Lidya terbangun dari tidur panjangnya. Ia duduk dan menyenderkan punggungnya ke tempat tidurnya. Ia melihat baju yang ia kenakan, masih seragam putih abu-abu yang ia kenakan kemarin.
"Entah berapa kali gue tidur di mobilnya Zhiro, dan entah kenapa tuh orang gerilya banget ngangkat gue. Gimana kalo dia bakal menua lebih cepat gara-gara ngangkat gue tiap hari?" kekeh Lidya ketika mengingat kejadian kemarin.
***
"Penampilan kalian bagus banget, ini alat band lo Dhik?" tanya Lidya ketika mereka beramai-ramai tiba di ruangan Artik. Memang, hal seperti ini lebih enak dibicarakan oleh mereka tanpa terdengar orang lain.
"Iya lah. Gue tuh suka banget ama band dari kecil, tapi gue malu buat ngungkapin ke orang lain. Ya lo tau lah alasannya," tukas Dhika sambil memutar jasnya. Mereka mengenakan jas dengan sangat rapi, persiapan yang matang untuk menampilkan penampilan mereka.
"Kita ke kafe, gue mau ngerjain orang di antara kalian," kekeh Dhika sembari berjalan membawa gitar ke luar ruangan.
"Siapa?" ujar mereka serentak, mereka melihat ke lainnya sambil mengangkat satu alisnya. Namun hasilnya nihil, tidak ada jawaban.
Sebuah mobil pengangkut terparkir di depan Kafe The~D. The~D kini berdiri di belakang mobil tersebut, hanya mereka dan Revi tanpa Caca serta ketiga temannya.
"Bantuin gue ngangkat. Kalian bakal tau dan setuju dengan siapa yang bakal gue kerjain entar." Dhika melepaskan jasnya membantu pengangkut yang ia sewa agar lekas melesaikan tugasnya.
Mereka mengedikkan bahunya, lalu membantu memasukkan alat band tersebut ke dalam kafe The~D dan memasangnya dengan rapi.
Alat band telah terpasang, mereka melihat kondisi kafe, benar-benar sepi. Fika juga telah dipaksa Dhika untuk duduk dan bersantai dengan mereka.
"Lid? Lo udah pernah denger Zhiro nyanyi?" tanya Dhika sambil tersenyum sinis.
"Hah? Zhiro nyanyi? Zhiro bisa nyanyi? Selama gue tinggal di rumah dia, gue ga denger dia bisa nyanyi," kaget Lidya dan menyambut informasi tersebut dengan antusias.
"Ayolah Zhir, nyanyi disini. Mumpung ga ada Caca dan yang lain, lagian nih kafe sepi banget. Jarang-jarang gue ngeluarin alat band gue," tawar Dhika.
"Enggak. Kapan-kapan aja, Lid ayo kita pulang." Zhiro melangkah keluar kafe. Lidya meratapi kepergian Zhiro, lalu melirik ke arah yang lain. Mereka melirik ke arah pintu seraya tersenyum. Lidya keluar menyusul lelaki itu.
"Zhir ayolah Zhir nyanyi. Gue pengen denger suara lo," bujuk Lidya yang berjalan di belakang Zhiro tetap di depan mobil Lamborghininya.
"Lain kali aja ya, gue janji." Wajah Zhiro terlihat tidak menenangkan, sangat tidak menenangkan.
"Yah, gue kan belum pernah denger suara lo. Gue pengennya sekarang," rayu Lidya lagi tak menyerah begitu saja.
"Ngerepotin banget sih," gumam Zhiro atas kelakuan Dhika. Ternyata, gumaman tersebut sampai dan tersaring jelas di pendengaran Lidya. Air muka Lidya secara drastis berubah. Zhiro menghembuskan nafanya, ia melakukan kesalahan lagi.
"Gue ngerepotin lo ya? Yaudahlah, ayo kita pulang," ajak Lidya dengan nada suara lemas.
"Enggak Lidya.. Lo ga ngerepotin gue."
"Ayo kita pulang. Gue juga mau pulang. Cepetan buka nih pintu."
"Lidya.."
"Yaudah kalo lo ga mau buka nih pintu, gue balik lagi ke Kafe mungkin aja di antara mereka ada yang mau nganterin gue, misalnya Cakra atau gak Farhan." Lidya berbalik arah dan melangkah ke arah Kafe The~D.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Cause You, Just For You [Lathfierg Series] ✔ [TAHAP REVISI]
Genç KurguHigh rank: #1 Fiksiremaja (24-6-19) Book-1 Lidya Vanessa, seorang gadis yang memiliki masa sekolah penuh dengan warna. Di setiap harinya ia jalani dengan keterlambatan, masalah, dan mencatat rekor sebagai siswi dengan masalah terbanyak di sekolah te...