suara itu, seorang guru Sejarah yang sedang memanggil Alif, Bu Rita.

"Iya Bu? Ada apa?" tanya Alif melangkah balik menyalami Bu Rita yang kemudian disusul oleh ketiga temannya.

"Sudah bel istirahat, ada pelajaran ibu di kelas kalian kan?" tanya Bu Rita ramah.

Alif mengangguk pelan. "Iya bu, ada 2 jam"

"Tolong Ibu sebentar ya, tolong bawakan Proyektor ke kelas kalian. Proyektornya ada di bawah meja Ibu" perintah Bu Rita.

"Baik bu" jawab Alif. Alif masuk mengambil proyektor yang telah disediakan Bu Rita.

"Kamu juga Gino, tolong ibu juga" Ibu tersenyum ramah

"Tolong apa bu? Gino selalu siap menolong Ibu" jawab Gino berlebihan.

"Tolongin Ibu ambil makanan ibu di kantin ya, ibu tadi udah mesennya, tapi ibu Mageran buat ke sana" lirih Bu Rita

"Baik bu" ujar Gino lalu hormat balik kanan ke arah kantin.

"Ada ada saja tuh anak, kalian berdua silahkan masuk ke kelas" ujar Bu Rita lalu meninggalkan Devan dan Lidya berdua.

"Ayo kita ke kelas" ajak Devan.

"Kalo mau ke kelas, pergi aja sana ga usah ngajak ngajak gue" sinis Lidya

"Kalo gue mau ngajak lo ada masalah?" tanya Devan menyunggingkan senyumnya.

"Gue ga mau" jawab Lidya menatap Devan dengan sinis.

"Terserah lo mau apa enggak" respon Devan dengan nada datar, lalu menarik tangan Lidya mengarah ke arah kelas.

"Jangan tarik tarik tangan gue! Alergi gue dengan lo" kesal Lidya

"Biarin, biar tangan lo gatel gatel terus ada merahnya gue ga peduli" jawab Devan datar.

"Awas aja lo Devan!" kekesalan Lidya mulai memuncak.

"Terserah! Gue ga peduli!!" jawab Devan tegas. Lidya hanya menyipitkan matanya lalu berusaha untuk mensejajarkan langkah kakinya dengan lelaki yang sedang menarik tangannya ini, Rayn Devanartha.

***

Semua sorot mata melihat ke arah Devan yang sedang menarik tangan Lidya. Terutama Rossa, air mukanya telah sedikit demi sedikit berubah.

Devan telah sampai di samping tempat duduknya. "Duduk sana" perintah Devan melirik ke arah Lidya

"Iya gue mau duduk, lepasin tangan lo" jawab Lidya seraya sedikit meronta agar tangannya lepas dari genggaman lelaki yang sangat menyebalkan.

Devan teringat jika dia masih menggenggam tangan Lidya dengan erat, dia melepas genggaman tangannya.

"Nah gitu coba dari tadi"gerutu Lidya seraya meletakkan Novel yang ia pegang di tangan kirinya lalu mengusap tangannya sendiri. "Liat nih banyak Virus di tangan gue".

"Yaudah duduk sana" perintah Devan lagi.

"Lo tuh mau jadi apa sih? Suka banget merintah orang" gerutu Lidya lalu duduk di kursinya seraya tetap menatap sinis ke arah Devan.

"Bukan urusan Lo. Jangan ganggu gue, gue mau belajar" perintah Devan menoleh sebentar ke arah Lidya.

"Kan, lo merintah gue lagi. Siapa juga yang mau ganggu lo? Kek gue ga ada kerjaan lain" jawab Lidya cuek lalu memfokuskan matanya ke arah isi Novel itu.

Devan hanya terdiam seketika, lalu membuka tasnya mengeluarkan buku dengan sampul yang berisi Sejarah. Ia membaca isi buku itu lembar demi lembar.

"Lid?" Devan menoleh melihat teman barunya sedang membaca Novel yang tadi dia pinjam.

"Apa sih tukang perintah? Lo ga mau diganggu, tapi lo sendiri yang ganggu ketenangan gue buat baca nih Novel" gerutu Lidya dengan menatap Devan sinis.

"Gak apa apa,  ngetes telinga lo aja kirain dah ga berfungsi" jawab Devan seraya pura pura tidak merasa bersalah lalu kembali menatap buku sejarahnya.

"Dasar cowok pemalas!!"

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang