31

3.4K 145 0
                                    

Deru knalpot datang menggema di Kafe The~D. Kafe para anggota kelas D yang berlokasi di Kompleks perumahan air intan. Masih ingat tentang kompleks perumahan elite ini? Iya, ini adalah kompleks perumahan yang menjadi tempat tinggalnya Devan, Rayn Devanartha.

"Selamat malam Pak," sambut pelayan yang baru saja menyambut kedatangan 15 lelaki tampan ini.

"Jangan biasain panggil Pak, Fik. Kami masih muda dan kamu juga," cegah Farhan dengan tersenyum licik.

"Ga enak Pak Farhan, menghormati," tolak Fika halus.

"Menghormati? Panggil aja Mas Farhan atau gak Aak Farhan," ujar Farhan menyeringai.

"Fika, ada baiknya kamu kembali ke kerjaanmu. Kalo ngomong dengan nih orang kagak ada sudahnya," ujar Dhika menghentikan rencana Farhan. Fika mengangguk pelan lalu mengundurkan diri dari hadapan mereka. Mereka berlima belas masuk serentak dan duduk di kursi khusus mereka yang telah ditambah 1 kursi, untuk Lidya.

"Mikirin apa lo Zhir?" tanya Damar yang memergoki tatapan kosong Zhiro yang mengarah ke akuarium kecil berisi ikan warna-warni yang hidup bersama-sama tanpa permusuhan.

"Tiba-tiba gue keinget Lidya," jawab Zhiro terang-terangan. Semua mata yang sebelumnya terfokus pada kegiatan mereka masing-masing kini dia menatap Zhiro, yang hampir tidak pernah terlintas nama wanita di pikirannya selain nama Ibunya, pembantunya, dan pegawainya.

"Kenapa? Lo suka kali sama dia. Makanya kepikiran mulu. Terpikirkan wajahnya, caranya tersenyum, dan saat bersamamya," goda Farhan yang sangat mengerti tentang cinta.

Kepala Zhiro terasa berat lalu tangannya memegang kepalanya sebagian, ia menghela nafas yang terdengar teramat berat. "Entahlah Han. Gue ga mikirin itu, gue ngerasa dia lagi ga dalam keadaan yang bisa dibilang baik."

"It's very Easy, you can call her now," Ujar Cakra yang sedari tadi meresahkan kegundahan Zhiro.

"Hp nya kaga aktif," ujar Zhiro tambah gundah.

Orang berempat belas lainnya langsung tiba-tiba mengecek handphonenya masing-masing, mengatakan dengan serentak. "Bener."

"Gue cabut, ke Pelita. Kalian gpp kan?" tanya Zhiro lalu melampirkan jaketnya di bahu kanannya.

"Udah sana, sekalian ajakin ke sini. Daripada lo ngelamun kek sengsara banget gitu," ujar Ivan mengusulkan. Semuanya mengangguk.

Zhiro langsung bergegas menaiki motornya. Memacu kuda mesinnya ke arah rumah makan yang ia ingin temukan. Keluar dari Gate, saat tak sempat para satpam memberikan salam ke arah Zhiro. Kekhawatirannya semakin melanda bagai disapu badai tinggi menerjang.

Dia akhirnya sampai. Matanya mencari gadis itu, Lidya. Dia tidak ada disana. Ada seorang wanita yang tampak seumuran dengan Lidya. Wanita tersebut tersenyum ke arah lelaki tampan yang kini masuk ke rumah makan.

"Lidya ke mana?" tanya Zhiro tanpa basa-basi. Wanita itu terlihat heran lalu mengedikkan bahunya.

"Ada apa? Mau cari siapa?" tanya wanita yang sedikit lebih tua datang dari belakang, Bu Ikka.

"Lidya Bu," ujar Zhiro tergesa-gesa.

"Dia gak ada disini lagi, dia udah pergi beberapa jam yang lalu," jawab Bu Ikka.

"Ke mana bu?" tanya Zhiro dengan kekhawatiran yang semakin menjadi-jadi.

"Entah, dia ga ngasih kabar sebelum dia pergi. Dia dipecat oleh pemilik rumah makan ini karena kasusnya di sekolah lamanya," jelas Bu Ikka tanpa diminta.

Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang