66

2.8K 181 24
                                    

"Sekarang lo jelasin, ada apa di balik semua ini? Siapa lo, lelaki itu, dan LF?" tanya Revi memperjelas ucapan Lidya sebelumnya.

Caca hanya menundukkan kepalanya, lalu mengais-ngais pasir yang berada di dekat sepatunya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi mulutnya malah semakin membungkam.

Al mengeratkan genggaman tangannya, mengencangkan urat-urat tangannya. Gertakan gigi-giginya terdengar, menunjukkan jika dia berada di atas puncak amarah. "Katakan Ca!!"

Bentakan tersebut teramat mengagetkan Caca, ia mengurungkan niatnya untuk tetap bungkam. "Oke, gue bakal jelasin.."

Semua menatap ke arah Caca, termasuk teman-temannya yang datang bersama Caca. Ia memberanikan diri untuk mengangkat wajahnya lebih tegap.

"Gue ada hubungan sama dia Robert, itupun lama sebelum kejadian ini! Tentang Lo dan LF gue kagak tau apa-apa, gue cuma tau misi dia ngebantai para LF dan gue ga tau kalo lo termasuk dari LF yang dia maksud —"

"Ada apa antara lo dan dia?" tanya Lidya langsung memotong penjelasan Caca.

"Kalian harus pergi. Ini privasi gue dengan mereka," ujar Caca dingin kepada teman-temannya. Mereka serentak mengangguk, lalu kembali ke kendaraan mereka masing-masing.

"Lo inget kenapa gue pindah kota dulu? Orang tua gue kejebak perjanjian dengan orang tua robert. Mereka licik! Mengambil surat kuasa perusahaan Ayah dengan diam-diam, dan membuat kami tidak boleh membantahnya. Dia, Robert Aryan Fugro dan ayahnya Alexa Fugro adalah orang paling licik yang pernah gue kenal. Semasa gue dan keluarga gue di luar kota, gue dipaksa buat jadi kekasih tuh lelaki Brengsek! Dan kami dijodohkan! Memang, orang licik harus dilawan dengan kelicikan. Dengan rayuan, gue berhasil tinggal di rumah keluarga Fugro, saat itu juga gue ngambil surat kuasa atas perusahaan Ayah. Dan kami berhasil keluar dari jeratan mereka dan kembali ke kota ini," jelas Caca berusaha agar Lidya mengerti dirinya.

Lidya sedikit mencerna apa yang telah dikatakan Caca. Ia menutup matanya, membuang nafasnya dengan keras. Bagaimana pun ia tidak bisa menyalahkan Caca. Ancaman suara Robert masih terngiang di pikirannya, detakan jantungnya berdetak dengan cepat seolah ia tak punya banyak waktu untuk berdetak.

Caca merasakan jika penjelasannya kurang menguatkannya. "Gue sempet denger tentang LF, gue inget dia punya ambisi untuk ngabisin LF yang dia maksud."

Lagi-lagi, Lidya menghembuskan nafasnya keras, seakan-akan ia sedang menghempaskan semua masalahnya keluar dari dalam dirinya. Pemikiran baru terlintas di pandangan gelap, suara Robert tergantikan dengan bisik kecil suara Zhiro yang berada di sampingnya, untuk segera mengontrol dirinya. Lidya mencoba menerka ekspresi lelaki itu saat ini, terdengar dari nadanya sedikit lebih mematikan. Lelaki itu harus segera ditenangkan.

Lidya segera membuka matanya, melirik sekilas ke arah mata lelaki yang berada di sampingnya dan ternyata dugaannya benar. "Kita harus segera pulang, jangan lupa kita masih harus mengharumkan nama SMA Artik di mata siswa SMA Bakti Nusa. Lupakan semua ini, dan persiapkan segalanya."

"Lid, lo ga marah kan sama gue?" tanya Caca sedikit lebih hati-hati.

Lidya tersenyum singkat, lalu menggeleng. "Lo ga ada hubungannya dengan ini, ada baiknya lo entar ikut kami latihan bareng buat event di Bakti Nusa."

"Kita pulang!"  komando Zhiro seketika lalu menukarkan kunci mobil dengan Cakra. Semuanya mengangguk tersentak, lalu membalik arah ke kendaraan mereka masing-masing. Lidya mengikuti langkah Zhiro memasuki mobilnya.

Dalam keheningan yang menemani perjalanan Lidya dan Zhiro pulang ke rumah kediaman keluarga Groye, Lidya dan Zhiro fokus ke pikirannya masing-masing.

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang